HOIIII PENONTOON… AYE BALIK LAGI EUYYY!!!
(Maap euy, ada postingan yang disandi. Akibat cerita jaman sekarang. Ada beberapa pihak yang ‘terluka’. Maaf yaa. Untuk yang belum baca, maap, kayaknya security clearance-nya nggak bisa dibagi-bagi euy. Hehehe. Ya sudahlah, cerita jadul lagi aja. Kembali ke khittah, hehe).
Hari minggu adalah hari yang tenang. Seperti biasanya, saya mah santai-santai saja. Di kebun belakang rumah, melihat pohon pisang yang sedang berbuah. Sambil minum orange jus. Mbaca novel Winnetou… Haduh, enak sekali.
Tiba-tiba, suara motor menggangu hari minggu pagi saya yang indah itu.
“Rip.. Ariip.. Riip”, suara sember di balik pagar, yang sudah sangat tidak asing untuk telinga saya itu berkumandang memecah pagi yang damai. Sebenarnya saya enggan membuka pagar. Namun karena ibu saya sudah membuka pagar untuk pemilik suara tersebut. Maka, saya terpaksa menyambutnya.
Aceng datang. Mukanya kusut. Pasti ada masalah. Tiba-tiba muka saya ikutan kusut. Sebab kalau Aceng ada masalah, saya biasanya ikut-ikutan bermasalah. Aduhh, hilanglah mood minggu pagi saya yang indah.
+ “Men.. men… gue ada masalah nih. Curhat dong”.
– “Males ahhh, gue lagi nyantai nih men”.
+ “Yee, elo mah. Dikit ajah dong men. Curhat dong”.
– “Males ahh, curhatan lo itu membawa petaka. Pegi sono jauh-jauh”.
+ “Men, serius nih. Ini masalah hidup mati nih. Soal si Tince pacar gue”.
– “Yaelah Ceng, ada masalah yang lebih penting daripada kisah cinta lo!”
+ “Ini serius men, si Tince bunting”
– “Masoloh…!! Serius lo? Siapa yang menghamili?”
+ “Gue, men”
Aceng tiba-tiba menunduk memelas. Matanya menghunjam bumi. Sudah nggak kuat lagi menatap wajah saya. Dan sayapun yang tadinya bermuka kusut… kali ini bertambah kusut.
Selain Sanip yang pergi dengan tragis. Aceng adalah salah seorang sahabat saya. Sejak lulus SMA, ia bekerja di rigging, penambangan minyak lepas pantai. Satu bulan bekerja, dua minggu libur. Artinya, ia ada in the middle of nowhere di tengah laut selama sebulan, setelah itu, selama dua minggu ia bebas pergi kemana saja.
Setiap bulan, selama dua minggu, Aceng pulang kampung. Setiap weekend, kami selalu bertemu. Aceng, sebagai pekerja rigging, gajinya besar. Paling besar diantara para pekerja di kampung kami, Cilincing. Dengan fasilitas tersebut, ia mampu menarik hati Tince, kembang desa Cilincing, peranakan Manado campur Solo.
Tince adalah benar-benar wanita yang mampu menarik setiap tatapan mata pria yang melihatnya. Bemper belakang maupun bemper depan sungguh luar biasa menonjol. Cantik klasik perempuan pribumi dengan kulit putih bersih serta proporsi pakaian yang selalu full pressed body. Membuat iman para laki-laki kadang-kadang goyah.
Tince, dalam bahasa Cilincing dikategorikan sebagai semok. Singkatan dari seksi sekaligus montok. Tidak ada bahasa yang mampu menggambarkan bodi Tince yang aduhai selain kalimat ‘semok’.
Aceng adalah laki-laki yang beruntung mendapatkan Tince. Walaupun teman-teman yang lain sudah memperingatkan, hati-hati berhubungan dengan wanita yang menjadi bahan imajinasi masturbasi pria, Aceng tidak peduli.
Kali ini… Aceng tidak lagi tidak peduli. Imajinasi liarnya sudah ditumpahkan dalam realita. Tince adalah objek pelampiasan semua mimpi-mimpi basah yang tidak tersalurkan. Dan kali ini… Tince hamil.
Aceng laki-laki yang bertanggung jawab. Ok, sedikit penakut memang. Sebab ngapain juga ia mengajak saya untuk menemaninya menemui orangtua Tince? Kalo emang lelaki, kalo emang jantan, jalan aja sendiri! Namun sebagai teman, saya menuruti juga ajakan itu.
Saya dan Aceng naik motor menuju rumah Tince. Dan sampailah kami di sebuah rumah dengan pekarangan yang luas. Rumahnya Tince.
TING TONG… Bel saya pencet. Seraut wajah keras berkumis baplang, mirip tokoh Pak Raden dalam pelem Unyil muncul.
+ “Selamat siang Om Robert”.
– “Selamat siang Arif… Loh itu si aceng, ngapain di luar pager. Ayo masuk!”
+ “Engg… Enggg… Begini Om. Saya nganterin Aceng…”
– “Iya silahkan masuk. Hoi Ceng! Sini masuk. Jangan di pagar saja!”
Aceng datang tergopoh-gopoh. Wajahnya terus-terusan menunduk. Kami duduk di sofa ruang tamu. Mamanya Tince datang membawa minuman dan kue-kue kecil. Lalu memanggil Tince yang segera datang. Saya dan Aceng, tidak berani menyenggol makanan dan minuman itu. Walaupun pengen banget. Tapi hati kecil kami sungguh sedang sengsara.
Saya memulai percakapan. Sebab tidak ada tanda-tanda sedikitpun Aceng mau buka suara. Kurang ajar nih anak. Saya dijadikan tumbal. Saya pun buka suara.
+ “Begini Om Robert… Tante Lusi… Ini soal Aceng”
– “Oh ya.., loh kok kamu yang bicara, kenapa bukan Aceng”
+ “Iya sih, bener juga… Ceng… Ceng… Lo dong yang ngomomng!”
– “Iya Aceng, ayo kamu bicara saja. Santai, tarik napas dulu”
+ “Ceng, ngomong dong lo… Yee, jangan diem aje kayak ayam kena tetelo”
Aceng akhirnya mengangkat wajah. Suaranya berat, mirip dukun yang sedang kemasukan arwah gentayangan, “Ooomm… Tante… ini.. anu… anu.. eeehhh.. ini.. anu… Tince hamil”
Tante Lusi, mamanya Tince, terpekik kaget. Tanggannya menutup mulut. Shock mendengar kabar tersebut. Papanya Tince, Om Robert, tiba-tiba berdiri. Muka yang tadinya keras itu makin bertambah keras. Matanya merah menahan marah. Tangannya terkepal.
Dengan suara menggelegar, Om Robert berkata kepada Aceng “Bajingan kamu Aceng! Belum nikah sudah berani-beraninya menghamili anak saya!”
Aceng menunduk tidak berani menatap wajah Om Robert. Lalu berkata lirih “Bukan saya Om. Tapi Arip yang melakukannya!”
Astopirloh! Ya oloh… Saya dijadikan tumbal! Bajingan si Aceng.
Om Robert mengalihkan wajah sadisnya ke arah saya.
Astaga. Mati gue!
Tante Lusi makin kaget bukan kepalang. Ia berfikir anaknya selingkuh dengan saya. Atau melakukan pesta orgy, sebuah pesta sex gila-gilaan bersama saya dan Aceng.
Om Robert matanya tajam seperti pedang. Pelan-pelan memalingkan wajah, lalu bertanya kepada Tince, “Siapa yang menghamili kamu?”. Tince tidak berani menjawab apa-apa. Jari telunjuknya pelan-pelan teracung… ke arah Aceng.
Saya bernapas lega. Tapi tidak lama.
Om Robert kembali bertanya kepada Tince, “Siapa diantara kunyuk-kunyuk ini yang pernah menyentuh kamu?” (*Ya oloh, selain dijadikan tumbal, saya juga dijadikan kunyuk rupanya*).
Saya mau protes, tapi nggak berani. Tatapan mata saya tertuju pada jari Tince. Hanya kepada jari Tince. Sebab, salah tunjuk sedikit saja… Gawat urusannya, euy.
Pelan-pelan, Tince mengangkat tanggannya, telunjuknya teracung ke arah… Aceng lagi.
Alhamdulillah. Saya bebas dari fitnahan cabul bermoral rendah si Aceng.
Om Robert benar-benar dalam kondisi super marah.
Om Robert kalap, lalu menghampiri Aceng. Tangannya mencengkram kerah baju Aceng. Lalu Aceng diangkatnya tinggi-tinggi, diguncang-guncang, mirip uang logam di celengan yang sedang dikeluarkan paksa.
“BAJINGAN KAMU!!… Dasar pengecut! Kalian semuanya sama! Pengecut!”.
Aceng diam saja. Pasrah. Mirip kambing idul kurban yang akan dipotong.
Om Robert semakin marah, dianggapnya Aceng nyuekin dia. “Hey, jawab kamu, BANGSAT!”.
Om Robert semakin marah, melihat Aceng yang semakin menunduk. Tiba-tiba ia mengeluarkan kalimat aneh “Dasar kalian orang Islam pengecut. Urus dulu itu sandal yang hilang di masjid. Baru urus anak orang!”
Wah, saya yang tadinya kaget, makin bertambah kaget. Tante Lusi langsung angkat bicara, “Papa… Itu tidak adil. Apa hubungannya dengan Islam dan masjid?”. Lalu Tante Lusi dengan ramah bicara pada kami “Aceng… Arif… Kalian pulang saja dulu. Besok kami akan bertemu orang tua Aceng”.
Saya dan Aceng pergi dari rumah Tince. Secepat kilat. Takut bo!
Di jalan, Aceng menangis. Saya kesel banget dijadikan tumbal. Saya cuekin saja.
+ “Rip… maap men.. huhuhu… Gue kilap men.. huhu”
– “Lo gila yee… Udah ditolongin malah ngeberakin gue”
+ “Huhuhu.. maap men… huhuhu…sorii.. huhu”
– “Ya udahlah. Jangan nangis. Malu men, banyak orang tuh”
+ “Rip, …huhuhu…apakah salah gue beragama islam? …huhuhu”
– “Ceng, yang salah tuh selangkangan lo yang ugal-ugalan!”
+ “Iye men, huhuhu… gue lupa make kondom… huhuhu.. abis enak sih.. huhu”
– “Ceng, shut up deh lo. Capek gue nih. Gue mao pulang”
+ “Rip… huhuhu… terus gimana dong ngomong ke ortu gue?… Huhuuu..”
Astaga… Si Aceng meminta saya ke rumahnya. Gawat, Haji Sodik, bapaknya Aceng, jauh lebih sadis daripada Om Robert. Tapi, karena Aceng tangisnya semakin keras. Saya memenuhi juga ajakan itu. Malu juga euy. Orang-orang yang lalu lalang di jalan menatap saya dengan tatapan mata menuduh. Seakan Aceng adalah korban kejahatan asusila saya. Duh gusti!
Benar saja, sesampainya di rumah Haji Sodik. Aceng langsung berlari menubruk kaki ibunya yang sedang membetulkan konde. Sujud simpuh di kaki wanita yang melahirkannya.
+ “Huhuhu… Maak… Maak… Aceng dosa maaak!”
– “Masolooh, ada apa ceng. Ya oloh, konde gue ampe jatoh. Tolong pungut dong Ceng”
+ “Maakk.. Maak… Anakmu sengsara, eh engkau malah ngurusin konde..huhuhu”
– “Ada apa sih Ceng?”
+ “Maakkk… huhuhu… Aye lupa make kondom… huhuhu”
– “Yaelah namanya lupa kan sipat manusia. Eh, kondom emangnya apa sih, Ceng?”
Saya datang secepat mungkin. Menjelaskan pada Ibunya Aceng, kejadian runyam yang menimpa puteranya. Ibunya Aceng shock. Bukan karena ia sekarang mengetahui apa gunanya kondom, melainkan karena kelakuan anak yang disayanginya itu.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Rupanya Haji Sodik, bapaknya Aceng mendengar percakapan kami. Ia muncul dari balik kamar dengan golok di tangan. Saya segera mengamankan Aceng yang nampaknya akan menjadi korban kebrutalan bapaknya. Ibunya Aceng memeluk Bapaknya Aceng sambil menangis, mencegah tragedi berdarah.
+ “ANAK JADAAHHH…. ANAAK IBLISSS… SINI LOOO!!!”
– “Ba… huhuhu.. Baba… maapin aye Ba… huhuhu!
+ “UDAH GUE BILANG, TUH ANAK KAN ANAK SRETEN. KAPIIIRRR!!!”
– “Tapi… huhuhu… tapi… aye cinta ama Tince, Ba”
+ “MAKAN TUH CINTA!! SEKARANG APA MAO LOO ANAK SUNDEL!!”
– “Aye minta dikawinin ama Tince, Ba. Lamarin dong, Ba… Mak?… huhu”
Haji Sodik luluh hatinya. Melihat anaknya jatuh tertelungkup di tanah. Airmata Aceng berlinang-linang. Luluh hati orang tua yang menjadi ulama sesepuh kampung ini melihat anaknya bertubi-tubi mencium kakinya. Airmata dan ingus Aceng berleleran di sandalnya.
Terjadilah percakapan hati ke hati antara ayah dengan putera kesayangannya. Antara laki-laki dengan seorang laki-laki.
Ini percakapannya:
“Ceng… Dia kan orang sreten. Lo ngarti kagak? Lo kan orang Islam, mana bisa kawin ama orang sreten? Nanti anak lo gimana? Pada kapir semuanya, ngikut-ngikut emaknya? Ceng, kalo lo kawin ama si Tince, tujuh turunan kita bakalan malu”.
“Ba… Aye cinta ama Tince. Demi Tuhan aye cinta ama tuh kesayangan aye. Nanti kalo aye punya anak, pasti aye ajarin jadi orang bener, Ba… Mak. Nggak mungkin aya ajarin jadi maling, bandit, apalagi jadi koruptor. Pasti aye ajarin jadi orang bener, Ba… ”
“Ceng, kawin antar agama itu harom. Bukan cuman agama ajah yang bilang begitu. Ama negara juga kagak boleh. Kagak sah nikah lo kalo kawin ama si Tince”
“Ba… itu kan bisa-bisanya pemerintah aje. Dulu aje Jamal Mirdad bisa kawin ama Lidya Kandau. Masa aye nggak boleh ama si Tince?”
“Ceng, ampe kiamat juga nggak bakal gue ridoin kalo lo masih ama si Tince”. Haji Sodik, bapaknya Aceng berbalik. Hatinya luka, anaknya tidak mendengarkan perkataannya. Harga dirinya sebagai seorang ayah dan seorang sesepuh kampung terkoyak-koyak.
Aceng menangis tersedu-sedu. Ayah, tempatnya berlindung, memalingkan muka dari cita-cintanya. Ayah, sosok tegar tempatnya mengadu, tidak merestui jalan hidupnya.
Saya tidak mampu bicara apa-apa. Selain mengucapkan permisi, pamit pulang ke rumah. Hari minggu saya tiba-tiba penuh kabut gelap.
Hari berganti hari. Aceng harus kembali ke pekerjaannya yang sepi. Bertarung mencari nafkah bersama angin dan debur laut Karimun Jawa. Cintanya hilang seperti buih di pasir pantai cilincing.
Sedangkan Tince… Gadis manis kembang desa yang seksi, harus menyerah kalah atas keputusan ayahnya. Ia harus pergi, berimigrasi ke sebuah negeri yang jauh. Meninggalkan Cilincing, meninggalkan kisah cintanya yang lebih miris daripada kisah cinta film India.
Sementara sang bayi… Terpaksa diaborsi.
Pembunuhan itu dilakukan atas nama tuhan.
April 4, 2007 at 1:48 pm
Hore Bang Arif udh balik. We miss you Bang Arif
We itu sapa?
Jangan-jangan kamu doangan yang kangen saya.
Hmhh, tak sudi akuu
π
April 4, 2007 at 1:50 pm
Komen lagi ah…. he hr, soalnya udah kangen benar dengan tulisannya Bang Arif
April 4, 2007 at 3:16 pm
seperti biasa, membuat saya membaca kata demi kata π
ini pujian Joe?
Alhamdulillah, dipuji rocker bulaksumur.
π
April 4, 2007 at 3:53 pm
Diawal saya tertawa-tawa sampai lupa sama tukul. Di akhir rasanya bingung, mau ikut sedih atau ah itu urusan orang… Tapi ini kan…. ah, pemahaman agama seperti itu memang membawa petaka. Nasiiib nasiib…
Kita bisa ngerubah itu kan?
Kalo ‘kita’ nya banyak… sepakat… dan kontinyu… jelas bisa, Hel.
April 4, 2007 at 4:02 pm
Yang Arif (sayang Arif) welkambek hani π
April 4, 2007 at 4:13 pm
huh, ilfil ma Aceng, udah ngehamilin anak orang , nangisan pula, laki2 apaan tuh..wakakaka
Laki-laki yang doyan nangis dan kebanyakan melakukan sesuatu yang semestinya hanya dihayalkan saja.
April 4, 2007 at 4:14 pm
huh, ilfil ma Aceng, udah ngehamilin anak orang , nangisan pula, laki2 apaan tuh..wakakaka. ih tu postingan sebelumnya kenapa musti di protek, klo g semua boleh baca mending di kirim via imel..;p
Maaf.., Saya nggak bisa ngirim itu. Apalagi ke seorang wartawati cantik asal Semarang. Huehehe
April 4, 2007 at 4:45 pm
Miris… That’s all I can say..
Baidewei Welkam bek Pak Arif…
Sama-sama Mat. Makasih euy.
April 4, 2007 at 4:48 pm
tapi saya yakin kok, aceng waktu ngehamilin ga nangis…dia pasti mendesah π
Oooo… Kamu yang ngintip itu, tho!
April 4, 2007 at 5:11 pm
itu artinya pendidikan seksnya kurang tuh si aceng.emaknya si aceng aja ga tau apa itu kondom?
jadinya wajar deh kalo aceng males pakai kondom. hahaha.
btw, kalo bang arif selalu pakai kondom kan?
Kamu ini, pertanyaannya berbuahayayaya… yaaaa…
April 4, 2007 at 5:11 pm
#joesatch# kalo nggak malah teriak2 gaya prehistorik ya π
trus habis diaborsi si aceng masih berani nogngol di kampung nggak?
Habis kejadian, nggak berani pulang… ngontrak di kampung sebelah.
April 4, 2007 at 6:09 pm
Kang Arif….Kok tulisan sebelumnya ga bisa dibuka euy…
Terus si Aceng gmn sekarang? Kasihan calon bayinya.
Aceng terluka. Hingga detik ini. Hatinya masih beku. Seperti badai salju.
April 4, 2007 at 6:15 pm
kok pake kata sandi seh…???
Karena ada beberapa orang baik dan tak berdosa yang (akan) dipecat gara-gara postingan itu.
April 5, 2007 at 2:24 am
Tince sukarti… berlari meninggalkan mimpi.
Iya, nama itu memang terinspirasi dari Om Iwan (Fals).
Nggak berani make nama aseli euy.
Kalo pulang kampung, takut digebugin Om Robert.
Huehehe
April 5, 2007 at 2:32 am
kisah cinta yang pahit..
karunya…
welcome back, bang!
Nuhun euy. Makasih neng.
April 5, 2007 at 2:45 am
ini cerita beneran ato boongan yah??
sdikit koreksi..
yg bener itu: MasyaAllah.. Astaghfirullah…
yg gak bener itu udh jelas tuh si Aceng, bukan masalah pake kondom ato kagak, tapi maenin anak org…
atu lagi..
judulnya bombastis banget, alias menarik orang buat ngeklik pengen ngintip..
hehehe…
Mengenai MasyaAllah dan Astaghfirullah… Hehehe… makasih ralatnya. Ini mah masalah lidah Betawi Cilincing. Tapi mengenai hal itu, saya akan buat postingan khusus deh. Sebab ada cerita aneh dibalik kalimat Arab yang di-Indonesia-kan tersebut.
April 5, 2007 at 3:13 am
duhh senengnya dah balik lagi, wel-kam-bek!
waduhh kasian banget ya si calon bayi, demi menghindari dosa berkepanjangan mereka melakukan dosa lagi dan lagi. Aceng & tince dah pada insap kan pk dhe?
Aceng jadi bujang lapuk.
Tince nggak kedengeran lagi kabarnya.
April 5, 2007 at 3:20 am
kayak cerita sinetron ya bang…
Iya, saya juga bingung nih. Apa sinetron yang mirip cerita saya?
April 5, 2007 at 3:23 am
ditungguin… akhirnya datang juga!
Orang kayak si Aceng pasti bentar lagi juga dapet semok yang baru
Aceng membujang. Hingga saat ini.
Cintanya benar-benar pupus.
April 5, 2007 at 4:07 am
tulisan berkualitas tidak akan pudar.. keren ceritanya beh..
Makasih euy.
April 5, 2007 at 4:37 am
narik napas
dan pembunuhanpun terjadi atas nama Tuhan
yang bunuh bukan Tuhan kan???
Jelas bukan dong!
Tuhan nggak pernah jadi pembunuh. Tugas sado itu dialihkan pada malaikat. Hehehe.
Oktober 14, 2009 at 3:26 am
KAWEN YUK
April 5, 2007 at 4:50 am
Yang salah ya aceng dan tince, udah tau belum kawin, malah main obok-obokan aja…
Mangkanya, petting!
Petting = dipepet… loh kok bunting?
April 5, 2007 at 5:01 am
Wa kaka ka ak, Maaf itu yang salah pasti abah2 mereka? kenapa gak di kawinin ajahsih, apa karena beda agama, agama kan keyakinan tapi kelamin gak punya keyakinan jadi sah2 saja mereka bertemu, ya gak,tapi pesen simbah controolll controooolll
Simbah ama supermen ini buahayyaaa tenan leee…
April 5, 2007 at 5:03 am
dikirim ke sinemart ato mana gitu, nanti lak dijadiin sinetron ato film… daripada selama ini isinya jiplakan semua…
Kirim kemana yaaa? Ke wordpress ajah lahh.
Ga enak nih, udah tenar sih.
whehehe, narsisnya akut!
April 5, 2007 at 6:23 am
yuuuhuuu abang arif, akhirnya datang juga yabang..asekk bisa baca lagi tulisan abang yang ngangenin*holohhh khok jadi beginda tulisan gw…hehe
cerita awal, ngakak kek nonton tukul
ending story-as usual…puyeng…
Maap yaaa… kalo puyeng. Apalagi kalo membuat saya keliatan mirip Tukul. Maap-maap nih.
Hwehehe
April 5, 2007 at 6:27 am
ayo lah jadi sinetron juga menarik… kenapa tidak sih π
Hehehe, bisa ajah Pak Guru ngomporin saya neh
April 5, 2007 at 7:18 am
Ekspresi wajah Bang Arif saat ditunjuk ma Aceng kalo ngehamilin Tince gimana ya? …
Hehehe… mesti wagu.. π
Saya sampe stress berat. Keringet dingin, euy. Untung ga kencing di celana. π
April 5, 2007 at 7:19 am
[…] acara televisi yang acara televisi bagusnya dibredel, ada Blog teman saya yang mantan dosen dan model itu yang terbangun dari hiatus lantas bercerita lagi-lagi tentang jadul yang sekalinya tidak jadul […]
April 5, 2007 at 8:06 am
kemana si tince mas?, sayang yah, kekakuan orang tua, menyia-nyiakan ke-semok-an.
seperti kemarin, saya menikmati tulisan ini kata per kata he…he..h.e.
ma’ap belum menikmati si tince. hiks
Katanya di Melbourne, Mas Peyek.
April 5, 2007 at 9:13 am
Wahh…
Sayang banget tuh Tince….
salam knal bang
Salam kenal juga Mahendra.
Iya, kamu bener. Selalu yang jadi korban.. wanita dan anak-anak.
Duh!
April 5, 2007 at 9:35 am
We nya itu saya ma amd bang, Beneran dech
Turut berbelasungkawa buat Bang Arif yang sempat menjadi tertuduh menghamili anak orang
Turut berbelasungkawa buat temannya Bang Arif, semoga dia lekas dapat jodoh lagi.
Makasih atas ucapan belasungkawanya.. hiks..hikss…
April 5, 2007 at 9:42 am
bukannya Tince itu anaknya orang arab bernama pak Machmud yg punya istri orang cina..
hehehhehee. apik mas..
*pertama kalinya datang ke rumah sampeyan*
Selamat datang Mas. Sudilah kiranya mampir lagi.
April 5, 2007 at 9:56 am
humph….kang Arif, jadi….hem… boleh gak nikah kalo beda aqidah?!.. piye yo…ha nek wes tresno kie kok yo… angel pedot je, palagi tresno jalaran mengatasnamakan Tuhan
Kata MUI berdasarkan fatwa mereka pada 1 juli 1980, serta Keputusan 11 Fatwa MUNAS-7 (26-29 Juli 2005) adalah “nggak boleh”. Tapi kata (penyelidikan terhadap masyarakat Indonesia yang dilakukan pada 2004-2005) Komnas HAM, “boleh” dan kata mereka pemerintah RI seharusnya melindungi warganya dalam urusan pernikahan, bukan mencampuri bahkan menyusahkan urusan pernikahan.
Terserah mau percaya ama siapa.
April 5, 2007 at 11:18 am
wah … ini cerita nyata yach?
bnr2 runtut jalan ceritanya π
*log out*
Fi, kamu kayak orang baru ajeee. Masih nanya-nanya cerita nyata atau bukan.
Hehehe
April 5, 2007 at 12:16 pm
kalo emang sejak awal tau bakal di aborsi mah, mending gak usah lapor kedua orang tua.. hahahaha.. si Aceng kurang cerdas juga rupanyah.
Aceng sama sekali tidak mengira. Kabar buruk.
April 5, 2007 at 12:42 pm
hati2 berhubungan dengan wanita yang menjadi bahan imaginasi masturbasi pria (kekekekk.. gua asli ngakak). salut.
Serius euy. Hati-hati!
Huehehehe
April 5, 2007 at 1:21 pm
Aceng & Tince itu sudah dewasa khan?
Kalo aku : ortu setuju ato tidak, aku kawin aja demi cinta walau tanpa restu. Jika pria spt Aceng lebih patuh ke ortu, aku tidak akan aborsi, lebih baik jadi single parent kayak aku ini.
Aku jadi pengin nangis baca akhir cerita ini, kagak tega sama pembunuhan bayi yg tak berdaya. Oh….
Waktu kejadian; Aceng 19 tahun. Tince 18 tahun.
jalan berliku dalam kehidupan
dua remaja kehilangan
penawar rindu
kasih pujaan
menempuh cobaan
(KALA SANG SURYA TENGGELAM, Chrisye)
April 5, 2007 at 6:13 pm
Bangaip datang2 langsung mengusung kisah yang kayak beginian lagi. Masaoloh…banyak bener koleksi nyang kayak ginian.
Tapi paling mantap nyang bagian ni:
Kamu ini, mengutip bagian yang berbahaya King. Hahaha.
April 5, 2007 at 6:52 pm
Banyak jiwa yang nggak bersalah dikorbankan atas nama agama, ini lagi bayi yang nggak bersalah dikorbankan juga. Kapan habisnya?
Kapan??
Kapan, ayooo!!????????
(Sambil mencak-mencak seperti bapak Aceng dan Tince!!)
Kurang seru mencak-mencaknya. Ayo coba sambil buka baju. Pasti lebih seru.
April 6, 2007 at 12:10 am
Alloo bang Aip, aye kangen ama cerita jadul neeeh, eh bang Aip ini temen sejati ya udah di korbankan masih baek, menurutku yang ga baek si Aceng, bagaimanapun semoknya Tince ya management syahwat-lah…meski ku tahu itu susyaah.. tp urusan sex itu jangan sampe membuat korban dalam hal ini si bayi dan keluarga. Tentang perbedaan agama memang sulit, dari pertama kali bisa jatuh cinta saya berjuang untuk tidak jatuh cinta sama orang sreten ya gara2 ga mau jadi Aceng atau Tince.
Eh kok jadi serius ya bang…huehuehuehue…
Hihihi.. pengalaman pribadi nih yeee.
Tapi sebenernya, cerita seperti ini memang banyak, Bu.
Hanya publik menutup mata/kuping/mulut ketika membicarakan masalah seperti ini.
Pernikahan beda agama sama seperti bicara sexualitas pada anak dibawah umur… katanya Tabu.
Buahaya… gara-gara tabu… banyak perut melendung tanpa tahu bagaimana mencegahnya.
April 6, 2007 at 12:54 am
Cerita jadul yang asyik, setelah saya selesai membaca huruf demi huruf… ada pertanyaan menggelayuti pikiran : Kenapa Tince tidak tunjuk saja Bangaitop ya…. π
Whuehahaha… Pak Agor ini nanyanya sama seperti DeKing… Pertanyaan-pertanyaan yang berbuahahayaaaa…
π
April 6, 2007 at 1:00 am
Mantep ceritanya!
Ikutan fans clubnya donk :p
Kapan yah bisa jadi seperti bang arif ?? =)
Btw ini kisah kisahnya nyata?
Selamat datang. Pasti baru yaa… Nanya nyata atau tidak, hehe.
Jadi seperti saya “Masolooooh, istigpar yang banyak. Bid’ah itu”…
Hehehe
April 6, 2007 at 2:55 am
spt di atas, saya jg penasaran dgn..
maksudnya apa ya bang aip.. [mode serius on]
berarti para ortu gak jd ketemuan ya..?
kl itu dijadiin semacam urusan hukum..padahal awalnya cuman dua org aceng & tince yg terlibat, kan jd nambah para ortu pelakunya (~aborsi; plus operator aborsi, dkk).. π¦ blm lg urusan dll.. π¦
Ortu ga jadi ketemuan. Dua-duanya sudah terlalu pusing, dihimpit tekanan mata masyarakat.
Mengenai kalimat quote. Yaaahh, si Tince emang agak gatel sih. Bahaya, karena sering minta digaruk.
April 6, 2007 at 4:57 am
Ketika om Robert bapaknya Ngatinem eh dah ganti Tince, mengatakan:
Urus dulu itu sandal yang hilang di masjid
Mestinya si Aceng menjawab begini:
jangankan sandal di masjid om, gampang ilangnya, sedangkan negara saja bisa hilang, tuh uni sopiyet hilang dari peta
*bletak*
WHUAHAHAHA… Selain jago nyuntik, ternyata Pak Dokter juga jago ngelucu. Huahahaha
April 6, 2007 at 5:33 am
walah!!
tragis yah kisah cinta si tince dan si aceng, jadi iba ngedengernya!
tapi kalo sudah mengandung soal perbedaan agama, semuanya pasti jadi nyerah.
lha mereka aja ampe terpaksa jadi korban begini, apalagi kalo cuma soal debat, di jamin ngotot tot tot tot!!!
iya… masalah debat mah bisa diselesaikan. Nah tapi, kalo sudah dijedotin ama realita. Baru deh pada ‘ngeh’
April 6, 2007 at 6:12 am
mbak Evy,
“Tentang perbedaan agama memang sulit, ”
Kalau buat saya sih nggak sulit, kalau saya betul cinta banget/ngebet/serius/mendalem/menggebu-gebu dengan itu cewe.
Kalau bisa ya ke dua-duanya tetap di agamanya. Kalau nggak bisa ya salah satu ngalah. Kan yang kita “sembah” itu sama, kan? Cuma agak beda caranya saja, kan? Yang satu pakai bahasa Arab, yang lainnya pakai bahasa Latin atau Hindi atau apapun.
Saya pasti, Tuhan nggak akan marah atau mencak-mencak, kalau kita “mengorbankan” agama demi cinta (bukan mengorbankan kepercayaan lho, dan yang mencak-mencak itu biasanya si bapaknya, si ustad dan si pastor/pendeta).
Iya, toh???
Yang penting kepercayaan dalam hati kita.
Dalam Kejawen kami menyembah Kanjeng Gusti. Siapa Dia? Ya Allah, ya Tuhan dst. Itu kan “orang”nya sama.
Yang bikin sulit itu sering otak kita yang kedodoran nggak sanggup menampung makna ajaranNya secara betul.
Salam dari sono.
April 6, 2007 at 6:19 am
Tambahan:
lepas dari emosi kita, karena akhir cerita yang tragis (untuk sang bayi, bukan untuk Aceng atau Tince): apakah cinta mereka itu cinta betulan atau cinta monyet?
Kalau nurut pengertian saya:
Tince tertarik Aceng, karena Aceng keren (banyak duitnya sebagai pekerja rigging). Sedang si Aceng tertarik Tince karena semoknya.
Trus??
Apakah nilai-nilai lain dalam cinta sudah mereka pertimbangkan?
Wah bener-bener mencak-mencak. Serius nih. “Ampuun Oom… Ampuun Oom.. bukan saya yang menghamili Ooomm…”
π
April 6, 2007 at 6:26 am
sad ending.. lagi sad ya mas?? hehehe
Iya nih Mas Rofi. Minggu-minggu blue. Parah.
April 6, 2007 at 9:28 am
haha gila sumpah ceritanya kocak abis! Kocak namun sarat makna. Ironi yah, ketika kasih sayang sesama umat manusia itu lebih rendah derajatnya daripada agama.
Kasian aceng, kasian tince. Ngomong2 si Tince pergi ke negara mana? Mau dong gw hehehe
Ogah ahh, ngasih info ke kamu. Emang anak orang itu mau kamu apain?
April 6, 2007 at 9:57 am
bang aip, kapan nih cerita2nye dikirim ke produser pelem? pasti seru dah..
Saya nggak kenal produser pelem. Saya cuman kenal sutradara, Iman Brotoseno. Itupun kenal lewat tulisannya aje di blogsphere. hehehe
April 6, 2007 at 12:16 pm
Setuju, cerita-ceritanya dijadiin sinetron Betawi aje bang (kang)…. kayak si Dul gitu. Pemeran utamanya, namanya Arif, gmn?
Nanti judul sinetronnya, “Bang Aip Top anak Jakarte”
Pemerannya sapa?
Harus keren dong.
Hihihi
April 6, 2007 at 12:29 pm
bagus Om ceritanya …..btw Tince imigrasi ke mana yak? sapa tau ane bisa jalan2 kesana π
Trus kalo ketemu Tince, kamu mau apain, Bay?
π
April 6, 2007 at 1:35 pm
mmmm….semuanya terlibat punya salah deh…dlm mempermainkan agama, dalam mempermainkan cinta, dalam melihat janin calon cabang bayi, makanya bisa terjadi kesalahan2 tindak dan penyelesaian. Tapi pelajaran yang didapat, terutama buat kita yg mendengar, sangat2 berharga buat anak2 kita nantinya….gimana bang arif?
Salah siapa? Waduh, ini jangan-jangan salah saya, karena menuliskan sesuatu yang semestinya ga perlu ditulis?
Huehehe
April 6, 2007 at 3:52 pm
akhirnya siuman juga yg pingsan neh hehehe…..
duh….speechless deh bacanya….kalo mo komen pasti ga cukup 2 halaman hehehe…
btw….
itu apa ya pake ada komen kudu masukin kata sandi dulu?
ga ngerti ah…..
Cerita disandi akibat ada warga RI yang tidak berdosa yang akan keseret-seret masalah besar. Dan ngak enak juga, sebab mengganggu penyelidikan kepolisian RI. Maka itu disandi.
April 6, 2007 at 3:53 pm
Wah… ga nyangka Mas ikut terjun langsung dalam kejadian itu.
Memang banyak jenis kasus kaya gini, ada yang nampak langsung ada yang nggak, dari dulu sampai sekarang…
*miris*
Eh, Aceng nya baru 19 thn ya waktu itu, lagi semangat2nya, kalau mau cari siapa yang salah deretnya pasti lebih dari satu, tapi ga selesai dgn udah nunjuk siapa yang salah kan ya? *rumit*
btw, makasih udah singgah ke tempat saya…:)
Rumit.. yup bener… dan nggak pernah ada penyelesaian yang win-win solution. Pastinya hasilnya berantakan di ujung cerita. Negara, agama dan konsep sosial masyarakat memang membawa pengaruh besar dalam kisah cinta Rakyat Indonesia.
April 7, 2007 at 2:52 am
oh ya mas….mau ikutan jd kontributor gak di blog Weekly Smirk http://ketawamingguini.blogspot.com. Cerita lucu, lucu betulan atau lucu ironis tp pengalaman sendiri….baca2 dulu aja deehe….
Iya udah baca… ceritanya emang jadul juga. Hehehe.
April 7, 2007 at 2:53 am
http://ketawamingguini.blogspot.com
April 7, 2007 at 4:57 am
Akhirnya nulis lagi..
horeee….
Hehhee… Hore juga. Kangen juga sih mau nulis jadul lagi. Mangkanya balik. Hahaha
April 7, 2007 at 5:58 am
welkambek….si aceng napa jg nangis kan malah untung (gak mutu banget nih komennya)
tp sayang banget si jabang bayi, nanggung dosa 2org yg dodol napsunya.
Hehe, makasih buat ucapan welkambeknya. Hehehe.
Iya, (calon) bayi yang jadi korban, kacian euy.
April 7, 2007 at 9:53 am
Saya orang baru… Dan bingung.
Ini nyata apa ndak, tho…? π
Saya juga orang baru… dan selalu bingung. Hehehe
Iya nih, menyedihkan…. sebab nyata.
April 7, 2007 at 3:26 pm
apakah Tuhan benar benar melarang pernikahan antar dua sejoli atas`dasar ajaranNya..?
Kalau menurut Tuhan, saya urang paham, Mas. Hingga saat ini, belum pernah ngobrol akrab sih.
Hehehe
April 7, 2007 at 4:08 pm
Kang Arif, cerita yang bagus. Kalau boleh berpendapat, saya juga tidak setuju kawin beda agama. Hanya akan menyengsarakan keturunan. Bagi saya yang terus-terang turis (turunan Islam), saya jadi tidak bisa menjaga keturunan saya nanti dari api neraka kalau mereka tidak bisa ngikut bapaknya. Kawin beda agama banyakan mudharatnya daripada manfaatnya.
Silahkan berpendapat Kang… Gratis kok… Huehehehe…
April 8, 2007 at 5:07 pm
Jadi ingat cerita teman saya mengenai saudaranya yang akan menikah yang sampai jadi heboh satu keluarga dari kakek sampai cucu.
Tentu saja gak seekstrim cerita di atas.
Masa sih cerita saya ekstrim?
Itu bukannya penyakit kulit?
April 9, 2007 at 2:26 am
Pagi2 baca blog orang Cilincing, bikin hati terpancing. Coba merasakan apa yang Arif alami. Menegangkan. Jadi ingat pepatah “Tangan mencincang, bahu memikul” .. sebagai lelaki, sudah saatnya kita gentlemen. Tidak melakukan hubungan sebadan sebelum resmi. Setidaknya, kita menghormati harkat martabat seorang wanita. Soal moral, kembali ke masing2.
Cerita mu sebenarnya tiap hari terjadi. Tapi karena ditulis dengan bahasa orang Cilincing, jadi lebih mengigit. Sehingga aku terpancing ikut kometar deh hehehe
Iya, saya juga bingung… ini kan sebenernya cerita biasa aja. Banyak orang-orang yang nanya…”Ini nyata apa tidak sih?”. Bingung juga saya jawabnya. Seakan saya dari planet lain gitu. Ceritanya ajaib-ajaib. Walopun iya sih bener, saya dari Planet Cilincing Merdeka. Hahaha.
Cerita saya cerita biasa, realita masyarakat Indonesia… Kebetulan ajah terjadi di Cilincing, dengan masyarakat pluralnya.
April 9, 2007 at 7:34 am
Terus, sekarnag gimana kabarnya si Aceng itu. Jadi kawin ga… ?
Aceng jadi bujang lapuk.
April 9, 2007 at 8:34 am
Dalam terminologi Jawa, ada pepatah anak polah bapa kepradah, artinya kurang lebih bapak harus menanggung tingkah laku sang anak. Nah sekarang, siapa sebenarnya yang paling bertanggungjawab atas perbuatan si Aceng? Aceng-kah, atau bapak ibunya kah? Seandainya, si Aceng sejak kecil sudah dididik dengan benar, sudah ditempatkan dalam lingkungan pergaulan yang benar, sungguh bebal si Aceng masih juga melakukan hal-hal bodoh tersebut. Dan dalam hal ini, bapaknya layak marah besar dan menghukumnya.
Namun, apakah memang sang bapak sudah memberikan hal-hal tersebut? Sudahkah dia mendidik anaknya dengan benar? Maka, layakkah dia ngamuk-ngamuk seperti itu?
Whehehe… sabar..sabar…
April 9, 2007 at 7:23 pm
Maksudnys Sreten itu apa sih?
Orang Cilincing tidak bisa melafalkan ‘kristen’ dengan baik. ‘Sreten’ dari kalimat ‘kristen’.
Untuk teman-teman yang beragama kristen, maaf kalau menyinggung.
Untuk teman-teman yang beragama Islam, maaf juga, kalau orang Cilincing tidak bisa melafalkan Astagfirullah, Alhamdulillah, atau kalimat arab lainnya yang diindonesiakan.
Lidah Cilincing itu lidah betawi pinggir. Betawi Ora (BO).
Bahasanya pun unik.
Saya nggak berani merubah keunikan dan keaslian mereka.
Mungkin saya salah dalam hal ini, tapi itu adalah wujud rasa hormat saya terhadap warga Cilincing. Khususnya lingkungan Betawinya. Suku yang hampir punah.
April 9, 2007 at 8:44 pm
ehm, kalo baca-baca kok kayaknya temannya sampeyan ini orang “aneh” semua to bang? kayak si aceng, tince, bahkan udin petot dan cynthia putri π nggak ada cerita tentang temen yang bagus ya? π
Biasa lah, anak muda…. Salah pergaulan!
HWAHAHAHA
April 9, 2007 at 9:41 pm
spijles…
heran kok ada aborsi atas nama Tuhan ya?
apa artinya spijles?
Permen pelega tenggorokan?
April 10, 2007 at 3:17 am
dasar seleb, baru dateng aja dah bejibun komentarnya π
βCeng, yang salah tuh selangkangan lo yang ugal-ugalan!β
nih jawaban orisinil banget dah bang
**kirim kata sandi ke email dunk, penasaran nih**
Alhamdulillah, akhirnya ada juga manusia pertama yang menuduh saya seleb. Huehehehe
April 10, 2007 at 7:58 am
hihihi…nice bang…
salam kenal dari saya….
Salam kenal juga euy. Sudi mampir kiranya di lain waktu.
April 10, 2007 at 10:56 am
welkambek bang aip…
emang bang aip ga ikutan waktu ama tince itu?
*gw curiga neh…hehehe*
Kamu curigaan mulu nih.
Propesinya hansip yaaa?
Huehehe
April 10, 2007 at 11:06 pm
komen dulu ah
April 11, 2007 at 6:07 am
Miris bangets bacanya ;(.
Sedih…melihat manusis dikotak-kotakkan atas dasar apapun juga. Tapi juga sebagai mantan pelaku pacaran beda agama dengan tuaian hasil kegagalan yah…emang kalo dari awal tau beda agama, ya ngga usah dijalanin kali ya. Tapi susah juga si kalo uda masalah hati. Mumet mas aku jadinya huehehehehe.
Btw aku ndak bakal dipecat kok mas kao dikasih kata sandi-nya *teteup usaha bok* hahahahaha
Iya kamu nggak bakalan dipecat. Tapi kalo tulisannya kesebar… pasti ada yang kepecat. Hahaha
April 11, 2007 at 9:38 am
Wah, seneng gue bang aip balik nulis lagi..
cerita pertama ngga bisa kebaca.. cerita kedua, langsung menggigit..
mantap!
hmmm.. si Tince dimana yah sekarang..?
Hehhee, di negeri yang jauh… hehe
(*mau apa tanya-tanya segala? huh*)
April 11, 2007 at 6:19 pm
Jadi menurut bang aip gimana? siapa yang salah? siapa yang patut dikasihani? apa yang bang aip lakukan setelah itu?
apa mereka menganut mazhab suka-sama-suka ya? π
***
siyal, cerita yg sebelumnya blum sempat baca.. sudah keburu dilock. :((
senang dah, bang aip nulis lagi!
Yang patut dikasihani?
Mungkin Es Jeruk saya yang nggak jadi keminum… huehehehe
April 11, 2007 at 7:02 pm
ini ada tulisan baguus, nyambung banget kok sama tulisan bang aip.
http://mybothsides.blogspot.com/2007/03/tuhan-persangkaan-kita.html#links
Makasih yaa halludba.
April 12, 2007 at 1:45 am
ehmmm, ga ada penyelesaian yang lebih baik kah?
btw, welcome back bang aip….
Makasih euy.
April 12, 2007 at 1:48 am
LHO…sreten dan kapir itu artinya apa ya, Bang Arif?
Kenapa ga direstuin? Kasian si Tince…dan si Aceng juga.
April 12, 2007 at 1:50 am
Oh..baru baca comment thread. Sekarang saya sudah ngerti π
Kalo si Tince menikah, bukanya tinggal memeluk agama Islam? Unless di fanatik Kristen. huhuhuhu.
Andai penyelesaiannya dapat semudah itu.. huhuhuhu
April 13, 2007 at 4:22 am
mangkanya.. pak haji bilang juga…jangan mendekati zina apalagi melakukannya…
pikir-pikir.. pak haji sodik gak pernah bilang itu ke anaknya apa ya?
walaupun… berapa banyak dari kita yang pernah dibilangin ortunya ‘jangan mendekati zina’.
April 13, 2007 at 2:37 pm
Numpang nimbrung nih Mas…
Selamat datang kembali Mas! Hehehe… Mas Arif dengan style betawinya yang kental, mudah2an bisa jadi Sinetron Si Arif Anak Sekolahan, mengalahkan Sinetron lain yang busuk tanpa mutu π
.
Kalo saya tanya “Sekarang Tince ada di mana?”, pasti jawabannya “emangnya Tince mau kamu apain, Mur?”. π
.
Makanya Mas, jangan ikut2an si Aceng, jauhi zinah…
Cuma saran dari
orang munafiksaya kok Mas, jangan terlalu dipercayaAmit-amit deh saya ngikutin si Aceng. Jadi pertapa. Mensucikan diri di tengah laut. Ogah. Amit-amit jabang bayi, tujuh turunan.
April 16, 2007 at 6:00 am
he…he…he…
April 16, 2007 at 6:56 am
“Sementara sang bayiβ¦ Terpaksa diaborsi.
Pembunuhan itu dilakukan atas nama tuhan”
atas nama Tuhan ato atas nama agama? π
sperti biasa nice story bang aip π
Makasih Chie. Hehe
April 16, 2007 at 6:15 pm
Arif, apa khabar?
Ini Vivin, masih inget gak? Nemu blog ini gara2 ngetik keyword “nasi goreng hongkong” di Google. Sekarang di Jakarta, ibu gimana, sehat?…
Nasi Goreng Hongkong?
Astaga.. sudah separah itukah weblog ini?
Hahaha.
Vin.. kita japri-japrian aja yuuk.
April 17, 2007 at 5:47 am
kasian aceng….
Mau gantiin tempatnya?
April 17, 2007 at 12:59 pm
welkam bek….
Makasih Oom Passya yang lagi patah hati. Huehehe
April 18, 2007 at 3:45 am
Saya bukan Aceng π
Maksud saya… Kamu Karjo?
π
April 19, 2007 at 3:18 am
89 salam, Bangaip… dah capek jawab komen, blum? hehehehe…. sial banget yak, si Winnetou…? baru muncul sekali dah langsung ditelikung sama Aceng…
Iya, leuy. mao posting besok pagi. Tapi sebelumnya. Wajib jawab komen dulu. Hahaha
April 19, 2007 at 6:35 am
Oh, Aceng… Malang benar nasib lu. Tau gini, lu gwe pinjamin koleksi bokep untuk pelipur lara selama di tengah lautan. π¦
Lam kenal, bang Arip. Good words!
Salam kenal juga Redi. Hahaha, emang koleksi kamu sebanyak apa? Hahaha
April 19, 2007 at 10:04 am
bang aip, udah sign petisi online? ada di blog saya, antobilang, dan beberapa tmn laen. tolong sekalian sebarin ke komunitas bang aip ya? thx π
Iya, ntar dicantumin di postingan berikutnya.
April 19, 2007 at 6:26 pm
Well kl menurut saya sih, nafsu lah yg salah disini…hehehe. Hmm iya dong, soalnya ortu mereka masing2 susah dijudge dlm hal pandangan keimanan mereka. Itulah uniknya agama… dimana faith hanya urusan antara satu individu dan Khaliknya. jadi, kalau mmg refleksi imannya begitu, ya memang dia benar menurut pemahaman dan iman nya. So, tidak tepat k kita menyalahkan pelarangan thd perkawinan antar-agama. Becozz iman itu secara subjektif ya jelas selalu benar dalam diri kita masing2 yg meyakininya. Imanku benar menurutku. Bukan yg lain, dan jangan sp terkontaminasi.
So, drpd susah-susah nyari konklusinya, memang mestinya kl gak mau repot (ujungnya), jgn lupa gunakanlah ‘pengaman’ sebelum melakukan bermain sama Tince. Soalnya drpd berabe kan? Hehehe
Salam kenal ya mas dr Samarinda.
salam kenal juga tulus.
April 19, 2007 at 10:21 pm
lagi busy midterm ya. Arief, tulisan2 lo kaya Pramoedya, tp dgn gaya bhs yg lain. Boleh buat buku nih.
Sakit euy. Hehehe. Pram? Buset dah, disamain ama orang mati.
WHahaha
April 20, 2007 at 6:34 am
wah….nih bisa jadi bahan bagus buat sinetron…hehehe..
sinetron apa Daeng? Hidayah?
April 20, 2007 at 8:06 pm
apdetttt om arifffff!!!!!!!
Sabar.. baru sembuh nih. Hehhee
April 21, 2007 at 2:43 pm
Hahaha…awal2-nya kirain cerita komedi seperti “boneka….”
ternyata cerita sedih…hiks…
..iya tuh, yg salah selangkaannya..kekekeke
April 22, 2007 at 9:04 am
Tragis gitu mas π¦
Endingnya berat..
endingnya nyata… kenyataan kadang pait.
April 24, 2007 at 4:53 am
Duh kah… temen gw jg ngalamin kayak gitu, beda agama orang tua ga setuju si cewek malah di hamilin sama ora laen :(( tragis…
salam kenal π
Salam kenal juga mbah
April 24, 2007 at 5:48 am
wehehehehehe, seperti biasa, sebuah tulisan yang panjang dan menyenangkan untuk dibaca, dengan penyelesaian yang tak pernah terduga.
(dan juga dengan daftar komen yang super panjang… hiks..hiks.. saya dapet urutan 99)
April 24, 2007 at 5:51 am
koment sekali lagi, biar sekalian jadi koment yang keseratus
Hahhaa.. cem-maceemm bo.
April 26, 2007 at 2:15 pm
BAnyak hikmah yg bisa kita ambil dari cerita ini.
pertama, jangan pernah berhubungan dgn org yg beda agama karena sudah jelas secara hukum tdk dapat pengakuan, apalagi secara agama….karena itu untuk pasangan yg beda agama jelas tdk akan mempunyai tujuan yg jelas kecuali nekat (nekat menentang hukum dan agama) tetapi akan memiliki resiko yg banyak antara lain jelas dosa, menyakiti perasaan ortu masing2, dll lah.
btw, thaks atas sharing ceritanya.
rgds,
Alfian
Thanks atas komennya mas Alfian. Silahkan berpendapat dan mengemukakannya. Terimakasih atas kunjungannya.
April 26, 2007 at 7:23 pm
wah.. benar2 bakat jadi skenario neh..
mas arif g pengen usulin jd film tah. bgs loh crtny.
Ahhh malu mas.
Saya ini orang desa loohh (*halah, apa coba hubungannya. OOT bgt! Hahaha*)
Mei 1, 2007 at 10:35 am
met kenal kang..
cerita yang bagus..
trus tice migrasi kemana atuh? sekalian entar saya cari,
Sama-sama, met kenal juga Masdhenk.
Mei 2, 2007 at 4:37 am
huahahaha….
aceeng aceng, lempar batu sembunyi tangan, lempar kentut sembunyi pantat, lempar anu sembunyi malu
asiik banget oom arip critanya,
jempol deh..
Ya ampun cip, tuh jempol cuman empat, dikasih saya satu, tinggal tiga. Jangan ngasih jempol ahh. Ngasih doa boleh tuh, lebih asik. Apalagi ngasih undangan makan-makan. Lebih asik lagi. Hahaha
Mei 3, 2007 at 12:10 am
Kenapa sutradara konklusinya atas nama Tuhan? La wong bapaknya aceng cuma malu ama warga desa doang. lebih seru kalo mereka nikeh…dibikin happy ending lah…ceritanya.
welcome back pak arif.
Makasih Adit. Sayang ceritanya nggak berakhir hepi ending. Wong kenyataannnya gitu kok. (*BTW, saya nulis kenyataan kok selalu ‘n’ -nya ada tiga yaaa? bingung euy*)
Mei 3, 2007 at 5:10 am
gile neh cerita…ok banget….
btw masih penazaran nehh..tuh beneran ya???
trus si acheng korbannya siapa lagi.
jangan2 neh cerita tentang masz arief sendiri ye….
hayo ngaku…!!!!
Becanda men…ddont take personal yee….
Hehehe, gapapa.. Aceng tokoh nyata kok.
Mei 3, 2007 at 12:57 pm
[quote]@senja: huh, ilfil ma Aceng, udah ngehamilin anak orang , nangisan pula, laki2 apaan tuh..wakakaka
Laki-laki yang doyan nangis dan kebanyakan melakukan sesuatu yang semestinya hanya dihayalkan saja.[/quote]
Betul setuju
Mei 4, 2007 at 11:44 am
Eh,,kapan-kapan lw buka blog gw ya(Jackler.wordpress.com)thx ya,,punya loe bagus juga ya
udah dibuka.. kok isinya iklan semua yaa, Jack?
Mei 6, 2007 at 3:44 am
Seharusnya aceng dibiarkan tetap mengkhayal aja ya :D.
Knapa ya banyak orang lari dari kesalahan dengan mengatasnamakan “khilaf” ?.
Karena itu satu-satunya cara agar si pelaku terlihat agamis dan akan bertobat. Hahaha.
Mei 7, 2007 at 9:15 am
Iya, malangnya si khilaf ini
Padahal waktu ngelakuin “itu” dalam sikon sadar sesadar2nya…lah masa iya sambil tidur ayam wakakakakaka
Kalo saya lagi berantem adu mulut (bukan kissing loh :p) trus tiba2 tangan saya melayang, mungkin itu khilaf…tapi kalo ML? hehehehehehehehehe
Aduh, itu tangan jangan sampe melayang ahh. Bahaya.
Kekasih untuk dicintai, bukan untuk digaploki.. hehehe
Mei 10, 2007 at 4:35 am
Mas Arif bikin cerita lagi dong, tapi siAceng-nya sekarang udah pake kondom…..
PAsti happy ending nya jadi enak kali ya.
Yeee… kamu iniiii…
Mei 20, 2007 at 11:10 am
[…] yang keluar dari mulut-mulut pemuka aliran ini, yang akan diobral di surga adalah budak-budak semok yang bebas dipakai sepanjang waktu. Jumlahnya ribuan. Ah, dan kalau ingin ‘mencicil’ di […]
Mei 20, 2007 at 5:09 pm
hh…
knapa juga si aceng kaga bilang2..
Mei 27, 2007 at 4:15 am
[…] lha beberapa tahun terakhir ini malah suka campursari, langgam jawa, dan terakhir rajin mengoleksi keroncong dan sedikit copy paste dari kompie teman, “kacang gak adoh teko lanjaran” pepatah jawa yang tepat untuk menggambarkan proses kesukaan saya dalam mendengarkan musik dan mungkin juga karena pengaruh linkungan jawa dari orang tua. Entah telinga yang semakin tua sehingga nggak sanggup mendengarkan musik yang keras atau sebab lain. […]
Mei 31, 2007 at 2:12 pm
bodo
Au ah gelap!
Juni 9, 2007 at 12:40 pm
[…] saja yang ingin diperistri Raja/Emir harus selalu mau, apalagi kalau wanita itu kebetulan cantik, seksi dan montok tapi kebetulan berasal dari kalangan kasta rendahan. Mau menghadap Raja/Emir/Presiden harus pakai […]
Juni 10, 2007 at 8:54 am
nafus kok di salahin, salahin mANUSia nya dong.. kok mau2nya di kuasai nafsu n iblis…. kemanakah diri sejatinya pada saat itu?
Juni 20, 2007 at 10:16 am
Halo arif, gua baru gabung nih.. Gua cuma punya 2 pertannyaan… Arif km orang apa? Bahasa lu bagus banget….. Aku ketemu ama Tince nya nih……….
Orang Jambi… salam kenal juga. Saya orang Cilincing, salah satu desa di pinggir Jakarta Utara. Desa kami cinta damai. Walaupun dikelilingi komplek militer, industri berat, preman, polusi udara, air, tanah kadar tinggi serta komplek pelacuran.
Ketemu ama Tince dimana? Salam saja ama Tince yaaa.
Juni 25, 2007 at 3:11 pm
Kalau alasan yang lebih praktis untuk menghindari nikah beda agama, adalah untuk meminimalkan konflik.
Bukan apa-apa, nikah itu, sudah mempertemukan makhluk dari Mars dan makhluk dari Venus, ditambah lagi si Martian nya beragama islam & dan si Venusiannya ternyata beragama kristen. Makin ribet π
Logika yang sama (meminimalkan kemungkinan konflik) berlaku untuk kenapa sebaiknya pernikahan antar budaya dihindari (bule & pribumi, dst).
Kebetulan sudah banyak lihat contoh sad endingnya.
Sayang, saya bukan pandai kata (ralat: master kata) seperti bangaip, jadi gak bisa sharing.
Thanks untuk sharingnya lagi bang!
Juli 12, 2007 at 8:58 pm
[…] katakanlah anda sudah mencapai surga, berikut 70,000 bidadari semok yang legendaris itu. […]
Juli 13, 2007 at 4:37 pm
terharu saya. sebenarnya akhir cerita bisa bahagia bila ada pemahaman. Aceng pengecut sih. Coba kalau dia mo hidup ma Tince meski harus pergi ke lain kota bareng2.
Malah bahagia, punya anak lucu. Dan masih bisa ‘aktivitas malam’ tanpa batas sampai tua.
Menikahnya? Secara notaris kek.
Meski secara agama tidak ok, tapi tidak ada pembunuhan. agama tidak jelek. tuhan juga tidak jelek.
pemahaman aja yang mebuatnya ngaco.
sayang banget…padahal kan semok
Juli 25, 2007 at 8:23 pm
[…] yang memang selalu jelalatan, apalagi kalau liat cewek, kayaknya ga bisa kalau ga liat yang berbodi semok, atau cewek kinclong dikit aja, menemukan sesuatu yang ganjil yang menempel di bokong truk gandeng […]
Agustus 6, 2007 at 11:22 am
Lucu, sedih, bagus, haru, biru..
Agustus 19, 2007 at 12:41 pm
first visiting..
the way you write, cool π
asik euy..
gw tunggu tulisan berikutnya
Agustus 29, 2007 at 1:35 pm
he….
lucu ceritanya
September 27, 2007 at 9:11 am
Awal mula baca judul bawaannya NGERES
Setelah baca isi NGAKAK
eh baca penutup JADI SEDIH (karena nama “Aceng” persis nama ab gw, jadi yg mucul dlm imajinasi gw tiap kali disebut aceng…ya brother gw..
o ya kl ada cerita laen bisa info ke email taufik@berlian.co.id
salam dari medan
Oktober 23, 2007 at 10:27 am
duh bang arif bijak banget ci… aye mau koq jadi bininya bang arip… tapi bini pertama jangan bini kedua… abisnya bang arip bijak banget si… he8x.boleh tau nomor henponnya kagak??? capa tau q-ta bisa jadi temen…he8x.aye fans beratnya mas arip… pokoe fans berat buanget dech.. he8x.
Whehehe. Jangan, neng. Masih banyak bujangan cakep dan lebih keren, jauuh lebih cakep keren dan lebih oke dari aye. Cari aja bujangan yang kayak gitu. Banyak kok di dunia blog. Whehe. Kalo telpon, waah, aye jarang megang telpon, neng. Megang wajan mah sering. Huehehe.
Oktober 23, 2007 at 10:32 am
oya bang arip boleh nambah kan ??? kalo bang arip mau jadi temen aye,,, aye jadi demen banget deh ma bang arip.kirim e-mailnya ke e-mail aye ya… ne e-mail aye.
nida_nduro.@yahoo.com
Insya Allah, pulang dari RS aye kabarin, neng.
November 16, 2007 at 11:10 am
Two new studies show why some people are more attractive for members of the opposite sex than others.
The University of Florida, Florida State University found that physically attractive people almost instantly attract the attention of the interlocutor, sobesednitsy with them, literally, it is difficult to make eye. This conclusion was reached by a series of psychological experiments, which were determined by the people who believe in sending the first seconds after the acquaintance. Here, a curious feature: single, unmarried experimental preferred to look at the guys, beauty opposite sex, and family, people most often by representatives of their sex.
The authors believe that this feature developed a behavior as a result of the evolution: a man trying to find a decent pair to acquire offspring. If this is resolved, he wondered potential rivals. Detailed information about this magazine will be published Journal of Personality and Social Psychology.
In turn, a joint study of the Rockefeller University, Rockefeller University and Duke University, Duke University in North Carolina revealed that women are perceived differently by men smell. During experiments studied the perception of women one of the ingredients of male pheromone-androstenona smell, which is contained in urine or sweat.
The results were startling: women are part of this repugnant odor, and the other part is very attractive, resembling the smell of vanilla, and the third group have not felt any smell. The authors argue that the reason is that the differences in the receptor responsible for the olfactory system, from different people are different.
It has long been proven that mammals (including human) odor is one way of attracting the attention of representatives of the opposite sex. A detailed article about the journal Nature will publish.
Maret 11, 2009 at 1:51 am
mas arif..
aku ru pertama sich baca yangkaya gini, tp swerrrrr… sweger bget
Oktober 30, 2009 at 9:09 pm
Salam Kenal…
Indonesia Page – All About Indonesia
The Adsense Site – Guide to Online Adsense Earning
April 14, 2014 at 10:54 am
Ijin ninggalin jejak ya gan⦠thx