(Perlu digaris bawahi, semua nama dan tempat bukanlah sebenarnya. Ini salah satu cerita jadul yang terjadi di tengah-tengah nuansa sore ibukota Jakarta.)
Jam tiga sore, dari kuningan, saya memacu motor ke arah rawamangun. Hendak bertemu teman-teman di SERRUM. Ketika hendak melewati stasiun kereta Tebet, lapar sekali. Rencananya mau ke Warmo, alias warung mojok. Namun karena sudah sungguh lapar, saya terpaksa singgah di restoran fast food yang ada di daerah itu.
Di dalam restoran fast food, (sekali lagi) barulah saya menyadari, mengapa saya tidak suka fast food. Aduh, makanannya itu loh. Ampuun deh, sukar dilukiskan dengan kata-kata. Apalagi dengan lidah dan perut melayu saya. Akhirnya saya memutuskan untuk keluar. Baru saja membalikkan badan, tiba-tiba bahu saya dicowel-cowel. Wah, kaget juga. Saya kira fans (*halah!*). Nggak tahunya, Frans, teman sekolah dulu, waktu masih nongkrong di Depok.
Setelah salam-salaman dan peluk-pelukan ala lebaran. Saya (terpaksa) duduk di restoran ini. Melepas rindu dengan sahabat lama.
Saya lihat Frans dari ujung kaki ke ujung rambut. Wah, gaya euy. Keren banget. Pake dasi. Jasnya Armani. Sepatunya, sepatu kulit, warna hitam. Ujungnya lancip, mirip sepatu ali baba. Pokoknya keren pisan dah. Sungguh berbeda, dengan Frans yang berpisah dengan saya di sebuah balairung di Depok beberapa tahun yang lalu.
Akhirnya mirip kisah-kisah klise reuni. Setengah jam pertama, dihabiskan dengan bicara nostalgia. Setengah jam berikutnya, adalah neraka, karena harus mendengarkan kisah-kisah bombastis masa kini yang dibumbui intrik dan kejayaan material belaka.
+ “Rip, gue sebenernya males kerja nih, men. Pengen go out for a while. Lo tau ga tongkrongan asik di amrik. Gue pengen ke amrik nih men. Approximately seminggu, dua minggu. Ke las pegas, asik kali yee?”
– “Wah, pran. Gue mah kagak tau amrik, men. liburan aje ke Cilincing”.
+ “Eh, emang Cilincing belom tenggelem? Mon ami, lo ke rawamangun naek apaan? Numpang aja ama gue aje. Gue baru ngeganti biem gue yang seri 5 ama jaguar yang seri XK”.
– “Makasih men, gue naek motor kok. Dan Cilincing belom tenggelem, tau!”.
Setengah jam berikutnya, saya dipaksa mendengarkan kisah cintanya. Lalu, cerita tentang anak keduanya yang lahir di sebuah rumah sakit terkenal (dan mahal) di JKT. Lalu, kisah lepasnya ia dari sebuah perusahaan multinasional sebagai pengacara. Lalu, bagaimana ia menjadi seorang pengacara rekanan di sebuah firma hukum besar dan mendapatkan klien anak mantan presiden yang bermasalah perkawinan. Lalu, kisah selingkuhnya dengan seorang presenter berita tipi swasta.
Lalu… Lalu… Lalu…
Ahh…
Pelan-pelan, tatapan saya mulai memudar.
Tiba-tiba, ia nampak berubah menjadi dukun di mata saya. Karena langit-langit restauran dipenuhi bahasa mantra. Frans, bicara dalam bahasa mantra. Bahasa indonesia, ditambah bahasa gaul a’la anak Jakarta, ditambah bahasa hukum, ditambah bahasa prancis, belanda dan inggris. Semuanya dicampur menjadi satu. Frans mungkin berfikir, apabila bicara dalam bahasa mantra, saya dan orang-orang disekeliling kami, akan menganggapnya jauh lebih hebat dan intelek.
Sungguh saya bertanya-tanya. Apakah Frans sudah sedemikian membosankannya, atau saya iri dengan semua isi dan kulit pembicaraannya? Namun, yang pasti, perut saya lapar.
Kelaparan, mengingatkan saya kepada sosok Frans beberapa tahun yang lalu. Waktu kami masih sama-sama lapar. Baik lapar ilmu…, maupun lapar harfiah, jadi anak kost dengan segala kekurangannya.
Frans dulu, kurus, seorang calon ahli hukum yang militan. Kalo ada anak jalanan yang ditangkep, pasti Frans yang duluan ada di kantor polisi. Rambutnya gondrong, bacaannya, John Grisham. Kemana-mana pakai kaus yang ada muka che guevara, sambil tidak lupa mengidolakan Yap Thiam Hien. Setiap diskusi gaya bicaranya meledak-ledak, selalu mengkritisi ketidak-independensinya lembaga hukum RI.
Frans, kini… agak botak, di lengan kanannya melingkar jam seharga 40 juta. Kulitnya halus terawat, ciri-ciri pria kosmopolitan yang tidak rela keluar rumah tanpa lotion anti penuaan dini. Jas Armani tidak sanggup menutupi lemak-lemak yang menggumpal penuh di perutnya. Bicaranya halus dan penuh senyum.
Ahh, Frans telah dewasa rupanya? (*Benarkah? Apa artinya dewasa?*)
Namun saya tidak kuat menahan lapar (dan ngantuk). Saya pamit, meninggalkan Frans sendiri di bangku beranda restoran. Ia masih sabar menunggu kekasih gelapnya. Wanita cantik, cerdas dan seksi seperti baru saja turun dari kahyangan, yang sadar bahwa lelaki selingkuhannya beranak dua.
Perut sudah lapar luar biasa. Tidak jauh dari restoran fast food, ada warung ayam bakar. Motor saya belokkan dengan segera. Celingak-celinguk mencari pintu masuk (*pintu masuknya ada tiga, bo!*). Akhirnya saya memilih pintu masuk sebelah kanan. Dengan asumsi, katanya yang kanan lebih afdol. Hehehe.
Loh, kok ada tangganya? Jangan-jangan warung makannya di lantai dua. Eh…, kok ada lampu bulet-bulet di sekitar anak tangga? Loh, makin lama kaki melangkah ke atas, kok makin gelap? Loh, kok makin dingin pula? Kok warungnya horor begini? Atau ini restoran mahal?
Setelah sekian lama mendaki anak tangga yang aneh itu. Sampailah saya di sebuah ruangan. Gelap. Nampaknya ruang resepsionis. Ada seorang mbak-mbak di belakang meja. Si mbak yang manis, tersenyum manis, memperlihatkan deretan gigi yang rapi. Bajunya, t-shirt yukensi, alias you can see my ketiak. Bagian depan, agak rendah, memperlihatkan setengah dari dua tonjolan serius di dada.
+ “Selamat sore, Mas. Baru pertama kali kesini?”
– …. (*nggak konsen, masih serius melihat t-shirt mbaknya yang bagus*)
+ “Mas… Mas… Baru pertama kali yaa? (*sambil menarik napas*)
– (*makin nggak konsen*) “eeengh.. eeengh.. iya mbak”
+ “Mau layanan apa, Mas?”
– “Ada kartu menunya, mbak?”
+ (*si mbak manis menatap bingung*)”Menu?..ooh ini? Silahkan dipilih?”
Yang pertama saya lihat, bukan nama menunya. Tapi sisi kanan, tempat deretan harga bertahta. Astaga! menu paling murah, harganya 175 ribu. Buset dah! Ayam bakar apaan nih?
Tidak percaya, ada ayam bakar semahal itu. Saya bukan Frans, yang berpenghasilan 400 dolar amerika perjamnya. Nggak mungkin makan malem semewah ini
Mata saya melirik ke bagian kiri. Tapi aneh. Kok nama menunya ajaib sekali. Ada PELIR AMBON, PIKTOR, PILKADA, GALER… Belum sempat saya meneruskan bacaan. Si Mbak yang dadanya lebih benjol daripada dada kebanyakan itu nampaknya mengetahui rona wajah saya yang penuh pertanyaan.
Ia menerangkan, “Kalo PELIR AMBON itu singkatan dari Pijat anti pegal linu rematik ampuh obatnya. Kira-kira 45 menit mas. Kalau PIKTOR itu Pijat Kejantanan Organ tunggal pria, sekitar 1 jam. PILKADA sendiri artinya Pijat dengan desakan lembut di dada, 1,5 jam… sementara kalau GALER adalah Gabungan perawatan lemah syahwat dengan metode refleksi, kira-kira dua jam. Semua harganya sudah termasuk PPN 20%, tapi tidak termasuk tips untuk pemijat… Pilih mana mas?”.
Astaga! Saya kesasar di panti pijat rupanya!
– “Waduh, mbak. Maap. Saya kira ini warung ayam bakar”.
+ “Restoran di sebelah, Mas. Tapi ini juga enak loh. Tenaga kami trampil, manis dan menggemaskan”.
– “Eehh.. Eengghh.. Maap mbak. Saya mau ke sebelah”
+ “Silahkan, Mas. Saya hanya mau memberi informasi, kalau plus, ditempat lain, minimal 100 ribu, disini 75 ribu”
– “…”
+ “Kalau plus pake tangan saja, tenaga kami berani kalau situ punya 75 ribu. Kalau plus pakai mulut, terus bawah depan belakang, sekitar 300 ribu. Harga promosi loh, Mas. Hanya bulan ini saja”
Walaupun mbak itu tidak memakai bahasa mantra. Saya terbengong-bengong mendengar penjelasan si Mbak. Tidak tahu harus berkata apa.
Belum lepas kekagetan saya, tiba-tiba pintu terbuka. Frans muncul dari balik serambi. Mulutnya monyong, terbelalak kaget, bertanya “Loh rip, lo ngapain disini?!!”
Saya semakin terbengong-bengong. Tidak tahu harus berkata apa.
Juli 2, 2007 at 4:59 pm
heeeem…. bener2 dah…. no koment….
akhirnya gimana mas, jadi makan ayam bakar???
Jadi keilangan napsu makan… hehe
Juli 2, 2007 at 5:03 pm
Maksudnya bang, dibalik armani, ada seonggok organ imut? Gak ngerti gw bang. Btw, itu panti pijat, ancer2 nya sebelah mana ya bang? hehehehehe…
Wah, itu RHS euy. Hehe
Juli 2, 2007 at 5:48 pm
lagi-lagi ketewak di tempat yang salah :p lain kali baca doa sebelon keluar rumah bang aip
Hehe, bener euy sarannya. Terimakasih mas Umar.
Juli 2, 2007 at 10:20 pm
wakakakakak
Bang Aip emang top. Emang bener kan bang, yang kanan yang paling afdhol!!!
Hehe. Lain kali, coba kamu masuk ke sebelah kiri deh.
Juli 2, 2007 at 10:25 pm
Makanya pilih yang tengah aja…
Saya juga nggak tahu, yag tengah itu apaa yaaa
(*hingga saat ini, masih bertanya-tanya*)
Juli 3, 2007 at 12:48 am
HUAHAHAHAHA…
kesasar koq kebetulan banget kesana :))
ktemu si pengacara pulak :p
Dasar nasib
Juli 3, 2007 at 2:06 am
Huaa…ha…ha….
Nggak rugi deh nungguin cerita Bang Aip. Biar berhari-hari menanti tapi selalu memuaskan! Juga ngajarin satu hal : Kanan Lebih Afdol
Maap, kalo nunggunya kelamaan.
Oh ya, jangan lupa, Pilih kanan!
🙂
Juli 3, 2007 at 2:52 am
Wakakak… yang kanan aja bikin “terbengong-bengong” apalagi yang tengah bang.. Jadi inget pesen ortu untuk selalu mendahulukan yang kanan dulu, ternyata ada benarnya 🙂
pesan orangtua memang menyimpan sejuta makna. 🙂
Juli 3, 2007 at 3:19 am
Lebih afdol yang kanan euy rupanya…
Btw, Frans itu siapa yah…?
Frans bukan nama asli, pak
Juli 3, 2007 at 3:38 am
kutip: “Belum lepas kekagetan saya, tiba-tiba pintu terbuka. Frans muncul dari balik serambi. Mulutnya monyong, terbelalak kaget, bertanya “Loh rip, lo ngapain disini?!!””
cepet amat frans nongolnya. Kayak film2 India, hehehe…
eniwey, top dah bangaip. Kalah aditya mulya. Rocks banget!
waduh, disandingkan dengan seleb. malu euy. 🙂
Juli 3, 2007 at 7:14 am
hahaha…
mana lanjutannya Bang????
lanjutannya… misteri.
🙂
Juli 3, 2007 at 7:24 am
nyasar apa menyasar bang 😀
bener nyasar kok, hehe
Juli 3, 2007 at 10:09 am
Asik juga nih nyasarnya.. 😛
Lanjutan ceritanya sudah bisa ditebak..
Bang aip pasti ditraktir Frans di “restoran” tersebut..
Wakakakaka.. Becanda kok Bang.. 😛
Whehe, semua orang nebak yang sama.
Ndak apa-apa sih, itu kan maunya pembaca. Hehe
Juli 3, 2007 at 11:24 am
tulisan tentang frans mengingatkan saya pada sosok teman saya juga bang…tulisan tentang ayam..hehehe..akhirnya ditraktir si frans yah?paket yang mana bang?
haha…. Kelanjutannya, biarlah tetap jadi misteri.
Juli 3, 2007 at 12:30 pm
wakakaka… ini ngarang nih ceritanya.. masa sih bisa nyasar? hehehe
Belom pernah ke Tebet yaaa?
Kalau sudah, pasti dapat merasakan apa yang (pernah) saya rasakan.
.. yaitu kesasar.
Wakakaka.
Juli 3, 2007 at 12:31 pm
🙂
Juli 3, 2007 at 12:45 pm
mau cerita yg bawah aja
pake acara ngomongin orang gemuk dan stgh botak 🙂
Huehehe… (*jadi maluuu. Tutup muka ahhh*)
Juli 3, 2007 at 1:11 pm
Lebih afdol kalau ada ilustrasi alias gambarnya gitu. Karikatur aja gitu.
Salam.
Biarlah imaji kita masing-masing yang mewakili ilustrasi cerita-cerita saya, Mas Dewo.
Salam juga.
Juli 3, 2007 at 1:19 pm
Ternyata yang naek jaguar terbaru dan yang naek motor, seleranya sama, hehehe 😛
Haha.. ini jelas-jelas tuduhan tanpa dasar… Tapi berdasar bukti mata.. Hahaha
Juli 3, 2007 at 1:35 pm
namanya aja laki2 ya ? kaya atau yg sederhana sama aja.
(tuhhhh, saya ditegor ama Istri. ngapain senyum2 sendirian di depan laptop katanya ?)
Untung ga ditegor “Bang, ini SMS sapa Baanngg… kok panggil-panggil sayang”.
Kalau ditegur begitu, gawat urusannya, Mas Telmark. Hehe.
Juli 3, 2007 at 1:53 pm
<blockquote>
<b>
Frans, kini… agak botak, di lengan kanannya melingkar jam seharga 40 juta. Kulitnya halus terawat, ciri-ciri pria kosmopolitan yang tidak rela keluar rumah tanpa lotion anti penuaan dini. Jas Armani tidak sanggup menutupi lemak-lemak yang menggumpal penuh di perutnya. Bicaranya halus dan penuh senyum.
</b>
</blockquote>
Berdasarkan setting cerita, dimana pengamat dan objek yang diamati baru berjumpa belum berapa lama, saya rasa pengamatannya terlalu detail.
Salut dech.
Gaya berceritanya asyik. Fiksi dan Non-fiksi timbul tenggelam tanpa saya sadari.
Topiknya saya suka. Saya sudh beberapa kali pula menyindir-nyindir fenomena ini.
Total Jenderal >> Great Post (dlm bahasa mantra)
Terimakasih. Dan semoga mampir lagi terussss. hehe
Juli 3, 2007 at 1:58 pm
hehehe… bang aip memang top! meski mantra-mantra si frans sempat bikin bang aip terhipnotis, akhirnya bang aip masih sadar juga atau… sayang akhirnya sadar. hehehe… cerita lo kayak tahu bacem, men, asin-asin manis sedep, semakin digigit terasa semakin mantep.
Bapak-bapak, ibu-ibu sekalian. Layak berbangga kiranya saya hari ini. Salah seorang tokoh yang membantu saya menemukan kata-kata dalam postingan ini, berkomentar. Beberapa kalimat, terbantu setelah berdialog diskusi dengan Bapak Nasima ini. Aduh senangnya, blog saya dikunjungi oleh salah seorang calon penentu kebijakan Indonesia. Hehe.
Tuan Nasima… linknya ditulis dong. Biar orang-orang mampir ke blog anda pula, dan membaca tulisan-tulisan anda yang ditulis bukan dengan bahasa ibu.
Juli 3, 2007 at 2:15 pm
Frans, sosok ini mengingatkan saya kepada salah satu kerabat famili yang senang sekali berbuih soal kejayaan-materi dan kehebatan koneksi… tipikal persona-yang-tumbuh-buncit-dalam-lingkar-kekuasaan.
Nah kalau menu ayam bakar itu tadi – saya sampe penasaran mbacanya dan ketawa ngakak – ide singkatannya kreatif juga.. moga2 kita nggak hanya kreatif dibidang bisnis lendir yah?
Trus, abis mamam ayam bakar, jadi bertenaga dong..nggakmampir nyobain ayam bakar yang diatas itu? *kedip-kedip langsung ngabur*
PS: Dijalan apa sih si ‘ayam bakar’ itu?…hehehe 🙂
Apa yang terjadi setelah bertemu Frans, biarlah tetap misteri, Kang Luigi. Huehehe.
Nama jalannya? hehe, nggak bakalan ada di Jakarta Undercover. Sebab jauh dibawah kelasnya EMKA. Hehe
Juli 3, 2007 at 2:44 pm
ahahahahaha,, gile bener,, nyasarnya kok kesana sih,, 😆
dijamin ampe keluar bakal speechless dulu beberapa menit,, eh jam,,
apanya yang keluar?
😉
Juli 3, 2007 at 3:58 pm
Bang, kalo warungnya milik pemerintah bisa digratisin nggak ya bang!
Waduh, saya ndak tahu info itu, Mas Peyek.
🙂
Juli 3, 2007 at 4:01 pm
hahhahahhahaaa
Juli 3, 2007 at 5:24 pm
ada lanjutannya ga??? setelah ketahuan terus ngapain??? ada part II nya ga??? *penasaran*
Nggak ada lanjutannya. Cerita cukup sampai disini. Selebihnya, biarlah tetap misteri. Hehe.
Juli 4, 2007 at 12:21 am
*ngakak* 😀
Bang Arif kesambet apaan nih? Kok seringnya nyasar ke tempat2 terlarang mulu?
Salam kenal :))
Saya kurang zikir kali yaaa. Bisa begini. Hihihi
Juli 4, 2007 at 4:12 am
soal frans membuat saya bertanya-tanya, apakah suatu saat nanti saya kehilangan idealisme kalau materi tambah lama tambah meracuni. semoga saja tidak…..
Tapi jangan-jangan bang aip janjian ya sama frans ke warung ayam bakar itu????
btw, blognya saya link ya bang…..
Terimakasih sudah mampir. Eh, saya nggak janjian tau. Ini destiny. Hehehe
Juli 4, 2007 at 4:32 am
ha ha ha…. bro kalau di cilincing juga ada begituan… itu tu… nyang di pinggir kali…
cilincing bagian mana loe bro ? marunda ? ha ha ha
Yoi Bro, marunda pinggir. Samping pager seng. Lokalisasi juga. Huehehe
Juli 4, 2007 at 4:49 am
Kesasar apa feeling yang kelewat kuat bang? Wikikikik…
Ngomonging bahasa mantra, sepertinya banyak posting milik bloggers yang mirip ‘prans’ ya bang? Pake bahasa keren campur aduk, tapi intinya cuma ketan atau kelapa muda diparut…
Feeling kali berperan besar juga yaa. Huehehe
Juli 4, 2007 at 6:24 am
Iya, semua pengalaman yg saya baca kok selalu begini ya???
begini=hampiiir bersinggungan dgn xxxxx
Maaf yaa. Apa mau dikata, itu sudah terjadi. Maaf kalau ada bahasa yang menyinggung perasaan.
Juli 4, 2007 at 7:54 am
sebnernya ga nyasar kali wong sama2 dapat dada dan dua paha koq …..he…..he…..he
hihihi. Jadi malu saya nih. Hihihi
Juli 4, 2007 at 9:09 am
Untung masih ada “bahasa cinta” bukan “bahasa nafsu” mas, 🙂 Kalau sempet kemakan itu “ayam” pasti jawaban pas ketemu Frans cuma “ayamsori” 😀
Haha, saya jadi inget almarhum pelawak yang bilang ayamsori itu. Hehhe
Juli 4, 2007 at 9:53 am
walah bangaip ini,, maksudnya keluar dari panti pijet itu,, ckckck,,
laen kali nyasarnya ke all-you-can-eat aja,, lebih enak!
All you can eat mana? Mangga dua? Hehehe
Juli 4, 2007 at 10:01 am
Hmmm…memang ‘ayam’ itu enak 😛
Frans yang ga enak 🙂
Juli 4, 2007 at 2:45 pm
waaa, bang arif koq nyasar kesana?untung aja kuat iman, gak kena razia satpol PP…trus kelanjutan si ayam bakar gimana?
Astagfirullah, kalo ampe dipijet trus digerebek Satpol PP. Udah gitu ditimpukin batu ama FPI. Trus dibakar ama warga.
Juli 4, 2007 at 7:58 pm
Turut prihatin, mas. Membayangkan bengongnya, saya jadi senyum-senyum plus khawatir. Semoga bengongnya cepet sadar dan nyambung, sebelum si mbak memberi ‘trailer’ biar mas Arif bener-bener ngerti yang diomongin :p
Jadi, tetep laper dong, ya? 😀
Trailernya itu… Buahayaaa
Juli 5, 2007 at 5:29 am
ayam kampus bakar?
Sadis amat
Juli 5, 2007 at 5:32 am
Jadi pengen ayam bakar -__-
Juli 5, 2007 at 10:23 am
ha ha ha…untung mantranya nggak menghipnotis anda
Salam kenal…
Salam kenak juga. BTW, saya udah belajar ilmu anti-hipnotis mbak-mbak seksi pemijat. Huehehe
Juli 5, 2007 at 10:40 am
Cerita jadul, bangaip? tapi Cilincing bakal tengelem diprediksinya kan 2050… masih 43 taon lagi jadi Atlantis *horor dong*.
Iya nih, saya aja ampe serem begini mbacanya.
Juli 6, 2007 at 3:53 am
tega teganya lu rip…
udah gue kasih paket PELIR AMBON gratis masih komplen
Hihi, impostor. Biar laku nih yeee. Hehehe
Juli 6, 2007 at 4:00 am
hwaduh! nyasar ke panti pijat? saya ga percaya itu cuma nyasar, hahahaha….
Hehehe, semua orang juga ga percaya. Saya aja ga percaya. Hehehe
Juli 6, 2007 at 6:06 am
Wah bang.. bang… lain kali bismillah bang, jangan cuma milih masuk pintu belah kanan doang….. :D. Laper sih lapeerrrr……….
Next time, saya harus bener-bener zikir sebelum masuk rumah makan. Biar ga kesasar. 😉
Juli 6, 2007 at 12:11 pm
keren!
ternyata, beneran lebi afdol to Bang?
😆
hihihi, iya kali yaa. hihihi
Juli 6, 2007 at 4:34 pm
nyasar membawa nikmat belum bang.. 😀
Huehehe. Nikmat apaan?
Juli 7, 2007 at 8:31 am
Bang. apakah ini artinya harta bisa mengubah seorang aktifis sosial menjadi sorang yang suka menghamburkan uang dan ga cinta sosial lagi???
Ga juga sih. Masih banyak kok orang kaya yang dikaruniai hati dan tangan yang dijaga oleh Allah.
Juli 26, 2018 at 9:06 am
It was 10 years ago..we still having more and more another Frans… Kawan kawan saya dulu, berbakti pakai hati, sekarang pakai….. KOMPENSASI
Juli 7, 2007 at 8:47 am
aneh, mo ke warung ayam bakar kok nyasarnya panti pijat???????? :p
Saya juga bingung euy
Juli 7, 2007 at 7:53 pm
Bantu dong …, kan yang di panti pijat itu juga cari makan …, iya nggak?
Mestinya anda beli ayamnya, trus dimakan sama-sama dengan yang di panti pijat,gitu lho.
(wah, nggak nyambung lagi nih! 🙂 )
WHAHAHA… bener-bener ciri khas komentar tukangkomentar. WHAHAHA
Juli 8, 2007 at 4:35 am
Hebat khan di negara yang penduduk Islam terbanyak di dunia,yang mati matian menolak disebut negara sekulerm,,tapi justru tempat esek eseknya paling banyak sedunia juga..
GALER ? Saya dulu punya temen, julukannya Ari Galer..karena si ari ini suka garuk garuk ..p…ler.
Huehehe… bener tuh… galer kayaknya memang ada menu garuk-garuk P**ler-nya. Huehhee
Juli 8, 2007 at 7:16 pm
Huahahahaha
Liat bagian atas sih bikin gw ngerasa kalo ni cerita bakal sad ending ternyata Happy Ending toh
Hehehehehe
Makanya bang darepada nyasar ke tempat ‘ayam’ mending makan aja di restoran fastfood yg tade toh enak juga kok.
Btw ada 3 pintu kan?
Kanan tempat PELER AMBON trus kiri ama tengah apaan?
Kiri, rumah makan yang aseli. Tengah… Rumah siapa yaa, lupa, artis gitu deh kalo ga salah?
Juli 9, 2007 at 3:16 am
speechless, ~:>
Juli 9, 2007 at 2:38 pm
Lebih susah nemuin tempat mesum di Inggris daripada di Jakarta, huehehek.. hek.. *kesedak*
Ehem.
Indonesia memang TOP !
(masih sedih ngebaca metamorfosisnya si Frans)
Bener Pak. Saya juga terkaget-kaget. Moulin Rouge saja yang sudah terkenal itu, ga ada apa-apanya dibanding Mangga Dua. Mungkin bisnis lendir di RI hanya bisa ditandingi Pattaya, Thai.
Juli 10, 2007 at 7:56 pm
Bang Aip, ada cewek baca ni makanya ceritanya jgn **** molo
hahahahahaha
Btw beneran tu ditraktir ama Frans paket Pelir Ambon?
Eh gw tau tu daerah mana
jalan ********** kan? (disensor demi keamanan bersama)
Ahh, itu cuma impostor belaka.
Juli 11, 2007 at 11:03 am
kesasar tapi terkesan ya? duuh emang nih cerita idupnya bang aip ini uniiiik banget, eh eh itu si frans pake menu yang mana ya? haha
Haha, nggak tahu Frans ambil yang mana. Saya mabur tuh. Malu. Hehhe
Juli 12, 2007 at 1:24 am
Wah gara2 kemarin kelamaan
kaburcuti jadi lupa mampir siniBTW gak salah masuk kok Bang, itu kan warung yang jualan daging “ayam” juga hehehe
HEhehe, ayamnya pake tanda kutip.
Juli 12, 2007 at 2:01 pm
Huakakkakkk….semuanya kena PPN termasuk urusan pijat memijat, lho memang ada strucknya toh?!. Bang aip ini lapar atau lapar ya?! apa sangkin laparnya sampai salah masuk. 😆
Struk? Wah saya ndak tahu tuh. Sepertinya, ini dilegalkan loh oleh PEMDA DKI. Kalo ndak, pasti sudah dibumihanguskan oleh Tramtib. 😀
Juli 13, 2007 at 2:35 pm
asik asik asik!
lagi !
lagi !
lagi !
lagi !
Pasti dong.
Bangaip, sekali di udara, tetap di udara. TOB!!!
hehehe
Juli 13, 2007 at 3:15 pm
bajingan tengik, geblek sureblek, sampeyan punya cerita mantab suratabbb
kita minta di dongengin mbo ya!
Huhuhu… Asik kan. Men, walopun ane jauh di mata, tapi tetep di hati euy. Jarak yang jauh, tidak membuat Bangaip melupakan kampung Indonesia tercinta. Kita tetap bertemu, walopun lewat dongeng-dongeng pengantar bobo ini. Hehehe
Juli 15, 2007 at 7:42 am
pojopajapu
Juli 15, 2007 at 4:39 pm
Bang Aip ketemu Frans di front office apa di kasir? Hayo ngakuuu… kekekeke…
Salam kenal deh, Bang. Baru kenal blog ini dua hari lalu, saking kesengsemnya, semua tulisan langsung dibaca sampai tuntas! (Sambil di pikiran mencoba merekonstruksi perjalanan hidup Bang Aip :D) Punteun nya 😀
Aye janji deh mampir kesini terus, sambil “nyumbang” komen, xixixi
ps. bener deh kata Deathangel, awalnya aye pikir juga bakal ngomong serius, eh ternyata bebodoran. Seriusnya cukup pesan tersirat aja ya, Bang 😉
Haha, Bung Chen, sumpah… di FO. Hahaha.
Mengenai pesan tersirat, saya pikir pembaca cukup cerdas deh. Mangkanya (diusahakan) nggak mau vulgar.
Juli 15, 2007 at 5:45 pm
weitss..komennya udah banyak
Saya juga bingung euy. Banyak yang komen. Kayak lebaran aje. Banyak yang mampir. Hehee
Juli 17, 2007 at 4:48 am
saya juga ikutan bengong lho…sungguh!
Loh, kamu si Mbak berdada besar itu toh, Joe?
Juli 17, 2007 at 7:59 am
Wah, boss Arip bisa2 aja.
Tadi pas baca keringat dingin merinding sempat terasa. Kejadian diawal cerita mirip dengan saya yang ketemu teman lama, yang satu sdh jadi hakim disuatu daerah, sekarang petentang petenteng naek mercy. Yang satunya lagi jadi orang pajak yang, juga gak beda jauh, naik mobil mewah.
Bukannya ngiri karena aku cuma naek Timor lo ya,…
Cuma ya begitulah. Mirip2 crita boss Arip…
Haha, bukan hanya Mas Indra yang keringat dingin. Saya juga loh. Setelah di email, mau di tuntut setelah publikasi tulisan ini, oleh si Frans. Haha.
Juli 18, 2007 at 5:07 am
baru turun gunung dah di suguhi cerita tentang mantra yang kesasar hehehe, bener tuh kesasar membawa berkah
salam kenal bang 😛
Salam kenal lagi deh Pak Guru. Kita kenalan kok sering banget yaaa… hehehe
Juli 19, 2007 at 2:29 pm
nyasar yang menguntungkan atau merugikan ya?
salam kenal ya
salam kenal juga, Mbak Ika.
Juli 24, 2007 at 4:55 pm
dapet antrean ke 68…hehe
selalu hebat kalo bikin cerita…
ini cerita di daerah warmo tebet kan?
emang ada pintu keluar kanan terus ke panti pijet?? heuheuheu….
pa kabar bos?
Beberapa waktu sempat tertegun dengan banyaknya musibah. Alhamdulillah, sekarang coba dinikmati saja musibah-musibah itu. Toh bencana dan nikmat, datangnya dari sang Khalik. Makasih yaa, sudah nanya.
Juli 26, 2007 at 2:59 am
gilingan 69, enak neehh..haha
Hahaha, istilah baru tuh, ada 69 nya. Hahaha
Juli 26, 2007 at 10:55 am
Andaikah aku diajak bang aip… pasti termehek-mehek…. selanjutnya terserah saya. Ana-ana bae critanya mengalir bagai air.
Iya, saya juga bingung… ada-ada aja yaa?
Juli 27, 2007 at 2:36 pm
sabar aja
Juli 28, 2007 at 7:04 am
waduh…ko…he…he… bacanya sambil keringetan di dahi tuh…
sambil push-up?
Juli 28, 2007 at 9:28 am
Kenapa harus misteri siih… endingnya gimana doong
Hehe, biarlah tetap jadi misteri, euy!
Juli 28, 2007 at 11:19 pm
wo alaaah… kang arip, kag nyicip pisan euy…
hehe. Misteri. Hehehe
Agustus 3, 2007 at 5:43 pm
orang kaya yang dikaruniai hati dan tangan yang dijaga oleh Allah.
Mudahan bisa jadi manusia yang seperti itu. Amiin
Agustus 4, 2007 at 9:11 am
Lapar Mas?? Pemilik jaguar seri XK itu kok pelit banget ya? masak ngeluarin bbrp puluh ribu utk nraktir “temen lama yg baru jumpa” aja ga mau. Padahal nyombongin diri mau ke Amrik segala, jgn2 sampai di Amrik ga punya duit buat balik, hehehe…
Gw punya seorang temen yg jago 5 bahasa, tapi dia kalo ngobrol ga suka nyampur2 bahasa tuh, ga kaya si “jaguar kesasar” itu. 😀
Serius loh.. Saya lapar.
Heehehe
Agustus 8, 2007 at 8:17 am
wakakak…aya-aya wae bang Aip nie..
bang, akhirannya milih pintu yang mana?
Kalo saya sendiri, si Frans akan menraktir bang Aip buat nyoba “ayam idup” juga ya..?
wakakak..+pengenn..+
Sejak saat itu, saya selalu milih pintu yang kanan. Lebih afdol. Hehe.
Agustus 8, 2007 at 10:53 am
hahahaha….gara2 lapar ampe nyasar…tapi ngak jauh2 nyasarnya…sama2 AYAM juga dapatnya 🙂
Makasih sudah mampir, Mas Mbarep.
AYAM SORIII.. hehe
September 4, 2007 at 12:41 am
Alamat restoran ayam bakarnya di mana?
Huehehe. RHS bu.
Rahasiaaa.
Rahasia pria. Huehehe
Mei 24, 2008 at 6:24 pm
Alamat restoran ayam bakarnya di mana?
**teh muncrat lewat hidung***
Kok nanya lokasinya ? 😀
Oktober 30, 2009 at 9:13 pm
Salam Kenal…
Indonesia Page – All About Indonesia
The Adsense Site – Guide to Online Adsense Earning