Katanya, hidup di Jakarta susah. Lebih susah lagi kalau tinggal di daerah susah. Seperti Cilincing misalnya. Desa ini tetap saja jadi sahabat akrab sensus IDT, Inpres Desa Tertinggal. Setiap tahun! Seakan tidak pernah ada kapoknya menjadi desa miskin. Duh gusti!
Saya pulang kampung, ke Cilincing, untuk menjadi guru. Menjadi salah satu staff pengajar di sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta.
Ternyata tidak mudah menjadi staff pengajar di perguruan tinggi negeri. Staff baru, harus menjalani beberapa tahun (percobaan) dalam rangka dinas mengajar. Pada tahun-tahun (percobaan) itu, si pengajar disebut sebagai staff sementara. Artinya simpel, penghasilan dan fasilitas tidak sama seperti staff tetap. Namun, pekerjaan (umumnya) dua kali staff tetap. Yaitu, pertama, harus mengajar para mahasiswa. Kedua, harus jadi asisten gelap staff tetap (istilahnya: kacung dosen senior).
Waktu itu, saya berfikir baik. Sebab toh mimpi saya masih tetap terkabulkan. Saling berbagi ilmu dengan anak muda generasi baru ini. Namun ketika uang tabungan sudah mulai menipis, disedot biaya hidup hari-hari Jakarta. Saya sadar, hidup tidak bisa hanya dengan mimpi.
Nugi, teman sekaligus tetangga saya, menawarkan solusi jitu. Mungkin bosan dengan curhatan saya akan kerasnya ibukota, suatu hari ia berkata “Bang, lo kan punya motor! Ngojek aja. Mau ga?”. Saya menjawabnya dengan senyum dan langsung mengiyakan usul gemilangnya itu. Toh ngojek itu halal. Bukan kriminal.
Akhirnya, sejak saat itu, saya menjalani kehidupan ganda. Pagi hari sampai sore, menjadi dosen. Malamnya menjadi tukang ojek. Mangkal di pintu masuk komplek perumahan karyawan. Mirip Batman. Bedanya, saya masih tahu diri, tidak memperlihatkan kancut kepada publik seperti Batman lakukan.
Inilah sepenggal kisah ketika saya menjadi tukang ojek.
Sebuah dunia, yang saya lihat ketika bulan bertahta tengah malam. Ketika manusia-manusia lain tertidur lelap di pembaringan. Dunia di mana terlihat wajah-wajah kuyu menahan kantuk untuk tetap bertahan hidup.
Sebuah dunia… di mata seorang tukang ojek.
Sistematika perojekan (artinya: dunia ojek. Hehe) sebenarnya sederhana. Diantaranya adalah, siapa yang lebih dulu mangkal, dialah yang akan mendapatkan konsumen lebih dahulu. Semuanya berbaris rapi. Yang lebih lama mangkal, akan ada di urutan paling depan.
Ada aturan main dalam dunia perojekan. Pertama, jangan berebut ‘sewa’ dan ‘sewa tetap’. Sewa itu artinya siapa saja yang menggunakan jasa ojek. Sedangkan ‘sewa tetap’ artinya konsumen setia tukang ojek tertentu. Kedua, sesama tukang ojek tidak boleh memanggil ‘Jek’ kepada tukang ojek lainnya. Sebab nanti malah bikin bingung apabila ngobrol di pangkalan ojek.
Hari ketiga saya mangkal, sepi banget. Para ojeker’s (artinya: tukang ojek. Hehe) ramai-ramai main gaple. Malam semakin larut. Pukul 02.00 saya baru di urutan pertama. Sebuah angkutan malam berhenti di di pangkalan. Seorang wanita turun dan langsung menghampiri pangkalan ojek.
Lalu tawar menawar terjadilah.
+ “Kemana, Neng?”
– “Jalan kedondong. Berapa?”
+ “Lima ribu ya Neng?”
– “Mahal amat. Tiga ribu ya?”
+ “Yah, Neng. Bensin aja udah lima ribu seliternya”
– “Ke jalan kedondong kan ga menghabiskan seliter bensin. Empat ribu deh”
Helm saya bergoyang, mengangguk pertanda setuju. Walaupun dalam hati sedikit sedih, lima jam menunggu sewa, beli bensin seliter saja tidak bisa. Tapi biarlah, anggap saja dinamika. Saya lalu memberi helm kepada sewa penglaris ini.
Wanita muda itu melepas topi. Rambut panjangnya tergerai. Harumnya merayap perlahan di udara.
Darah saya berdesir. Wanita muda ini saya kenal. Ia bernama Rahayu. Salah seorang mahasiswi saya di kelas multimedia.
Jujur saja, dalam hati saya sempat khawatir, kalau-kalau si Rahayu ini akan buka-buka rahasia kehidupan ganda saya di kampus. Bisa-bisa saya diledek para mahasiswa. Dipanggil-panggil ‘Jak.. Jek..’ secara serampangan ketika mengajar.
Tapi biarlah. Biarlah si Rahayu ini akan ‘nyanyi’ di kampus, membeberkan identitas ganda saya. Biarlah para mahasiswa meledek saya dengan panggilan ‘Jak.. Jek..’. Biarlah rekan dosen lainnya melihat dengan tatapan sinis, seorang profesional yang melacurkan diri dari dunia akademisi demi bertahan hidup.
Biarlah.
Ojek bukan dosa.
Tapi nampaknya Rahayu tidak mengenali saya. Ia terlihat santai saja duduk di jok belakang. Mungkin karena saya yang memakai helm. Atau mungkin ia yang tidak peduli, siapa ojeknya, yang penting selamat sampai di rumah.
Akhirnya, malam itu, saya berhasil mengantarkan Rahayu dengan sukses. Esoknya di kampus, tidak ada mahasiswa yang cengar-cengir melihat saya sambil memanggil “Jek!”.
Rahayu tidak tahu identitas ganda saya.
Tiga hari kemudian, saya lihat Rahayu lagi. Turun dari angkutan malam. Ia menghampiri saya. Padahal saya tidak berada di urutan pertama. Nugi yang duduk di samping saya senyum dan berkata “Wah sekarang udah dapet sewa tetap nih, Bang”.
Waktu Rahayu menghampiri, dalam hati, saya deg-degan juga. Untung belum lepas helm. Sebab saya belum mau membongkar identitas ganda saya itu. Biarlah kehidupan ganda saya tetap menjadi misteri. Yaitu, misteri tukang ojek. Hehehe.
Saya menstarter motor. Tanpa diperintah, saya tahu, tujuan konsumen saya adalah Jalan Kedondong.
Sesampainya di tujuan. Ia memberikan helm saya balik dengan selembar uang dua puluh ribu. Saya merogoh dompet di saku belakang, mencari uang kembali. Hingga terdengar suaranya perlahan, “Nggak usah dibalikin, Pak”.
Dari balik helm, saya menatap ragu kepada Rahayu. Wah, besar sekali tip malam ini. Kemarin-kemarin nawar gila-gilaan. Hari ini kok ngasih tip gila-gilaan. Hingga akhirnya saya sadar, ia memanggil saya dengan sebutan “Pak”. Saya melepas helm. Melepas misteri tukang ojek.
– “Udah berapa lama ngojek, Pak?”
+ “Baru seminggu, Yu. Kok kamu tahu yang ngojek itu saya?”
– “Dari awal, udah curiga sih. Akhirnya kemarin saya ke parkiran dosen. Nanya satpam, pelat nomor motor bapak”
Saya senyum. Lalu permisi balik ke pangkalan.
Di pangkalan, saya bertemu Nugi. Lalu cerita bahwa seorang sewa memberikan uang tip yang cukup besar.
+ “Gi, alhamdulillah banget nih malem. Dapet tip 16 ribu”
– “Dari perempuan yang tadi itu, Bang?”
+ “Ho oh”
– “Wajar Bang. Dia mah penghasilannya emang gede”
+ “Emang kerja apaan dia, Gi?” (*kata saya pura-pura bego*)
– “Ayam kampus. Tuh anak penari striptis di Diskotik Sunter, Bang”
+ “Ah masa sih!” (*mata saya membelalak, tidak percaya*)
– “Biasanya mah dia nggak pake ojek, Bang. Pake sedan. Dianter bos-bos pulang ke kostannya”
+ “Tau dari mana?” (*saya masih ngotot, ga percaya*)
– “Pake mata kepala sendiri! Saya liat dia di Diskotik Sunter. Joget-joget telanjang!”.
Saya tidak melanjutkan debat saya dengan Nugi. Motor saya starter, pulang menuju rumah. Misteri tukang ojek ternyata tidak ada apa-apanya dibanding misteri tukang striptis.
Tapi biarlah semua itu tetap menjadi misteri. Saya tidak akan membuka misteri Rahayu yang mempunyai kehidupan ganda. Sebagai mahasiswi dan juga sebagai pemuas nafsu pria. Sebagaimana saya yakin Rahayu juga tidak akan membuka rahasia saya, sebagai dosen di pagi hari dan tukang ojek pada malamnya.
Adzan subuh berkumandang. Identitas ganda saya sebagai tukang ojek menghilang. Berganti menjadi identitas lainnya.
Mei 27, 2007 at 3:13 pm
Hiattttttttt
Berhasil jadi yang pertama!
Komen nanti aja, save dulu dan bawa pulang ke rumah
Aduh Rid, jangan sedekah komen dong, saya belum jadi fakir komen nih.
Kamu terlalu cerdas kalau cuman mau jadi pertamax.
Hehehe.
Mei 27, 2007 at 4:30 pm
bang, kadang kitapun harus memiliki banyak identitas untuk bertahan hidup, pagi sebagai jongos kantor, malam sebagai apalah yang penting buat bertahan hidup dan halal.
Waspadalah! waspadalah! sekali lagi waspadalah! dengan identitas anda!
Emang kenapa harus waspada?
Hihihi… Mas Peyek, alhamdulillah sampai saat ini saya belum niat maling apalagi jadi penari striptis.
Hehehe
Mei 27, 2007 at 5:40 pm
duh, sampe segitunya dinamika sebuah kehidupan. ada yg pantas dikemukakan, sebagian lainnya lagi harus disembunyikan. biar gimanapun, asal halal, jalankan aja terus…
Iya terimakasih atas dukungannya.
Mei 27, 2007 at 8:02 pm
Sama dengan saya dong…sekarang bang arif sedang apa?… saya ngeblog…
Kawan2 sudah pada tidur dan ngoro’…. saya masih keliling di sini..! di bang arif
Saya sedang dalam proses recovery dari sakit, saat ini.
Makasih sudah mampir euy.
Mei 28, 2007 at 12:27 am
Hehehe…Bang, kalau cerita di blog ini termasuk kategori membuka misteri gak?
*pakai helm dulu…takut ditimpuk sama Bangaiptop
BTW saya juga punya identitas banyak…gak cuma 2 hehehe…
YAng penting halal Bang…
Kalau sekarang gak ngojek lagi kan? Jangan2 suka anterin cewek dari red light hehehehe…
Sekarang dah ga ngojek… ini cerita jadul kok.
Anterin cewek dari redlight? Saya justru takut ke Redlight… Takut dikejar-kejar cewek-2 di sana.
Hahaha
Mei 28, 2007 at 2:58 am
Emang kalo subuh identitas Bangaip jadi apa yaa??
Muazin… di musolah kampung.
Sebab dulunya saya rocker sih.
Hehehe
Mei 28, 2007 at 3:05 am
He..he..he…Jangan kayak Ipul ama rahayu ye bang yang Punya identitas ganda. apalagi kayak chintya putri yang memiliki kepribadian ganda. Lho udin petot apanya yang ganda ye bang?!
Udin Petot muka badaknya ganda. Malah kadang-kadang ganda campuran. Campur oli dua tak.
Parah tuh orang. Urat malu-nya sudah lenyap.
Mei 28, 2007 at 5:03 am
baca tulisan Bang Aip, selalu saja membuat pikiran saya terbuka bahwa there’s reality out there.. and it’s bitter.
Masa sih. Haduh… saya jadi ngerasa salah gini. Sabar yaa sandal. Life is good kok.
Mei 28, 2007 at 5:18 am
Busyet dah… Malam-malam nggak pakai nama malam Bang?
*siap-siap dicingcang pakai golok*
Gimana hubungan sama Rahayu sekarang…?
Udah lama ga liat Rahayu. Dia lulus dengan baik. Kabarnya meninggalkan dunia malam. Jadi disainer web sekarang.
Mei 28, 2007 at 5:21 am
Bang bagi no hapenya si Rahayu dong
Trus mau kamu apain?
Huh, dasar laki-laki hidung belang!
(*bener ga sih idung kamu belang? Idung saya juga belang loh! Kaca dimana yaa Rid?*)
Mei 28, 2007 at 6:51 am
identitasku juga ganda bang, di Rumah sakit aku dokter di rumah aku jongos… hehehe…
Hahaha… ternyata bukan saya saja yang beridentitas ganda. Bu dokter nan kenamaan ini pula beridentitas ganda. Kewajiban seorang ibu demi mempertahankan hidup keluarganya.
Mei 28, 2007 at 7:53 am
Bang, minta nomer henpon-nya Rahayu ya bang, ya bang ya? pleeeaassee….
Ngomongin identitas ganda, mantabs bener abang ini, ga tanggung-tanggung gandanya, ojekers!
Halah, kalo saya kasih nomornya…. trus anak orang yang udah insap itu mau kamu apain?
Mei 28, 2007 at 8:17 am
jadi punya dua side kayak kaset nih ceritanya?
Iya, dua-duanya rusak.
😀
Mei 28, 2007 at 8:36 am
Kayak clark kent aja punya ID ganda bedanya klo clark kent sembunyi di balik kecemete klo bang aip di balik helm..~heheh
saya lebih tau diri ketimbang Clark Kent.
Dia make kancut diluar celana. Menginspirasikan superhero lain untuk melakukan hal yang sama.
Masih mendingan saya dong… Ga pake kancut!
Mei 28, 2007 at 10:35 am
apakah semuanya akan kita biarkan menjadi misteri hidup? ataukah kita akan menjadi bagian dari misteri hidup itu sendiri?
Ga tau deh… Saya juga binun euy!
Mei 28, 2007 at 11:16 am
Lha ini namanya apa bang? oh iya ini bukan membuka misteri tapi membuka rahasia kali ya
aturan main dalam dunia perojekan no.2 bikin aku ketawa bang!
baru sembuh sakit kok langsung jadi Ojekers, entar dimarahin lagi sama ibu dokternya loh!
sama ama deKing, komennya. Hehehe
Mei 28, 2007 at 11:18 am
lho… komentarnya sama dengan yang no.5??!!
Iya.. hihiihi
Mei 28, 2007 at 2:45 pm
pagi ngajar, malem ngojek, lha terus tidurnya kapan…
Nah itulah masalahnya!
Mei 28, 2007 at 2:56 pm
bang, sori OOT.
beda wrap ama grab apa ya?
* berdasar komentar sampeyan di blog saya *
makasih bertubi-tubi.
Hihi, saya juga sering OOT, parah malah, mirip somad! Hahaha
BTW, sudah saya jawab Mas/Mbak Sandal di blog anda.
Mei 28, 2007 at 4:07 pm
Numpang nimbrung nih Bang…
Miris. Semua orang pasti punya lebih dari satu sisi kehidupan Bang. Bukan munafik looh..
Oh ya… Ternyata bukan saya saja?
Kamu juga?
Mei 28, 2007 at 4:23 pm
Iya, kadang kita perlu memiliki banyak peran, lebih dari “ganda.”
GBU.
Kenapa?
Untuk bertahan hidup?
Mei 28, 2007 at 4:40 pm
Hiks…… Bang arif abis sakit hepatitis kok bisa2nya ngojek gitu aduh begitu baca ni cerita jadi keingetan ceritanya temen. Kalo siang tu org namanya Adi tp kl malem jadi Ani (wekekeke itu mah makhluk jadi2an) trus bang arif punya nama lain gak? Hehehehehe
Buset dah!
BTW, iya cerita jadul. Dan saya nggak punya nama malem.
Gila kamu, Ndro!
😀
Mei 28, 2007 at 5:08 pm
dosen memang pekerjaan sambilan
*siap² dikeroyok dosen².. hahaha*
Kalau di universitas/institut negeri di RI.. kadang-2 bukang hanya jadi sambilan, melainkan juga jadi sapuluh. Sebab, terlalu banyak proyek luaran yang harus dikerjakan. Hanya demi agar dapur tetap ngebul.
Mei 28, 2007 at 5:20 pm
Semoga Bang Aip tidak tergiur untuk ikut2an nari striptis karena duitnya yang jauh lebih gede
Semoga Allah selalu membimbing saya agar tidak tergoda ikut-ikutan joged-joged telanjang di Diskotik Sunter!
(*doa seorang tukang ojek*)
Mei 29, 2007 at 3:52 am
rahayu:“pak masa nilai Ujianku kok cuma dapet D..???”
Bangaiptop:“bisa diatuuuur… tapi syaratnya striptis dulu dong…
rahayu:“iiiihhh… bapak genit…
….
misteri tukang ojek, misteri striptis dan misteri nilai…
Bener-bener sangar percakapannya!
hihihi
Mei 29, 2007 at 4:23 am
wah TST nih….Tau Sama Tau….hehehe
Mendingan TST,… daripada PMP … Pren Makan Pren.
Hehehe
Mei 29, 2007 at 4:30 am
weh…kehidupan yang dahsyat!!!tapi jangan2 sampeyan juga split personality???hehehe
Sepertinya begitu. Hehehe
Mei 29, 2007 at 5:36 am
hmm identitas ya, rasanya lebih marak di dunia maya secara nyata, dalam hidup emang selalu ada lakon yang harus dimaninkan.
sekedar saran, kayaknya harus segera pindah deh ke cilincing dot com itu
Iya Pak Guru… sedang disusun nih XML dan SWF nya. Segera dilaksanakan, Pak. Terimakasih atas usulnya.
Mei 29, 2007 at 6:23 am
kok sepertinya … alter ego marak bulan ini
iya, saya juga bingung nih. Hehehe
Mei 29, 2007 at 11:13 am
arrgghh..gara2 postingan bangaip ini kah si guh memutuskan untuk mendelete identitas wadehel?
Duluan dia tuh bunuh dirinya, ketimbang saya nerbitin postingan ini, Nto.
Mei 29, 2007 at 11:41 am
ini cerpen atau asli ?
Walaupun agak aneh, tapi nyata Mas.
Menyedihkan toh?
Aneh tapi nyata.
Mirip nama acara tipi jaman hanya ada satu channel saja, TVRI.
Mei 29, 2007 at 12:17 pm
*masih sdkt blm percaya*
ha.. bangaip ternyata…
Apa! hah!
Hah!
Bencong!
Bukan tau!
😀
Mei 29, 2007 at 9:48 pm
Iya yah jadi junior itu banyak enaknya eh ga enaknya. Kerjanya banyak, duitnya?
Masa sih bang Arif sampai ngalamin jadi tukang #### segala? Tapi gpp, yang penting halal…
Eh Bang Arif, di Jakarta-nya di PTN mana? Siapa tahu kapan-kapan saya bisa mamapir….
Sudah nggak ngajar di JKT lagi, Pak Guru.
Tapi kalau bapak di JKT, dan saya ada di JKT, nanti kita ketemuan deh.
*sambil bertanya dalam hati “kapan yaa saya bisa pulkam?”*
Mei 30, 2007 at 1:37 am
kalau yang ngojek mahasiswanya dan cantik, gratis nggak?
saya baru dengar ada dosen dengan lapang dada mau nyambi ngojek agar dapur terus berasap. salut.
masih sempat ngeblog lagi… huebat
Sekarang udah nggak ngojek lagi. Maap mengecewakan harapan anda.
Hehe.
Ini cerita jadul. Waktu saya masih di JKT.
Mei 30, 2007 at 9:45 am
*Bawain Kaca Buat bang Arif, sambil nungguin no Hapenya si Rahayu*
*saya pura-pura bego… cuek aja, pura-pura nggak liat si parit dateng*
Mei 30, 2007 at 11:03 am
“seorang profesional yang melacurkan diri dari dunia akademisi demi bertahan hidup.”
Kalo menurut saya, nyambi ngojek bukanlah melacurkan diri, selama tugas utama sebagai akademisi tetap dilaksanakan dengan baik.
Btw, saya pernah dengar seseorang diberi indentitas pelacur intelektual dikarenakan bekerja bukan di bidang utama yang selama ini dia pelajari, dan malah menjelek-jelekkan bidangnya itu….
Terimakasih atas tambahannya, Cak.
Mei 30, 2007 at 1:45 pm
judulnya dalem.
tulisannya? lumayan….
nggak kok, becanda. saya juga sering gitu. malem-malem, hujan-hujan, melakukan pekerjaan rahasia. hah.
btw, “adzan subuh berkumandang” terinspirasi dari lagu iwan fals “azan subuh masih di telinga” ya? bener ngga?
Lagu Iwan Fals yang mana?
Belum pernah denger tuh. Sori yaa, saya agak kurang gaul. Hehe
Mei 30, 2007 at 4:37 pm
… bukannya dunia ini adalah panggung sandiwara ?
Saya kira, ini liriknya God Bless. Sial, ternyata saya salah… ini ungkapan lama seorang pujangga belanda. Siapa yaa namanya. Lupa.
Mei 30, 2007 at 6:49 pm
du ia ini memang panggung sandiwara, kadang kita harus berperan jadi banyak orang…. (hehehe, inget pas sma dulu, gara2 mau bikin pentas teater dan dananya kuran saya sama beberapa rekan ngojek, eeee hari pertama udah dapet pelanggan bencong, akhirnya di coel2 lah saya, ngeriiiiiii)
Seneng juga saya, dapat membuat kenangan indah anda di masa lalu muncul kembali.
Mei 30, 2007 at 7:21 pm
Ngojek, ditoel bencong … … …
Gara – gara postingan bang Aip, saya jadi inget pengalaman SMA dulu, terpaksa ngojek gara2 gak ada dana buat pentas teater dan makan. Pengalaman paling berkesan yang membuat saya menjadi saya seperti sekarang ini, betapa kehidupan ojekers (ngambil isti…
Mei 30, 2007 at 8:39 pm
hah?? diskotik sunter?? minta no hapenya juga bang!!!
kebetulan gw juga di sunter…
Classified, Pung. 😀
Mei 31, 2007 at 4:14 am
itu cerita jadul bang Aip..yg masih jadi dosen junior…, Skarang bang Aip dah jd dosen Senior (dosen tetap) jadi nganterin rahayunya dah ga pake motor, tapi dah pake mobil gitu kan bang???? dah lulus lom ya dia??? anak Fak. apa?? otaknya encer ga??? HALAH!!!!
Informasi lebih lanjut mengenai Rahayu dikategorikan sebagai RHS. 😉
Mei 31, 2007 at 9:23 am
ck ck ck
good story
Makasih dah mampir.
Mei 31, 2007 at 9:38 am
wahhh salut sama bang arip…hebatt!!!jarang ada dosen kek gt
tapi itu khan jaman dulu ya bang, sekarang semangat perjuangannya blom ilang khan bang??
Mei 31, 2007 at 6:03 pm
Jek …. nangis sedih aye, ternyata semua orang punya masalah… gak cuma aye.
“lalu nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan kus? ”
hiks….
kus
Dubes TxPKingdom untuk Republik Indonesia.
Terimakasih atas kunjungannya Pak Dubes. 😀
Juni 1, 2007 at 4:53 pm
bang stripties tu apaan sih… kok dipesantren ga diajarin seh…
Kalo diajarin, gawat, Pak.
Nggak diajarin saja, sudah membuat saya berfikir yang tidak-tidak. Apalagi diajarin.
Hehehe
Juni 1, 2007 at 7:41 pm
Oh gitu ya… engga ngajar lagi di JKT itu karena lagi sekolah lagi ya? Di negeri “kincir angin” kah?
Lagi jatuh cinta, Pak.
Hahaha
Juni 2, 2007 at 3:36 am
duh, hidup, bang…betapa penuh warna. terang tak selalu menyilaukan, gelap tak selalu membutakan
Aduh kalimatnya puitis sekali.
Saya nggak ngerti, … maklum bocah kampung.
Hehehe
Juni 2, 2007 at 3:22 pm
dimasukin CV pengalaman kerja dong Bang? *iseng mode on* Ngakunya ga pake kancut (liat komen nr 14), jadi pake sarung saja?
CV pengalaman kerja, … ngojek?
Iya dong. Pasti.
Saya bangga kok jadi tukang ojek.
Juni 3, 2007 at 8:05 am
kabarnya jeng rahayu sekarang gimana mas?
Alhamdulillah sehat, Mbah.
sudah berhenti dari profesi lamanya. Sekarang ia jadi webdev di sebuah perusahaan Jakarta.
Saya baru tahu, dua hari lalu, ia email saya. Sambil ketawa-ketiwi, membaca blog ini
Juni 3, 2007 at 3:12 pm
indonesia…oh, indonesia…
setidaknya yang bang aip omongin saya catat baik2 deh: “Toh ngojek itu halal. Bukan kriminal.”
Catet?
Sepertinya, saya bukan politisi yang mulutnya harus dicatet deh, Joe.
Hehehe
Juni 4, 2007 at 11:11 am
lho, sesama tukang ojek manggil apa? btw, rss itu makanan apa sih yak?
RSS itu pengumpan berita (ini lebih lanjutnya). Jadi bisa mbaca blognya tanpa harus manteng online. Saya biasanya mbaca blog pakai Mozilla Thunderbird.
Juni 4, 2007 at 5:17 pm
Kenapa malu jadi tukang ojek?
Bukan nyuri, kan? Bukan ngrampok, kan? Bukan memperkosa, kan?
Banggalah, karena (mau) berjuang.
Jangan mengutuk mbak Rahayu, siapa sih di antara kita yang nggak akan melakukan sesuatu yang “salah”, kalau keadaan memaksa?
Hidup ini perjuangan. Hidup ini belajar dari kesalahan. Hidup ini memandang wajah kita di kaca, dan berkata: Inilah aku … dan kehidupanku …
Ga malu ahh, kalu malu, saya buka celana.. trus dipakai untuk nutupin muka saya.
Hihihi
Juni 6, 2007 at 11:08 pm
20 ribu untuk uang tutup mulut yak?
Juni 8, 2007 at 4:27 am
Ternyata kita sama-sama orang susah bang 🙂
Juni 25, 2007 at 2:37 pm
Gua demen ama happy ending 🙂
Thanks bangaip sudah sharing (eh, yang gak happy ending juga gpp kok)
Oktober 30, 2009 at 9:08 pm
Salam Kenal…
Indonesia Page – All About Indonesia
The Adsense Site – Guide to Online Adsense Earning