(* Didedikasikan untuk: Sekolah Ubuntu, SERRUM, GuhPraset, DeKing, Emjie, Siwi, JeJe, AriMargo dan blogger-blogger serta non blogger luar biasa lainnya yang akan menyusul*)
Janji untuk menulis pada tanggal 15 Januari ternyata cukup membuat saya, yang bikin janji, kehebohan sendiri. Saya pun menulis. Dimulai pada Januari tanggal enam hingga berakhir tadi pagi. Hehehe, ada-ada saja.
Tapi saya tetap harus menepati janji, dong. Apapun yang terjadi. Sebab apabila tidak… Nanti mirip kutukan dalam syair lagu dangdut;
“Kau yang mulai, kau yang mengakhiri,
kau yang berjanji… kau yang mengingkari”
Kegagalan Cinta – Album HARAM – Rhoma Irama
(Musica Record, 1990)
Maka itu, sejak tanggal enam Januari hingga tadi pagi, tujuh lembar kertas ukuran A4 habis saya tulisi. Isinya menceritakan apa yang terjadi pada tanggal 15 Januari 2008.
Setelah jadi, saya habiskan setengah jam untuk membaca tulisan itu.
Habis membaca… Saya bengong. Terpana membaca tulisan saya sendiri.
Kaget luar biasa alang kepalang. Dalam tulisan saya, seakan setiap paragraf berbau busuk. Kalimat-kalimat meruam di udara bagaikan bangkai tikus dengan isi perut terburai. Sungguh memuakkan. Penuh dengan sanjungan pada diri sendiri. Penuh dengan kata yang menunjukkan kesombongan dan rasa takabur.
Ahh… Betapa malunya.
Akhirnya saya hapus tujuh lembar itu. Lalu mulai mencoba menulis dengan kertas baru. Sambil mendumel… Lama menulis, habis waktu habis tenaga. Ternyata isinya cuma memuja-muja diri sendiri. Ampuuun deh!
Dan ini, tulisan dengan kertas terbaru hari ini. Selamat menikmati;
Bercinta dalam badai (Solikin vs Maryam)
Suatu hari di bulan yang lalu, saya chatting dengan Solikin, salah seorang sahabat.
Awal chat, seperti biasa, penuh ketawa-ketiwi. Kami sibuk bergosip mengenai hal-hal ajaib yang terjadi di lingkungan sekeliling. Mulai dari maling ayam yang kejebur got di kampungnya, hingga ban yang copot sendiri dari sepeda yang saya kayuh (yang ternyata berhasil membuat saya kejebur got juga).
Pertengahan chat, mulailah hal yang seru. Di mana kami masing-masing menceritakan perihal pribadi. Perihal yang dibagi dengan teman senasib seperjuangan sepenanggungan. Ini curhatnya:
Solikin (S): Rip, kakak saya teh diusir dari rumahnya
Arif (A): Hah! Kok bisa?
S: Kakak saya hutang ke Bank buat modal dagang. Yang dijadikan agunan, rumah warisan ortu kami.
A: Buset dah. Trus gimana bayarnya?
S: Itu yang jadi masalah. Usaha kakak bangkrut. Tidak bisa bayar. Jangankan bayar, bunga hutangnya saja tidak bisa dibayar
A: Ada solusi laen selain jual rumah?
Solikin lama diam untuk menjawabnya. Nampaknya pertanyaan ini terlalu berat untuknya
A: Maap men, kalo pertanyaan gue terlalu pribadi. Sori
S: Ah tidak apa-apa atuh Arip. Saya teh juga dengan kakak sudah niat mau jual rumah. Masalahnya…
A: Apaan masalahnya?
S: Masalahnya, hutang bunga Bank harus dibayar dulu. Biar tertib administrasi
Saya kali ini yang diam. Bingung. Mau bantu, tapi gimana? Karena keterbatasan fisik, saya hanya mampu bekerja yang menghasilkan uang selama dua hari perminggu. Alhamdulillah hasilnya cukup buat bayar kontrak rumah tiap bulan sekaligus membeli makanan untuk saya dan Ibu Nyonyah. Tapi untuk mengirim uang untuk membantu Solikin? Aduh, saya tidak punya jawabnya. Saya terdiam dalam kebingungan.
S: Rip, sudahlah jangan kepikiran. Nanti kamu teh stress seperti saya
A: Bukan begitu men, tapi…
S: Untung bunga Bank sudah saya bayar, Rip
A: Loh, kok bisa?
S: Iya, saya ambil dari uang tabungan
A: Tapi… Tabungan itu kan modal lo kawin ama Maryam di akhir tahun ini, Kin
S: Yahh mau bagaimana lagi? Kakak saya butuh tempat tinggal, Rip
Tidak lama kemudian. Kami berhenti chatting.
Sesudahnya, saya tenggelam dalam kemasygulan. Sedih.
Lalu, beberapa hari lalu, di awal tahun 2008. Saya kembali chatting dengan Solikin. Kali ini tidak lagi basa-basi ketawa-ketiwi di awal pembuka percakapan. Melainkan langsung membicarakan kondisi keluarga Solikin.
A: Kin, rumahnya udah kejual?
S: Belum euy. Iyeu lieur, pusing!
Walah, saya jadi ikutan pusing. Sebab Solikin ini sungguh orang baik. Ia pemuda mandiri. Kontrak rumah di sebuah bilangan di Jakarta. Dasar orang baik, rumah kontrakannya itu sering disinggahi oleh orang-orang yang kemalaman atau kesasar di belantara Jakarta, untuk bermalam. Sebab itulah awal saya mengenal Ikin. Ia ikhlas membantu saya yang kesasar dan kemalaman.
A: Tapi kalo rumahnya kejual kan. Pusing lo ilang, Kin
S: Bukan hanya itu masalahnya, Arip. Kalau rumah teh akhirnya terjual, uangnya juga akan habis untuk membayar utang kakak saya kepada orang lain selain Bank
A: Astaga buset!
S: Kakak dan keluarga sekarang menumpang di kontrakan saya
A: Aduuh
S: Dan bapak ibunyanya Maryam juga sudah tanya-tanya, kapan saya menikahi Maryam
A: Masaolooh
S: Arip… Saya teh mau menikah dengan Maryam. Tapi saya bingung. Bagaimana?
Saya bingung mau mengetik apa lagi. Benak saya sibuk membayangkan kedua kakak Solikin yang perempuan dua-duanya. Beserta suami mereka. Beserta anak mereka. Serta para musafir yang kemalaman, ramai-ramai memenuhi kontrakan Solikin. Saya kebingungan.
Ditambah lagi, kisah cinta antara Solikin dan Maryam yang sudah terajut sedemikian lama. Dan sudah terbukti asam-garam cinta mereka. Kini kemungkinan akan kandas rencana pernikahannya.
Saya kebingungan.
Dan saya makin bertambah kebingungan ketika Maryam suatu hari mengirim email kepada saya. Isinya simpel, “Bang, tolong bantuin kami yaa. Demi Allah saya jatuh cinta pada Kang Ikin”
—————————————————————–
One Day at Musolah
Suatu hari, di Cilincing, saya ketemu dengan Mas Kabul, kakak kelas saya dulu. Waktu itu, saya sedang membantu anak-anak musolah membuat bulletin jumat, koran-koranan yang diedarkan pada setiap hari jumat sebelum solat jumat.
Wah betapa bangganya saya ketemu Mas Kabul ketika sedang membantu anak-anak musolah merancang dan menerbitkan bulletin jumat. Hati saya berdegup kencang karena jumawa. Dalam hati, saya bilang, ‘ini waktunya gue nyombong ama Mas Kabul’. Saya ingin menunjukkan pada Mas Kabul, bahwa saya ini sudah ‘pintar’ dan ‘rendah hati’.
Jelas pintar dan rendah hatinya pakai tanda kutip. Sebab saya ingin menunjukkan kehebatan saya kepadanya. Saya ingin sombong. Saya ingin dianggap hebat oleh Mas Kabul. Rasa ingin dipuja tiba-tiba meruyak begitu saja.
Dan mata saya semakin berbinar-binar melihat Mas Kabul terkagum-kagum melihat software canggih di komputer kami. Ketika ia melihat anak-anak musolah pandai sekali memainkan alat bernama keyboard dan mouse untuk membuat bulletin jumat. Hidung saya kembang kempis karena bangga.
Lalu Mas Kabul bertanya, “Loh Rip. Musolah kampung ini kaya sekali. Bisa membeli perangkat lunak dan program mahal di komputer ini. Ndak mubazir?”
Saya kaget.
Bukan karena ia bertanya sambil make sarung dan sarungnya mau melorot copot. Tapi kaget karena pertanyaannya aneh.
– “Mas Kabul, sistem windows dan word kan murah. Lima ribu perak doang per CD”
+ “Itu bajakan rip”
– “Tapi kan nggak apa-apa demi mencerdaskan anak bangsa. Sistem komputer bajakan ini punya Bill Gates, bos perusahaan komputer. Orang paling kaya sedunia, Mas. Dan dunia ini sudah sedemikian kapitalis. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin dan bodoh. Bukan karena tidak mau belajar, tapi sistemlah yang memaksa orang miskin menjadi bodoh”
Mulut saya makin berapi-api. Memberikan kuliah pada Mas Kabul. Namun isinya bukan menekankan betapa pentingnya pendidikan buat anak bangsa. Melainkan, saya membela harga diri saya yang nampaknya akan hancur lebur di hadapan anak muda musolah.
Saya bawa semua teori. Mulai dari teori kepemilikan marxis hingga ayat-ayat quran yang sosialis. Semuanya demi membela harga diri saya yang benar-benar berantakan akibat Mas Kabul bilang bahwa komputer musolah yang kami pakai ‘dipertanyakan kehalalannya’.
Mas Kabul diam saja. Dengan tenang ia menjawab semua logika saya dalam kalimat “Rip, liat tuh tulisan KEBERSIHAN SEBAGIAN DARI IMAN di WC musolah. Liat ga? Itu ajakan untuk berbuat kebaikan, Rip. Semua orang juga mengerti artinya. Tapi coba kamu pikir, gimana kalau tulisan untuk berbuat kebaikan ternyata ditulis pakai barang curian? Gimana kalau itu ditulis pakai spidol dan papan colongan?”
Saya tidak bisa menjawab. Analogi Mas Kabul menusuk kalbu.
Saya diam cukup lama. Muka saya merah padam menanggung malu. Harga diri saya hancur lebur lantak tak bersisa. Maksud hati ingin di puja ternyata malah menanggung malu yang luar biasa.
Di depan ‘murid-murid musolah’, saya salah tingkah. Tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya pengen kabur sejauh-jauhnya. Maluuu..
Setelah lama terdiam. Mengumpulkan sisa-sisa keberanian yang secuil di hati, saya beranikan diri bertanya.
– “Mas, saya malu. Maaf. Saya takabur. Jadi apa yang semestinya saya ajarin buat anak musolah, Mas Kabul”
+ “Kalau kamu tidak tahu alternatifnya. Tidak apa-apa, Rip”
– “Loh apakah ada cara belajar komputer alternatif tanpa harus jadi maling, Mas?”
+ “Ada… Pakai Linux”
Sejak saat itu, saya berguru pada Mas Kabul. Berguru menggunakan Linux. Cukup susah. Sebab tampilannya masih memakai Terminal, mirip komputer purbakala.
Namun tahun berganti. Linux tidak lagi mirip komputer zaman dinosaurus. Sudah ada sistem komputer Linux yang cantik dan ramah bernama Ubuntu. Dan yang paling penting adalah, mudah digunakan, sebab menggunakan tampilan berbahasa Indonesia.
Bahkan kini, beberapa pemuda nan pintar dari Indonesia sudah membuat Sistem Operasi komputer nan canggih namun mudah digunakan berbasis Ubuntu. Nama sistem operasinya, BlankON.
Beberapa hari di awal-awal tahun 2008 ini, saya kok keingetan Mas Kabul. Ketika saya belajar Linux, beliau pernah berkata pada saya “Rip, belajar Linux itu tidak hanya membuat kamu tambah pinter. Dan bahkan tidak pula hanya mengurangi dosa dengan tidak memakai barang curian. Tapi juga menghargai orang-orang yang telah bekerja keras membuat sopwer”.
Saya tiba-tiba punya mimpi. Muluk-muluk mimpinya. Saya kepingin punya sekolah yang mengajarkan Linux pada anak-anak Indonesia. Bukan karena strategi bisnis. Atau apalagi niat jumawa bin takabur seperti kasus di musolah bertahun-tahun lalu. Saya hanya kepingin, anak-anak Indonesia punya ‘pilihan’.
Dari Mas Kabul, saya belajar bahwa dalam hidup manusia berhak punya pilihan.
Dan alam sadar ini terbawa-bawa dalam mimpi. Saya ingin juga anak-anak Indonesia generasi mendatang punya pilihan.
Diantaranya; termasuk memilih untuk tidak menjadi pencuri.
Saya terus bermimpi.
Semakin lama, mimpi ini semakin mengganggu tidur saya.
—————————————————————–
Bulan ini, Januari 2008, keresahan saya memuncak.
Saya bertanya-tanya dalam hati, bagaimana cara membantu Solikin?
Dan bagaimana pula agar tidur saya nyenyak, tidak terganggu mimpi muluk-muluk mencerdaskan anak bangsa?
Memikirkan masalah ini, beberapa hari, saya terkena insomnia. Saya tidak bisa tidur. Badan saya menggigil. Saya demam. Majikan saya, Ibu Nyonyah, sampai khawatir melihat kondisi saya.
Dalam kondisi galau hati tidak bisa tidur, saya berfikir. Apakah saya akan menghadapi semua masalah ini dengan tegar dalam diam? Pasrah? Atau melolong menangis tersedu-sedan?
Ataukah ada yang bisa saya lakukan, mungkin sedikit, mungkin kecil, tapi pasti ada yang bisa saya lakukan?
Tiba-tiba saya ingat blog ini.
Dalam kondisi galau… Saya kontak beberapa blogger (yang saya kenal melalui blog ini). Orang-orang yang dalam seumur hidup bahkan belum pernah saya temui sama sekali.
Hasilnya mengagetkan. Sebab beberapa blogger yang saya kontak, mengalami keresahan yang sama.
Bahu membahu, kami saling berbagi masalah ini. Dan saling memberi solusi.
Solusinya, antara lain
1. Untuk mencerdaskan anak bangsa
Ada ide untuk membuat sekolah. Sekolahnya pun ajaib, yaitu Sekolah Ubuntu. Sekolah untuk mengajarkan sitem operasi komputer Ubuntu. Sekolah ini rencannya gratis dan akan dibuka untuk umum, walaupun target utamanya adalah guru. Sebab guru punya kelebihan, yaitu kemampuan untuk menularkan ilmunya pada orang lain.
Alhamdulillah, hari ini, tanggal 15 Januari 2008, Sekolah Ubuntu dibuka. Walaupun masih dalam taraf training for trainer. Pendidikan untuk guru yang akan mengajarkan Ubuntu pada publik. Sebab nanti, sebenar-benarnya buka, akan launching ke publik, pada tanggal 1 Mei 2008.
Tempatnya di SERRUM, Rawamangun, Jakarta. Saat ini, komputer untuk belajar baru ada tiga. Sumbangan rekan-rekan blogger. Silahkan mengunjungi website Sekolah Ubuntu untuk keterangan lebih lanjut atau mau daftar.
Walaupun keterbatasan dana sehingga PC yang tersedia baru 3 biji, namun sungguh kabar gembira bagi guru yang sudah banyak disunat gajinya, untuk belajar Ubuntu tanpa harus memotong uang belanja mereka. Sebab sukur alhamdulillah, atas bantuan beberapa blogger yang peduli, sekolah ini gratis!
2. Untuk membantu Solikin
Atas saran beberapa blogger, saya dibantu beberapa teman akan menerbitkan buku. Isinya beberapa tulisan yang ada di blog ini dan juga beberapa tulisan yang belum dipublish.
Yaah isinya tidak jauh-jauh, masih seputaran pengalaman hidup orang-orang Cilincing.
Hasil buku yang akan diterbitkan ini akan kami gunakan untuk membantu Solikin membayar kontrakan rumahnya. Dan kalau masih ada sisa, dipakai untuk membayar penghulu. Sebab katanya, nikah di Indonesia itu tidak murah.
Beberapa blogger sudah bersedia akan membantu di masalah illustrasi, layout, dan pencarian penerbit. Bahkan seorang blogger sampai rela akan memasarkan buku saya (kalau sudah terbit nanti) di tokonya. Walaupun saya tidak tahu jenis toko beliau, namun saya amat menghargai upaya ini.
Jujur saja, saya saja masih bingung, apakah ada penerbit yang mau menerima tulisan saya. Sebab yang laku saat ini, bukankah teenlit, chicklit, dan tema remaja lainnya? (*walaupun sebenarnya saya ini masih boleh dikategorikan remaja. Remaja ABG… Abege jadul, hehe*)
Ada usul dari rekan blogger, sebaiknya ditawarkan saja ke penerbit terkenal yang terkenal gara-gara menerbitkan tulisan-tulisan relijius. Walah, saya sampai terkaget-kaget. Tulisan saya tidak relijius sama sekali. Penuh kalimat kasar parental advisory content alias konten dewasa. Apalagi di tulisan yang belum di publish, banyak tulisan mengenai pengalaman bersama Udin Petot, yang sudah jelas bukan bacaan untuk anak-anak dan sama sekali tidak relijius.
Tapi biarlah, apapun yang terjadi nanti, saya pasrah pada illahi. Yang penting ada usaha untuk membantu Solikin.
Dan saya pun pasrah pada illahi, jika ente-ente penonton, menganggap tulisan ini penuh dengan sanjungan pada diri sendiri. Penuh dengan kata yang menunjukkan kesombongan dan rasa takabur. Saya mah pasrah sajah. Daripada nggak bisa tidur, mendingan saya pasrah sajah pada illahi.
Dalam pasrah… Saya berdoa. Semoga anda, para pembaca tulisan ini memberi restu pada usaha agar Solikin bisa menikah dengan Maryam. Semoga anda, para pembaca nan budiman, memberi restu agar Sekolah Ubuntu bisa berjalan lancar. Agar pendidikan di Indonesia berjalan ke arah yang lebih baik.
Saat ini, saya tidak meminta apa-apa pada anda wahai pembaca yang budiman. Anda mau membantu, kami senang sekali. Andaipun tidak… kami hanya meminta doa… “Mohon Doa Restunya”
link: SEKOLAH UBUNTU
Januari 15, 2008 at 12:18 am
Saya komen duluan ya Bang – Sorry banget.
Maklum, tulisan ini dah saya tunggu dari tadi pagi. Sekarang saya baca deh….
Januari 15, 2008 at 12:31 am
Ok, sekarang komen.
Saya restui Rif (loh tadi “Bang”..).
Saya nggak tau mesti berbuat apa. Saya ndak punya banyak duit, tapi maaf kalo misalnya saya punya sedikit, cantumkan (atau kirimkan lewat email) no. rekening bank.
Sorry Rif, bukan sok, tapi saya ingin bukan sekedar “blogwalking”.
terimakasih euy Mas Bowo
Januari 15, 2008 at 1:10 am
semoga sukses sama misi mulianya bang 🙂
Terimakasih mas vendy
Januari 15, 2008 at 1:48 am
Aku ikut urun doa, Bang. Mudah-mudahan semua yang direncanakan berjalan dengan iringan berkat dari Tuhan, lancar & sesuai harapan.
Sama seperti bsw, kalau cuma punya uang segopek dua gopek, ke rekening manakah gerangan bisa dikirimkan?
Nanti kabarin kalau bukunya udah terbit ya, Bang 🙂
Insya Allah rekening akan segera diumumkan euy. Saat ini lagi konsolidasi masalah infrastruktur. Makasih atas doanya
Januari 15, 2008 at 2:11 am
amiiien
meluncur ke sekolah ubuntu
Januari 15, 2008 at 3:09 am
Doa dan restu untuk segala rencana mulia sampean, semoga dimudahkan dan berhasil 🙂
terimakasih atas doanya
Januari 15, 2008 at 3:53 am
mana bukunya? aku pasti mau beli 😀
Sabar Mbak.. sabar… hehehe
Januari 15, 2008 at 4:33 am
ntar kalau bukunya udah terbit, kasih tau saya ya… 😀
semoga semua usaha diatas diberikan jalan yang mulus oleh-Nya… [-O<
Makasih Cika. Makasih atas doanya.
Januari 15, 2008 at 4:44 am
saya nungguin bukunya terbit bang…
tapi syukurlah bang aip bukannya mau hiatus 😀
Terimakasih sudah mau menunggu Mbak
Januari 15, 2008 at 5:03 am
nanti saya insya allah baca buku nya deh. ..
*ga janji beli.. kantongnya juga ngga dukung seh
tetap semangan dengan misi nya
MInjem di perpus juga gapapa. Hehehe
Januari 15, 2008 at 5:17 am
Menarik sekali… tawaran belajar Ubuntu gratis 😛 Akan saya ajak beberapa guru (SD/TK)negeri Jakarta yang saya kenal, saya yakin mereka bersemangat menambah ilmu utk menularkan pada lingkungannya.
Solikin pasti segera hilang liuerna… ada usaha ada doa ada teman seperjuangan pasti selalu ada jalan terbaik 🙂
Ternyata tulisan ini melebihi harapan saya 😉 I’m impressed…
Iya, pasti ada jalan.. Ada hasil dari usaha ini. Terimakasih Mbak
Januari 15, 2008 at 5:33 am
sebagai pengguna Ubuntu, saya mendukung, tapi yang jelas saya back-up moral dulu karna saya kebetulan masih gaptek…
Wah backup moral aja udah bagus, Mas Hedi
Januari 15, 2008 at 6:27 am
Insya Allah saya bantu bang…
Saya juga mau ikutan sekolahubuntu, tapi masih baru ada di Jakarta ya? Sudah lama keresahan menggunakan produk bajakan (ples pirus-pirusnya yang menyusahkan) mengganggu benak saya…
Iya, kita lagi usaha agar ada kuliah online Mas Fadil. JAdi kalimantan bisa ke-cover
Januari 15, 2008 at 7:03 am
smangat!!!
Januari 15, 2008 at 7:21 am
Aku hanya bisa dukung dengan doa aja ya bang 🙂
Terimakasih atas doanya
Januari 15, 2008 at 7:43 am
semoga lancar dan banyak yang tergerak membantu.
mmm…apa yg bisa dibantu?
Mau ngeditin bukunya, Mbak?
Januari 15, 2008 at 7:44 am
bang arip,
kalo bukunya dah jadi, boleh pasang di website saya. gratis
Terimakasih boy atas dukungannya. Iya, pasti saya hubungi deh nanti kalau sudah terbit
Januari 15, 2008 at 7:46 am
doa dari tanah seberang, kira-kira cukup mujarab nggak ya Bang? Jangan-jangan setelah nyebrang selat malaka, menjadi nggak manjur lagi?
Insya Allah, manjur Pak De. Namanya doa, kalo ikhlas mah, manjuur.
Januari 15, 2008 at 7:58 am
ini serius atau boongan sih?
regards,
Tukang ketik
Komennya Mas Adi ini selalu sama. Hehehe.
Januari 15, 2008 at 8:32 am
Jadi inget sewaktu mertua saya dulu membantu orang yang hutang kepada Bank. Kata mertua saya, sebenarnya si orang itu ngga harus kehilangan tanah dan rumahnya dan ngga harus bayar bunga terus menerus. Pada saat usaha hancur, seharusnya dia bikin laporan ke Bank kalo bangkrut. Setelah itu ya urusan tinggal pinjaman pokok yang ternyata jadi ngga seberapa besar, bunga hutang ngga perlu lagi.
Anyway, semoga berhasil membantu temannya ya.
Terimakasih atas saran dan doanya, Pak
Januari 15, 2008 at 9:06 am
ah, ini orang2 bener2 baik hati dan suka menolong. saya bantu doa ya, bang…
Terimakasih Simbok
Januari 15, 2008 at 9:27 am
seperti janji saya sebelumnya Bang…saya siyap jadi marketing!
*BERAPI API*
Makasih Siwi
Januari 15, 2008 at 11:27 am
saya bantu doa kang…cuma bisa itu soalnya…doaku menyertaimu…
Terimakasih Mbak Senja
Januari 15, 2008 at 12:17 pm
saya hanya usil (eh usul) boleh kan bang …
kalo bukunya dah jadi, dipajang aja di sabuku.com ato kutubuku.com meski tidak menjual tapi kan sudah terpampang covernya di website.
Wah terimakasih euy atas idenya. bagus tuh.
Januari 15, 2008 at 12:19 pm
bang aip saya dukung doa jg…..
Makasih Tan
Januari 15, 2008 at 4:33 pm
Semoga sukses, Bang.
Makasih Mas Dewo
Januari 15, 2008 at 5:18 pm
semoga niatnya kesampaian…
Terimakasih
Januari 16, 2008 at 4:36 am
Untuk sekolah ubuntu, saya coba daftar jadi penerjemah materi ya Bang.
Untuk buku, saya mau pesan satu, trus nanti saya juga akan coba pasarkan ke orang-orang terdekat. PM aja kalau udah OK ya Bang..
Selain itu, kira-kira apa lagi yang bisa saya bantu Bang?
*Bersyukur apa yang saya takutkan saya tidak menjadi kenyataan*
Emang yang kamu takutkan apa, Med. Saya bakalan kawin lagi? Hehehe
Januari 16, 2008 at 7:03 am
good luck bangaip. izinkan saya membantu dengan cara saya 🙂
Terimakasih Mas Edo atas bantuannnya
Januari 16, 2008 at 7:29 am
nunggu bukunya bang aip ah…
Iya Mbak Maria. Kalau sudah terbit, pasti saya bilang-bilang. Makasih yaa.
Januari 16, 2008 at 7:37 am
[…] ini seperti biasa saya membuka google account, dan melihat ada tulisan baru di blog bangaip. Tentang rencana bangaip membuka sekolah ubuntu, sekolah gratis yang mengajarkan penggunaan Linux […]
Januari 16, 2008 at 7:39 am
btw, moga2 suatu saat ini tidak hanya bisa jadi sekolah ubuntu, tapi bisa jadi sekolah gratis bagi berbagai ilmu IT 🙂
Niat ke depannya begitu, Mas Edo. Doain saja.
Januari 16, 2008 at 7:43 am
Akhirnya, jadi nih Cilincing Undercover 😀
Kita promosikan ala Blogger boss, buku pertama di Indonesia yang dipromosikan (antara lain) melalui blog.
Kalau bisa nanti ada versi eBooknya juga yaa, supaya bisa kita bantu jualkan melalui website kita juga masing-masing.
Moga sukses bang!
Haha, Undercover udah TM nya EMKA, Pak. Oh ya, lewat ebook bagus juga tuh Pak. Insya Allah, saya kontak Pak Harry kalau sudah jadi nanti. Makasih Pak atas dukungannya
Januari 16, 2008 at 7:54 am
HIhihi.. keren tuh usul mas sufehmi, Jakarta undercover. Insya Allah berhasil ya bang.. Saya bangga Indonesia punya SDM kayak bang aip sama temen2 lain yang mau memajukan bangsa ini, bukan ngejelek2in. Meski saya ilmunya cuman setitik dibanding bang aip, tapi kalo ada yang bisa saya bantu kasi tau aja bang.. Atau kalo bukunya udah keluar ato gemana saya mo post di site saya atau pasang bannernya.
PS: Salam buat solikin dan semua sahabat abang ya.. Chintya Putri juga termasuk lho.. hehe.. SAKSES BANG!!
Terimakasih Tiw. Aduh bahagia saya didukung kamu.
Januari 16, 2008 at 8:18 am
Bang, Aip…sy mau daftar dunx…, Sy do’akan semoga niat temennya bang Aip untuk menikah terlaksana di 2008 ini, juga bukunya bang aip…Kapan nih..bisa ‘kopdar’…
Nanti yaa, kalau saya pulkam. Insya Allah kita ‘kopdar’ rame-rame. Hahaha
Januari 16, 2008 at 9:57 am
Saya ikut mendoakannya.
Terimakasih Kang
Januari 16, 2008 at 10:12 am
Bang,
minta ijin meng-copy paste blognya 😀
saya juga dukung dgn beberapa komunitas, misalnya IGOS Codecamp coba juga develop solusi buat pesantren.
Doain juga bang …
http://groups.yahoo.com/group/igos-codecamp
Insya Allah, pasti saya doakan.
BTW, ada buntet pesantren tuh yang nampaknya suka sekali akan kemajuan teknologi. Bagaimana ini Mr Kurt? Ada bala bantuan nih.
Januari 16, 2008 at 10:23 am
Meskipun mengajarkan Open Source, nantinya jangan sampai ada kebencian terhadap software berbayar ya Bang.
Biarlah kedua jenis sopwer itu berjalan beriringan dalam suatu harmoni *halah*
Pasti Mas Yeni. Tidak diajarkan kebencian terhadap sopwer berbayar. Tapi akan diajarkan kesadaran menggunakan software yang berbayar maupun yang tidak berbayar.
Januari 16, 2008 at 10:57 am
Bang Aip, kalo di Semarang ada nggak? Sebagai kaum awam, pengen nih ikut2 ngaji ubuntu, tapi kalo ke Jakarta jauh ya… Gimana coba?
Insya Allah, kita cari cara. Semarang ada di list SekolahUbuntu kok.
Januari 16, 2008 at 11:45 am
Saya sudah belajar Ubuntu… dan inilah hasilnya
Semoga sukses dengan proyeknya bang… Sementara saya hanya bisa bantu dengan doa
Terimakasih Rid. Saya bangga loh kamu udah nyoba. Apapun hasilnya. Yang penting udah nyoba
Januari 16, 2008 at 5:05 pm
Selamat, bang Arif. Sebagai sesama pengguna Ubuntu, saya ikut bantu do’a. I can feel that someday I’ll be able to meet you. 😉
Yeah, we meet someday. Pasti, Inya Allah, kita akan dipertemukan nanti.
Januari 16, 2008 at 6:38 pm
Semoga sukses Bang … insya Alloh saya usahakan untuk silaturahmi ke SERRUM sekitar bulan Mei
Saya ingin bertemu dengan saudara2 di SERRUM
Januari 16, 2008 at 8:18 pm
Ada yang ketinggalan …
Untuk Mas Solikhin … saya hanya bisa membantu doa … semoga terkabul ya Mas … AMIEN
Makasih King. Saya sampaikan salamnya buat Solikin
Januari 16, 2008 at 10:58 pm
akhir2 ini jarang blogwalking, jadi ketinggalan berita.. saya dukung 100% program dan rencana ini..
HIDUP UBUNTU!! *berapi2*
Terimakasih atas dukungannya, Mas
Januari 16, 2008 at 11:32 pm
[…] Ada Sekolah UBUNTU !! Saya hanya bisa mengatakan SALUT! *terharu*, ide ini digagas oleh bangaiptop. […]
Januari 17, 2008 at 2:33 am
saya restui mas, semoga sukses yach. 😀
hehehe…salam kenal 🙂
terimakasih, salam kenal juga
Januari 17, 2008 at 5:47 am
Anak saya juga udah pake Linux, karena memang kalau window beli bajakan, walau ga ketahuan, tetap dosa.
Mudah2n keinginan mulia bank Aip dapat terwujut…ntar kalau bukunya terbit dimuat di blog ya, dan kemana harus belinya.
Oh ya, kalau sudah terbit, pasti saya bilang-bilang Bu. Makasih Bu atas doanya
Januari 17, 2008 at 3:25 pm
Maju Terus sekolah Ubuntunya
…
Klo bukunya dah terbit bilang2 yah…
Yup.. Pasti
Januari 17, 2008 at 4:24 pm
Sekolah Ubuntu ? Ide yang luar biasa, ikut daftar aaah. Sekalian izin copy paste sebagian isi blognya yah bang. Indpiratif sekali untuk saya.
Silahkan di copy paste. Alhamdulillah kalau ada manfaatnya. Saya senang sekali.
Januari 18, 2008 at 8:39 pm
Bang Aitop, kalau mau tulis tentang cilincing jangan ceritain kelakuan warganya yang negatif yaaa, apalagi yang hobi ke rawa malang …. hahahahahaha 100 x
sukses terus bang, doa ku menyertaimu… ——kisah bang solihin hanya sebagian kecil sekali persoalan masyarakat disana… tak akan kulupakan kenanganku pernah tinggal di cilincing seumur hidupku, walaupun kumuh dan banjir……
Makasih doanya Bang Rere. Iya, itu kampung, walopun kumuh dan banjir… kenangannya banyak bener. Eh iya, saya boleh nulis soal polisi yaa? Hehehe
Januari 20, 2008 at 5:03 am
Selamat, bang.
Meski mikrosop sayah ndak bajakan, sayah pengen jugak nyobak nyang gretongan…. 🙂
Silahkan Mas Mbel. Mau nyoba tanpa nginstall, bisa pakai LiveCD atau datang aja ke sekolah ubuntu.
Januari 20, 2008 at 2:10 pm
Yup.. betul tuh mas mblegdez…
sekali-kali coba kan gak ada ruginya.. salam jumpa.. udah lama nggak nongol nih..!!!
Salam jumpa juga Mas Prim
Januari 20, 2008 at 2:58 pm
halo…
saya bantu doa deh…
hihihih…
Terimakasih. hihihi
Januari 20, 2008 at 4:29 pm
halo Bangaip…
Saya sangat terenyuh dengan apa yang terjadi dengan Solikin..
Semoga ia dapat ditunjukkan sebuah jalan yang terbaik………
Ohya Sekolah Ubuntu adalah ide yang bagus.mari kita ramaikan!!!
salam buat sang Nyonyah…
Makasih Je. Makasih atas bantuannya ngedit tuh buku
Januari 20, 2008 at 9:10 pm
Bang Aip,
Saya ingin membantu misi yg mulia ini utk anak negeri yg tercinta. Saya ingin mengambil bagian walaupun yg terkecil utk terlibat dalam kegiatan sosial yg dibebankan kepada Bang Aip. Saya tunngu keterangan selanjutnya. Dan harapan saya sekolah ubuntu ini bisa berjalan lancar dan ditangani dgn prof spy menghasilkan buah spt yg diharapkan. Saya salut dgn Bang Aip, De king, Awaluddin dan rekan2 bloq lainnya yg ikut mewujudkan mimpi ini menjadi kenyataan.
Mbak Citra, terimakasih. Saya kasih info lewat email yaa.
Januari 21, 2008 at 7:17 pm
kalo bukunya terbit…
bilang2 ya bang…
insya allah saya akan beli 1!!
tapi kalo bisa jgn semua yg pernah dipublish disini ya yang dibukuin…
yg undercover juga okeh tu!!!
GUDLUK banG!!!
Makasih euy
Januari 22, 2008 at 10:36 am
bang aip.. aye kangen si udin petot (padahal sumpah gak pernah kenal langsung atawa ketemu)
ada crita2 konyol menyangkut manusia nyleneh ini gak??
oia, salam kenal
Salam kenal juga. Udin Petot akan muncul nanti di buku saya. nantikan terbitnya (*hehe promosi banget*)
Januari 24, 2008 at 12:34 am
uhuk….. cerita bang aip dah aku bukukan lho.. buat baca-baca aja.. tapi banyak yang minjem 😦
*comment ga nyambung*
Wah saya jadi terpacu buat nulis lebih banyak. Komen kamu positif di benak saya, Alma.
Januari 24, 2008 at 5:18 am
Sontak saya berdiri, dan bertepuk tangan dengan gegap gempita… **standing ovation**
Bravo!
Sekarang saya yang miris karena gak bisa bantu apa-apa…
😦
Januari 24, 2008 at 9:25 am
Ntar saya beli bukunya, klo jd diterbitkan.
Terimakasih Mbak
Januari 24, 2008 at 4:35 pm
Bang Aiip…
Insya Allah aku beli bukunya kalo dah terbit entar.
Moga2 Mas Solikin diberi sabar yang berlebih, ’cause Allah loves good man like him.
Btw, kalo butuh bantuan ilustrasi, aku mau bantu loh.
* Nobody in the world does big matters; All we can do is small matters… with big love. (Mother Teresa) *
Terimakasih Mas Redi. Terimakasih atas supportnya
Januari 25, 2008 at 5:33 am
Bang, saya mah ga ngerti urusan ubuntu2an dan semacamnya. Yang saya ngerti adalah saya pengen banget bantu sekolahan abang tuh. Gimana caranya, Bang?
Silahkan daftar ke bagian relawan. Terimakasih sudah membantu.
Januari 25, 2008 at 8:46 am
Salam kenal, Bangaip.
Beruntungnya Bangaip yang sudah bisa merealisasikan walaupun belum penuh. Saya sendiri masih sebatas konsep.
Saya percaya, pasti suatu saat anda pun beruntung, mampu merealisasikan konsep anda. Saya doakan yaa.
Januari 30, 2008 at 11:02 am
saya dukung rencana ini. Saya bersedia jadi relawan dan mempublikasikan sekolah ini. Saya udah pernah menggunakan ubuntu dan emang distro linux yang satu ini keren banget.
Semoga sukses
Januari 31, 2008 at 2:00 am
bang..masih inget saya bang..
wah ternyata abang masih hidup ya…..hee.hee
-irvan-
newmedia – bali
Wahh bangganya saya dikunjungi Pak Irvan. Apakabar Pak? Masih ganteng dan dipuja gadis-gadis, Pak? 😉
Februari 17, 2008 at 4:33 pm
Tentu saja saya do’akan Bang,
Amin amin semoga yang terbaik yang abang dapatkan,
Terimakasih Pak
Maret 12, 2008 at 11:51 pm
Bang Aip, ane amo dong ikutan, belajar sekalian kalo boleh ngajar juga di sekolaan nyang bang Aip pengen bikin. Kalo udah jadi kasi tau ya, saya mo daftar jadi relawan di sekolaan ntu..
makasih bang yeeee……..
—-
Mas Pramartya, silahkan daftar ke halaman daftar relawan di Sekolah Ubuntu. Saat ini, para relawan sudah aktif di milis relawan sekolah ubuntu. Sedang menggolkan rencana kuliah online.
Terimakasih sudah berniat membantu
Mei 13, 2008 at 9:46 pm
gabung link
q ada usaha design arsitekture
mungkin kalau ada temen anda butuh design saya bisa hub saya di 031 7258 8675
atau kunjungi kami di wen kami di
http://www.hcconsultan.blogspot.com
terimakasih