Saya dan adik saya si Uul, sering tertawa apabila menonton beberapa acara tivi di RI.
Salah satu yang membuat saya dan Uul ngakak (*tertawa keras-keras, dari bahasa betawi Jakarta*) adalah ketika menonton acara yang berjudul Tim Pemburu Hantu. Selain itu, Sinetron Hidayah juga membuat kami tertawa. Kadang-kadang sampai guling-gulingan di depan tivi.
Sambil berfikiran, ada-ada saja media di Indonesia.
Tapi sebelumnya, saya mohon maaf dulu nih yaa pembaca. Pasti diantara anda ada yang menyukai dua tayangan diatas. Dan merasa tersinggung. Maka itu saya mohon maaf kalau anda tersinggung. Percayalah, dalam tulisan ini tidak ada maksud menyinggung anda.
Selera humor itu bagi saya abstrak. Apa yang saya anggap lucu belum tentu lucu, bagi orang lain. Tapi kebetulan saya punya selera humor yang sama dengan si Uul. Maka itu kami berdua tertawa-tawa ketika melihat acara tivi Tim Pemburu Hantu dan Sinetron Hidayah.
Saya tidak akan membahas masalah kepercayaan dalam tulisan ini. Jadi bagi anda yang percaya maupun yang tidak percaya hal mistis, santai saja.
Dan saya juga tidak akan membahas soal saya yang memiliki kepercayaan pada tuhan tertentu atau tidak. Itu urusan yang tidak ingin saya bagi kepada publik. Sebab saya ini egois, tidak ingin berbagi tuhan dengan anda. Hehe.
Ok. Sekarang kita bahas, satu-satu. Dimulai dari Tim Pemburu Hantu.
Apa itu Tim Pemburu Hantu?
Tim Pemburu Hantu (*yang dengan semena-mena saya singkat jadi TPH biar gampang menyebutnya*), adalah sebuah acara di televisi swasta di RI.
Acara ini menampilkan sekelompok orang sedang beraksi dalam memburu hantu. Ditonton oleh segerombolah massa yang tertarik di sekeliling aksi mereka. Entah tertarik karena hantu, atau tertarik dengan alasan ‘sukur-sukur bisa masuk tipi’.
Dalam penayangannya, acara ini kalau tidak salah berdurasi selama 1 jam.
Menurut website Tim Pemburu Hantu, TPH adalah “…semata untuk membantu sesama yang terkena gangguan ghaib bukan bermaksud untuk menonjolkan kekuatan. Semoga Apa yang kami lakukan dapat membantu serta menghilangkan rasa cemas para pelapor. Amin“.
Tim Pemburu Hantu ini banyak sekali peminatnya. Mungkin karena perilaku anggota TPH yang unik dalam menjalankan aksinya.
Keunikan ini ada diantaranya adalah kesaksian mengenai mantan anggota TPH yang katanya bertemu Yesus Kristus. Lalu pengakuan salah seorang anggota TPH yang katanya hantu-hantu yang ditangkap akan dimasukkan ke apartemen hantu.
Dalam aksinya, para anggota TPH ini terlihat berdiri. Kadang duduk bersila. Kadang berlari. Kadang memejamkan mata. Kadang melotot. Kadang diam. Kadang berteriak bagai marah HAH! HAH! Namun, semuanya punya satu kesamaan, yaitu komat-kamit. Bagai mengulum permen karet alot. Mulut mereka terus bergoyang-goyang.
Mereka baru akan berhenti apabila sudah banyak peluh keluar dari tubuh. Apabila seseorang pelukis yang berseragam TPH, memakai baju gamis panjang dan sorban, selesai melukis hantu imajinya. Dan apabila seseorang anggota TPH membuka kendi dan menutupnya erat-erat. Untuk menyimpan hantu raksasa besar yang terlihat dalam gambar yang dilukis.
Sungguh menarik.
Tim Pemburu Hantu ini katanya berating tinggi. Banyak yang menonton acara tersebut. Namun pada bulan ramadhan, tayangan ini dihentikan.
Mengapa dihentikan?
Mungkin karena sama pengaruhnya seperti menonton tayangan porno? Atau karena bulan ramadhan semua setan/iblis dirantai? Atau mungkin karena daya jual yang menurun? Atau malah alasan politis? Entahlah.
Saya tidak tahu jawabnya.
Maka itu, sekarang kita akan membahas salah satu tontonan yang tidak kalah menariknya. Yaitu Sinetron Hidayah.
Apa itu Sinetron Hidayah?
Sinetron berasal dari kalimat Sinema Elektronika. Berdasarkan Ensklopedia Hutchinson, sinetron adalah “Serial melodrama radio atau televisi. Berasal dari Amerika Serikat tahun 1930-an. Pada awal-awalnya sinetron di kenal juga sebagai opera sabun. Karena disponsori oleh pabrik sabun serta pabrik deterjen”.
Sinetron Hidayah (yang saya singkat ugal-ugalan menjadi SH) katanya mirip dengan TPH. Bedanya menurut Anjar Priandoyo, SH itu banyak adegan reproduksinya.
SH ini tontonan dengan durasi sekitar 1 jam. Kadang bersambung. Kadang adalah plot cerita mandiri. Namun semua tayangannya mempunyai persamaan, ada pelaku yang diam namun komat-kamit mulutnya. Kadang si pelaku adalah Pak Haji, Pak Kyai, Pak Dukun, atau lelaki/perempuan yang dibalut keinginan tertentu.
Sinetron Hidayah ini menonjolkan aspek reliji dalam setiap tayangannya. Agama yang dijadikan sasaran tembaknya adalah Islam. Para pelaku protagonis digambarkan selalu relijius. Tokoh antagonis adalah yang non-relijius. Namun tokoh antogonis dan protagonis selalu sama, diselubungi mistis.
Sinetron Hidayah adalah salah satu tontonan yang mempunyai rating tinggi pula. Bagaimana tidak tinggi, jika adegan-reproduksi-digabung-relijius-sekaligus-mistis, ditayangkan pada jam tayang utama. Ketika bapak baru saja pulang kerja. Ketika Ibu sudah selesai mandi dan berdandan merangsang feromon suaminya. Ketika pembantu sudah selesai mencuci piring bekas makan malam. Ketika anak-anak sudah selesai mengerjakan pekerjaan rumah.
Sebuah tayangan yang memanjakan semua mata. Dari mata yang bernafsu melihat adegan suami istri dalam melakukan reproduksi. Hingga mata yang ingin melihat ‘efek langsung’ kesungguhan dalam mempraktekkan ajaran relijius. Sampai mata yang penasaran menyibak rahasia alam gaib.
Sebuah tayangan yang katanya memanjakan ‘mata ndeso’ yang letih melihat kejahatan selalu menang di republik ini .
Sungguh menarik.
Mengapa menarik?
Jelas menarik sekali. Dari tayangan-tayangan diatas, seakan terlihat Republik Indonesia bagaikan sebuah negara sihir besar. Dimana setiap tayangan mengenai mistis selalu laku untuk dijual.
Dari tayangan diatas pula dapat diketahui, bahwa republik tercinta ini memiliki bangsa yang sungguh-sungguh relijius. Buktinya, semua tayangan rating tinggi selalu berselimut reliji.
Bohong kalau ada yang bilang negara ini tidak dilingkupi reliji. Sudah terbukti toh ketika seorang da’i diperlakukan bagai selebriti. Diburu-buru paparazzi. Digoyang kanan kiri untuk jumpa pers. Ketika ketahuan kawin lagi.
Lalu kenapa saya dan si Uul tertawa terbahak-bahak?
Sebab setiap melihat dua tayangan tersebut, kami berasa bagaikan sedang memainkan film Harry Potter. Dimana Inggris terbagi dalam dua dunia. Pertama, dunia manusia yang disebut dunia muggle. Satu lagi, dunia sihir. Dunia para penyihir seperti Harry Potter dan teman-temannya.
Bedanya, kami tidak tinggal di London, seperti si penyihir muda Harry Potter. Kami tinggal di Cilincing. Kami tidak hidup dalam buku karangan JK Rowling. Melainkan nyata-senyata-nyatanya dengan semua problematika yang pasti amat sulit diciptakan dari rekaan seorang pengarang.
Lalu kenapa juga masih tertawa?
Sebab kami berandai-andai. Jika sebuah buku ditulis 100 tahun mendatang.Bukan buku fiksi. Sebab isinya menceritakan tentang sebuah negara dengan banyak pulau. Dengan penduduk yang tidak kalah banyaknya.
Sebuah buku pendidikan sejarah bangsa, isinya mengenai republik sihir. Dengan bangsa yang amat relijius. Namun gila sex.
Pasti laku.
(*Tulisan ini pasti laku dicari para makhluk yang memakai kata kunci Harry Potter dan Sex. Hehe. Ok, siap-siap melihat ada komentar yang akan berdagang tuhan, neraka, surga dan moral dalam komentar-komentar dibawah ini*)
Februari 2, 2008 at 3:00 pm
Saya masuk ke sini ndak berbekal kata kunci di atas lho Bang, hanya kebiasaan saja, nengokin Bangaiptop.
Memang segala sesuatu di republik ini kayaknya bisa “disihir” sesuai kepentingan penguasa ya bang.
Terimakasih sudah ditengokin Pak Dee. Bangga saya loh ditengok panjenengan. 🙂
Februari 2, 2008 at 3:12 pm
hihihi…judulnya itu lho… 😆 😆
saya untungnya udah jarang nonton tipi siaran nasional. mending nonton dipidi aja deh.. 🙄
Tulis dong review DVD yang kamu tonton, Chika. Sekali-kali, pengen tau saya tontonannya Chika. 🙂
Februari 2, 2008 at 3:26 pm
ah… yet another $hitnetron-related post.
saya suka ini. hehehe
ada yang tersinggung? bagus deh, nyadar.
Hehe, saya nggak niat nyinggung kok, Mas. Hehe.
Februari 2, 2008 at 3:54 pm
Saya juga masuk sini bukan karna kata kunci lho bang,,
Tapi bentar lagi pasti banyak yg maki2 dengan dalil ato sekedar ngajak debat kusir!!hehe,,
Btw, soal film macem hidayah,,saya dulu sempat diskusi sama temen saya yg kebetulan agamanya Nasrani,,,saya tanya ke dia:
Gmn bro pendapat km ttg film kayak gt?? Islam tu gk kayak gt lho bro..
Trus dia jawab,,iya,,tau kok..itu kan cuma dilebih2in aja kan men??
Alhamdulillah,,brati kan gak semua org non Islam menCap Islam hampir sama dgn mistis..
Islam ga identik dengan mistis. Tapi tontonan yang mengidentikkan itu, laku dijual di RI.
Imbasnya pada anak-anak nusantara generasi mendatang. Itu yang menakutkan.
Februari 2, 2008 at 3:57 pm
Hwaaa…ka….ka…. 😆 😆 😆
Asli sayah jugak ngakak guling-guling….
Februari 2, 2008 at 4:02 pm
Numpang ngakak lagee bang….
Situ gendeng banget.
Kalok ada disebelah sayah pasti sayah timpuk dompet….
😆
Hehehe. Saya tangkep dompatnya. Trus Mas Mbel saya traktir bajigur. Hehehe
Februari 2, 2008 at 4:28 pm
Lho?!? saya googling nyari SEX kok nyangkut sini?
Dasar tulisan tidak reljius dan menyesatkan, yang nulis pasti bukan ahli (tentang) surga.
Tapi bener emang, saya dan semua tetangga sekampung di Lampung, dari pagi sampe malem itu tontonanya ya sinetron religius, kebanyakan soal islam dan siluman ular/buaya. Benar-benar negeri sihir yang relijius, makanya saya cuma bisa waras kalo pas di Bogor aja.
*kurikulum terlalu lambat, arrrgh!!*
Banyak orang yang berkomentar, Mas Teguh. Bahwa sinetron relijius mistis sudah tidak ada. Saya bingung, apakah mereka menonton tivi, atau minimal membaca acar tipi di koran. Ada bahkan yang sudah skeptis sekali pada tivi. Umumnya komentator yang tinggal di kota besar (berdasarkan IP address).
Sayang yaa banyak yang lupa, bahwa Indonesia bukan hanya kota besar.
Februari 2, 2008 at 4:46 pm
lha kok judulnya gitu ya?
Seharusnya apa?
Februari 2, 2008 at 5:31 pm
:-d
No komen deh, emang begitu adanya kok 😆
Februari 2, 2008 at 5:32 pm
Bang Bang… judul senetron senetron itu juga syerem syerem biasanya, mengandung darah darah gitu kan?
ada beranak dalam kubur (ih, kayak ndak ada tempat enak buat beranak ya?), babi ngepet, kucing ngepet, dll lah…
mungkin suatu saat saya akan mbuwat senetron hidayah juga… tapi judulnya superserem: SELANGKANGAN BERDARAH
*menggigil ketakutan*
baca judulnya aja udah ngeri kan Bang?
😆
Hahaha. Saya ngakak beneran baca komen kamu, Siwi.
Februari 2, 2008 at 6:19 pm
bwahahahahahahaahh…
ya kayak gitu deh…
hahahahhaah….
*ngakak*
Februari 2, 2008 at 6:59 pm
Disclaimer: Saya masuk via jasa feed. 😛
Formula yang mematikan, menggabungkan unsur bau surga, reproduksi, dan mistisisme. 😆
Masuk lewat google search engine juga gapapa, Kopral. Huehehe
Februari 2, 2008 at 7:47 pm
lho bang, lagi butuh rating search engine nih? 😛
tapi memang lucu…saya senyum2 sendiri, kalo ada yg sebut saya gila, sampeyan ikut tanggung jawab ya
Nggak Mas Hedi. Nggak niat nyari rating. Tapi memang mengingatkan saja. Bahwa ada tanggung jawab buat generasi ke depan. Generasi yang kenal Harry Potter.
Februari 2, 2008 at 8:01 pm
“Pada awal-awalnya sinetron di kenal juga sebagai opera sabun. Karena disponsori oleh pabrik sabun serta pabrik deterjen”
saya baru tahu.. makasih atas infonya
saya juga ndak suka nonton yang kek begituan.. mending nonton spongebob dah..
Ada yang lain selain spongebob yang menarik?
Februari 2, 2008 at 8:40 pm
saya suka ‘hidayah’. banyak belatungnya, hyahahaha….
Ada lagi yang disukai, Mbok. Selain ‘hidayah’
Februari 2, 2008 at 9:08 pm
hauwhauwhauwhauwh dalem!!!!!!
untungnya sudah ga ada yg begonoan sekarang…
btw knapa baru ditulis?? OOt
Sudah ga ada?
Masa sih sinetron berbau mistis reliji plus pornografi terselubung tidak ada?
Februari 3, 2008 at 12:19 am
Saya sih mending nonton sinetron remaja. Meski akting mereka berantakan, tapi tampang mereka lumayan dijadikan hiburan 😀
Apa sinetron remaja yang bagus?
Februari 3, 2008 at 8:33 am
*tersinggung*
*ngakak*
Februari 3, 2008 at 9:16 am
hehehe, persis! ketika ngeliat kelakuan anak2 di RS kemarin, dalam hati gw bilang: apa gw yg udah terlalu tua untuk tau permainan anak2 sekarang? jadi hantu, main mayat2an…ckckck, hebat sekali tipi kita
Saya mbaca blognya Mbak Yati, jadi ngeri sendiri waktu menceritakan mereka (anak-anak itu) menggotong triplek sambil tahlil. Sudah sedemikian parahnya pengaruh ke generasi mendatang. Ngeri banget.
Februari 3, 2008 at 10:40 am
saya sempet penasaran ama jdl yang terbaca di rss reader saya, saya pikir tentang cerita terakhir harpot :)) anyway, saya juga merasa TPH dan SH adalah dagelan semata 😀 hehe
Februari 3, 2008 at 1:54 pm
Wakakaka…
Kalau saya sih males nonton acara begituan.
Saya juga. Tapi karena lucu. Suka kadang-kadang menyaingi Mr Bean. Jadi saya tonton. Lumayan ada bahan ketawaan.
Februari 3, 2008 at 3:13 pm
apa ngaruhnya sama harry potter….
Maap kalau tidak bisa menyenangkan anda dengan memberi suapan-suapan soal Harry Potter
Februari 4, 2008 at 3:20 am
#9 itu “selangkangan berdarah” kapan rilisnya?? **menunggu penuh harap** 😀
Haha, saya juga ikut menunggu, Mas Iway
Februari 4, 2008 at 3:36 am
saya ndak mau berdagang tuhan di sini, bang. saya mau menyewakan saja, bagaimana? bikin kartu membernya murah, kok 😛
Berapa sewa perjamnya Joe? Trus kalo ditambah sewa kamar, jadi berapa semuanya?
Februari 4, 2008 at 5:25 am
saya masuk lewat gugel rider bang 😀
tapi ya…. pada dasarnya kan orang seneng liat jagoannya menang. dan si jahatnya kalah…. apalagi kalau misalnya sampe ber belatung dan berdarah-darah 😆
Di dunia barat tahun 70-an ada semboyan ‘Drugs, Rock n roll and sex’. Di Indonesia tahun 2000-an ada semboyan ‘Jagoan, belatung dan adegang ranjang’.
Februari 4, 2008 at 6:38 am
abang pasti tau deh saya masuk dari mana 😀
ada satu hal yang selalu membuat saya tertawa saat nonton TPH ini, yaitu dimana seseorang yang waras sehat walafiat tiba2 menjadi kesetanan setelah beberapa anggota TPH mengerahkan segenap tenaga untuk mendorong angin yang mungkin berbobot 5 kwintal kearah kepala korban (baca: mediator) seraya komat-kamit mengatakan sesuatu yang tidak jelas lalu tiba2 berteriak A***H… dengan mata melotot dan wajah ngeden penuh keringat dibawah lilitan sorbannya masing2, seketika itu juga berubahlah identitas sang korban yang diwajibkan nrimo itu yang tadinya begitu sopan mendadak menjadi liar dengan nama baru yang sudah berusia beberapa abad dari alam sebelah 😆
Hahaha. Kalau komentator di awal-awal, pasti masuk bukan dari layanan mesin pencari Google. Tapi lihat saja nanti-nanti. Hahaha.
Februari 4, 2008 at 8:42 am
*/langsung skip ke paragraf terakhir*
*/tertipu*
*/berlalu*
*ahh mbaca komentarnya saya jadi merasa seperti politisi Indonesia. Suka menipu*
Februari 4, 2008 at 9:45 am
mana cerita sex nya????hehehehe
Ceritanya sex? Sudah habis diexploitasi SH. Hahaha
Februari 4, 2008 at 10:51 am
Masi gak nemu kaitannya antara “Harry Potter” ama “Gila Sex”.
Coba baca lagi dari awal deh…
Silahkan
Februari 4, 2008 at 11:08 am
halah!!! bang Aip nonton acara itu kapan sih? dah ngga Uptodate…., dah ngga ada yg begituan sekarang, yg lagi rame justru nontonin para “selebritis” yg dijadikan objek ketawaan di beberapa kompetisi nyanyi (dgn suara2 yg dipaksain) dan joget (dgn gaya yg dipaksain juga)dengan durasi manteng dari sebelum magrib ampe ampir deket2 qiamul lail..heuhheheheh
Maklum saya jadul, jadi nggak uptodate. Saya pikir Lia pasti lebih tahu mengenai tayangan tivi akhir-akhir ini. Yang jadi masalah, apakah Lia menonton sinetron Indonesia? Banyak loh yang masih dibalut mistis. Tanya saja komentator yang ada disini. Contohnya komennya Mas Guh. Bahwa di sudut-sudut negara ini, justru tontonan mistis digemari habis.
Februari 4, 2008 at 12:29 pm
dulu di kadipaten kademangan acara tipi nya nggak aneh – aneh
ada ACI dengan lakon pak Bareb, ada album minggu yang selalu ditunggu-tunggu, ada film akhir pekan yang ada di malam minggu. Film dubbing nya Liitle Missy dan Rudolfo sering dinantikan
Semakin jarang acara berkualiatas seperti Si Doel
Bahkan acara siaran langsung Wayang golek semalam suntuk, tarawih dari mekkah pun ditiadakan
Wow… jadul tuh acara tipinya. TOP Bgt. Hehe
Februari 5, 2008 at 4:59 am
saya juga tidak suka semua yang sodara tulis, tapi saya tidak setuju dengan pendidikans ejarah bangsa yang mistis dan gila sex. Sekian terima kasih. dan salam kenal juga ya…..
Terimakasih sudah mampir dan memberikan pendapat.
Februari 5, 2008 at 11:17 am
Lapor!! Saya masuk karena emang sowan, Bang!!
TPH itu saya curiganya sih rekayasa, Bang. Tapi saya pernah liat yang beneran juga2 silat2 ga jelas gitu sih soalnya konon si makhluk halus itu melawan.
Tapi buat apa ya ngusir hantu dimasukin tipi? berarti kan bukan semata2 membantu yg diganggu makhluk gaib. Lha kalo cuma nonton di tipi sih mana bisa membantu. Emangnya setan di rumah saya nonton TPH juga? American Idol, Bang.
Soal SH, emang ada adegan ranjang ya, Bang? *nyesel ga pernah nonton*
Ga usah nyesel. Kan bisa baca reviewnya disini. Hehehe.
Februari 5, 2008 at 6:30 pm
ah ya, setantron hidayah dan pemburu hantu itu munkin masih mendink, dibanding tayangan tengah malam yang cuma fada famer faha sama belahan dada…
aihh…tipi di endonesa ko ya kaco sangadh yak?
*ngasi komeng sambil nonton latipi*
Februari 6, 2008 at 6:25 am
Aduh, dulu TPH itu kegemaran suami saya loh, ngak pernah kelewat satu tayanganpun 😆 tapi dia nonton pasti sendirian karena saya ngak nemu ‘bagusnya’ dimana, untungnya anak-anak juga ngak tertarik karena bagi mereka ‘gerakan’ para manusia dalam TPH itu begitu ‘menakutkan’ 😀
Setantron yg ditayangkan siang hari dgn pemeran utama para siluman-berkepala-hewan-berbadan-manusia adalah kegemaran ibujaga di rumah 😉 walopun anak-anak ngak nonton sekhusyuk ibujaga *takut, tutup mata pake sepuluh jari tapi masih terlihat & terdengar*, merekalah yg sangat terpengaruh… anak-anak di rumah fasih bermain ‘tahlilal’ ato ber-hallowen-ria ala setantron, sigh!
Karena itu TV ditiadakan Senin s/d Jumat *bener-bener ngak ada TV* anak-anak nonton Sabtu & Minggu aja. Dampak positifnya anak-anak jadi lebih suka membaca dan fasih bermain aneka mainan 😉
Februari 6, 2008 at 8:12 am
Saya membaca postingan ini setelah beberapa kali bolak balik klik postingan ini tanpa sempat membaca sedikitpun. 😛
Saya ga suka liat film atau acara hantu hantuan yang ditangkap. Soalnya saya benci orang yang kesurupan, dan pertanyaan “Mau minta apa?”, “Damai aja ya Mbah”, atau pemberian sesajen dan lain lain adalah sirik! Menurut saya saja sih.
Kemaren peserta LATDAS yang mengalami gejala kesurupan malah saya omeli habis habisan. Sampai hantunya saya omeli sekalian.
Soal sinetron hidayah. Saya memang tidak suka. Soalnya yang jahat selalu kalah diakhir cerita. Tidak seperti film miniseri Amerika yang judulnya “SMITH” dimana di akhir cerita para perampoknya masih bebas berkeliaran dan menikmati hasil jarahannya dengan tenang dan nyaman.
Juga. Tokoh protagonis dalam sinetron hidayah biasanya super sabar, super tulus, dan super baik hati, seperti malaikat yang tidak punya nafsu saja. Sementara tokoh antagonisnya biasanya super jahat atau super syirik atau super kejam. Sehingga seolah olah itu bukan sinetron tentang manusia dan kehidupan dunia melainkan sinetron tentang kehidupan Malaikat versus Radja Radja Iblis.
Belum lagi soal mati berbelatung atau liang lahat banjir yang membuat sinetron hidayah menjadi sinetron horor! Bukan sinetron yang bisa memberikan hidayah.
Februari 6, 2008 at 8:13 am
Wah, pasti kalau itu buku benar benar terbit, bakalan laku keras. Hanya saja ada satu pertanyaan buat saya. Dulu, waktu orang asing datang menjajah republik sihir, kok tokoh tokoh macam Joko Tarub, Jaka Sembung, Si Buta dari Gua Hantu, atau Pandawa Lima yang semuanya konon sakti dan jago sihir itu diam saja? Kok tidak Ikut berjuang mengusir penjajah?
Apa sebenarnya ikut berjuang tapi gagal? Kalau memang gagal. Berarti tidak sakti dan bukan jago sihir dong, masa ilmu kanuragan kalah sama pelor dan bedil?
Lho Bang, orang yang relijius bukankah biasanya ditandai dengan jumlah lawan jenis yang jadi peliharaannya? Atau orang yang relijius biasanya ditandai dengan cepat nikah alias nikah muda biar bisa cepat ngesex
gratis?*Terima Kasih atas kesempatan yang diberikan Bang Arif buat saya untuk ngoceh ga jelas di sini*
Februari 6, 2008 at 9:59 am
*mode nggak jelas: on*
Aku ndak gila sex kok bang Aip, kecuali kalau ter-paksa 😈
*khan ngaku-nya korban tipi Indonesia*
*mode nggak jelas: off*
Inti-nya sih aku setuju dengan Bang Aip, kita ter-lalu sering
di-siksadi-manja-kan dengan cerita-cerita yang jujur bagi-ku nggak masuk akal 😉So, aku malah ndak pernah nontoh tuh, mending nonton yang ber-bau Science Fiction sekalian 😛
Februari 6, 2008 at 10:42 am
waktu jaman2 tayangan2 tsb masih jaya2nya, saia belom punya tipi (maklum anak rantau)
sekarang setelah punya tipi, saia beli dipidi pleiyer sekalian. setelah kecewa dengan kurang berbobotnya tayangan stasiun tipi indonesia
sekarang tiap pulang gawe langsung setel “Crime Scene Investigation” <— ini judul serial luar lohh
maafkan aku indonesia
Februari 10, 2008 at 6:55 pm
Bang Aip, postingnya “nendang” banget. Hehehe…
Untung saya bukan penggemar TPH dan SH tadi. Yang satu, hantunya gak pernah nongol. Yang satunya malah gak pernah memberi pencerahan. So, di mana “hidayah” itu? Mirip-mirip sinetron di Ind***ar yang dubbing ala India, jagoannya berantem sama monster 3D. Hehehe…
*jadi ingat kartun Benny & Mice di Kompas Minggu*
Februari 12, 2008 at 2:19 am
Assalaamu’alaikum
Bang, mungkin itulah salah satu alasan selama hampir empat tahun saya ga mau punya TV Bang. (kalau saja MetroTV bisa diterima dengan jelas di Yogya, mungkin saya udah beli TV dari dulu
supaya bisa ngeliat Frida Lidwina)Saya udah nyiapin bahan untuk khotbah Jum’at yang temanya tentang acara TV Indonesia, Bang. Mulai dari pengertian rating yang salah kaprah, potosoping artis, sampe bagaimana selektif memilih acara. Cuma saya belum hapal prosedur khutbah aja, urutan2nya, sama dagu belon ada jenggot. Entar deh, Bang. Mudah2an Allah Kasih umur panjang buat kita, jadi pas balik kampung badan kita masih utuh, n bisa khotbah deh…
Oia, saya juga sering ketawa lihat acara sinetron Indonesia, Bang. Tapi, ketawa aja kayaknya kurang seru Bang. Udah pernah coba kirim email ke stasiun TV bersangkutan? Saya dulu pernah kirim email ke MetroTV, soal jelas tidaknya penerimaan di kos. Ga ditanggepin ampe sekarang.
Emang pake tipi apaan di kosnya, Mas
Februari 22, 2008 at 12:22 pm
gUa sNang bngEt nntn HARRY POTTER
Februari 24, 2008 at 8:22 am
Tipi sembarang tipi, tetep ga bisa nangkep MetroTV Bang. Tanya aja sama warga Yogya. 😀
Februari 22, 2009 at 6:47 am
tau ah gelap