(*Hehe, cerita jadul nih. Sebuah kisah ketika saya masih bujangan dan tinggal di sebuah titik di Depok, Jawa Barat. Awal tahun 2000*)
Di Depok, ada beberapa rumah singgah untuk anak jalanan. Rumah singgah ini konsepnya cukup unik. Mirip dengan homeless shelter di negara-negara maju. Bedanya, sama sekali tidak di dukung pemerintah pusat maupun lokal. Serta tidak ada dukungan finansial yang mencukupi.
Hasilnya bisa bisa ditebak, seperti kuda tua yang dipaksa pacuan. Namun, walaupun susah payah, rumah ini tetap berdiri. Mengapa? Jawabnya simpel, sebab terlalu banyak anak-anak terlantar yang tinggal di daerah Depok dan sekitarnya.
Di rumah ini, beragam usia anak-anak tinggal, menetap, datang dan lalu pergi lagi. Namanya juga rumah singgah. Dan yang menyinggahinya kebanyakan adalah anak jalanan. Jadi, yaa mirip halte bus. Semua anak-anak jalanan, bahkan orang kemalaman pun bisa singgah di rumah ini.
Tapi karena kebanyakan yang menyinggahinya adalah anak jalanan, berusia antara 3 hingga 15 tahun. Maka disebutnya Rumah Singgah Anak Jalanan.
Mereka singgah untuk mendapatkan sebuah rumah untuk bernaung. Sebentar melarikan diri dari ganasnya hidup di jalanan. Sejenak melupakan trauma diancam, dipukuli, dirampas uang hasil mengamennya hingga diperkosa.
Saya dan beberapa teman, seperti Cirul, Candra, Daniel, Opik, Bommal, Fuad, Andri, Jendral dan lain-lainnya, mengurus rumah singgah ini. Tidak hanya di satu tempat, melainkan di beberapa tempat.
Di sebuah rumah singgah, saya dan Cirul yang dipercaya mengasuh. Cirul bagian rumah tangga, seperti mengurus rekening-rekening hingga beras buat makan. Saya yang mengurus pendidikan anak-anak itu. Bommal dan Fuad membantu mengajar.
Mereka, anak-anak itu memanggil kami dengan sebutan ‘Kakak’.
Kecuali saya. Mereka memanggil saya dengan sebutan “Bang Aip”. Sebab pada saat itu, saya mengurus rumah singgah sambil berdagang lontong sayur, makanan khas Jakarta. Dan sebutan ‘Abang’, adalah panggilan khas terhadap para tukang di Jakarta. Entah ia berdagang apa. Entah darimana asalnya, kalau jualan, maka di panggil “Bang!”
Ini sebuah cerita mengenai sepenggal kisah di Rumah Singgah Anak Jalanan, Depok.
Malam sudah tiba di Gang Salak. Kira-kira pukul tujuh. Saya bergegas membereskan lapak, tempat dagangan saya. Lontong sudah habis. Semur telor, semur tahu juga habis. Mahasiswa-mahasiswi yang kuliah di Depok biasanya yang membeli dagangan saya.
Tiba-tiba si Jurek, anak jalanan yang paling besar (umurnya kira-kira 16 tahun) datang. Ia menangis.
Saya bingung lalu bertanya, “Loh Rek. Kenapa kamu nangis?”
Jurek diam saja. Saya tanya lagi, “Kamu laper?”
Ia menggeleng. Tapi tangisnya mereda. Ia mengelap ingusnya dengan kaus yang sudah seperti lap busi motor. Penuh sisa asap knalpot bus jalan Margonda. Legam dan apak.
Saya diamkan sebentar. Menunggu. Sampai ia buka suara.
Jurek perlahan berbisik, “Saya nggak boleh masuk warnet. Tadi berantem ama nyang jaga warnet”
Saya kaget. Saya tahu anak jalanan punya insting kuat untuk berkelahi. Dan namanya juga anak jalanan, emosinya tinggi. Sebab sudah terbiasa dilatih kerasnya iklim jalanan.
Tapi di rumah singgah, ada peraturan dilarang berkelahi. Kenapa Jurek melanggar? Pasti ada sebabnya? Sebab ia tahu konsekuensinya berat jika melanggar kesepakatan anti kekerasan di rumah singgah.
+ “Ada apa kok sampai kamu berkelahi sih?”
– “Nggak boleh masuk”
+ “Yang punya warnet kan si Tia, teman saya. Dia sudah janji kok, semua anak jalanan boleh masuk. Kalian malahan gratis kalau mau belajar internet”
– “Saya mah udah ngerti, Bang. Kaga usah belajar lagi”
+ “Trus ada apa dong?”
– “Saya nggak boleh masuk ama yang jaga. Trus operatornya saya gebukin aja dah. Sial, dia badannya gede bang. Saya kalah dah”
+ “Hah!”
Saya bereskan barang-barang di lapak kaki lima saya secara cepat dan tergesa. Menguncinya dengan gembok (*ini kota lumayan besar. Apapun yang tidak di kunci, biasanya hilang. Jangankan barang, cinta dan disiplin saja mudah hilang di tempat ini*)
Lalu, saya tarik tangannya si Jurek. Ini anak, harus belajar minta maaf. Tidak bisa pukul orang sembarangan. Selain itu, saya juga penasaran. Mau tahu alasan si Jurek tidak boleh masuk ke warnet.
Sampai di warung internet (tidak jauh, kira-kira jalan kaki 5 menit), saya meminta ijin pada operator yang sedang jaga, agar saya boleh bertemu dengan manajemennya. Saya diantar ke lantai tiga, tempat manajemen warnet berada. Disana, ada manajer warnet dan teman-temannya.
Dengan sopan saya bertanya, apa yang telah terjadi.
Rupanya, manajer warnet itu juga kebingungan. Sebab ia juga ternyata sedang ‘menyidang’ operator yang terlibat perkelahian. Yang disidang, anak muda. Umurnya baru saja mulai kepala dua. Ia baru saja jadi operator satu bulan. Masih dalam masa training.
Kami terlibat pembicaraan cukup serius di ruangan ini.
Manajer Warnet (MW): “Mas Arif, untung anda datang yaa. Saya juga kebingungan ini. Tadi ada ribut-ribut di parkiran depan. Katanya si Budi berantem sama anak jalanan. Loh kok bisa?”
Si Arip (SA): “Saya juga bingung, Pak. Ini si Jurek dateng ke lapak saya sambil nangis. Katanya dipukulin di warnet. Tapi emang dia sih yang mulai. Dia ngaku sama saya tuh”
MW: “Kebetulan ini ada Budi, yang berantem sama anak asuhnya Mas Arif. Ayo coba, ada apa ini? Budi, kamu bisa menerangkan? Jurek juga, ayo menerangkan?”
Si operator yang disidang itu bernama Budi. Dia diam lalu melirik pada Jurek. Yang dilirik menunduk. Dia tidak mau masuk ruangan. Walah walah, masih kesal rupanya si Jurek. Kalah berkelahi, kesal. Hehehe.
Saya bilang pada Jurek, “Eh men, namanya juga berantem, kalah menang mah biasa. Yang penting bukan hasilnya, tapi apa yang membuat kamu hingga harus berkelahi. Itu yang penting. Jurek, ayo dong gabung”
Jurek buka sepatu punk-nya (ini sebenarnya sepatu PDL tentara yang sudah butut dan di cat bendera Inggris. si Jurek ini tergila-gila grup band punk asal UK, Sex Pistols. Itu sepatu bolong di cat pake cat kuda terbang, biar mirip sepatunya Sid Vicious)
Jurek: “Saya mau masuk. Padahal saya mau bayar. Saya kaga maen di warnet kalo nggak punya duit Bang. Eh mulutnya nih orang bilang saya nggak boleh masuk. Katanya anak jalanan bawa masalah”
Saya dan Manajer Warnet menatap si operator. Ia menunduk, dengan lirih berkata, “Tadi siang, emang ada masalah Pak. Mas Arif, saya sama sekali tidak musuhan sama anak jalanan. Tapi tadi siang ada masalah”
SA: “Ada masalah apa Mas Budi? Masalah dengan anak rumah singgah?”
Budi: “Iya Mas. Temennya dia datang duluan tadi siang. Main sejam. Terus saya usir”
SA + MW: “Loh, kenapa?”
Kami semua kebingungan.
Budi: “Itu Mas… Anu… Anu… Temennya Jurek, yang rambutnya pitak. Main sejam. Trus mbuka-mbuka situs porno. Terus dia onani di depan monitor, Mas. Suaranya berisik sekali pas keluar. Sudah gitu, pejunya muncrat di keyboard, Mas. Bahkan mousenya juga belumuran peju”
(*peju = air mani*)
Serasa mau loncat dari kursi saya saking kagetnya. Antara kaget, bingung plus malu jadi satu. Buset dah. Ada-ada aja ini. Yang rambutnya pitak, tidak lain tidak bukan si Samsul.
Sambil menahan-nahan perasaan yang sudah tidak karu-karuan. Saya coba saya tetap jaim, alias jaga image. Pura-pura cool. Agar tidak kelihatan seperti orang bloon di depan publik.
Tapi gimana mau ditahan coba? Anak-anak jalanan ini udah mirip anak sendiri buat saya. Orang tua mana yang tidak kaget kalau mendengar anaknya yang ABG buka situs porno lalu masturbasi di depan publik? Samsul itu baru 14 tahun. Astaga!
Manajer Warnet melirik operator baru itu dengan tajam.
MW: “Tapi nggak semua anak jalanan kan begitu, Bud. Kamu nggak baik itu maen pukul rata semua orang”
Budi: “Iya Pak, maaf. Saya salah”
Saya masih tenggelam dalam kebekuan ketika semua mata melirik saya. Sambil berdehem (pura-pura tenggorokan gatel), saya berkata, “Mas Budi, andaikata saya dalam posisi anda. Saya pasti juga merasakan dilema. Dan saya sadar, pasti anda kesal harus membersihkan sperma dari tempat yang tidak semestinya”
Saya tidak tahu harus bicara apa. Kok yaa melantur hingga ke sperma yang tidak pada tempatnya. Memang tempat sperma yang semestinya harus dimana? Memangnya ada panduan baku untuk wadah sperma yang baik dan benar? Halah, ngaco. Maklum, lagi senewen.
Tapi, apapun yang terjadi, harus tetap ke konsep awal. Memberi pelajaran pada Jurek. Bahwa tidak bisa memukul orang sembarangan. Memangnya dunia ini ring tinju raksasa?
Tidak lama kemudian, Jurek minta maaf pada Budi sang operator. Dan saya… Mati-matian menahan malu, meminta maaf terhadap ‘insiden siang nan panas’ di warnet. Pada Budi si operator, pada manajer dan pada semua staff warnet.
Kami lalu pamit.
Tergesa-gesa, saya berjalan ke rumah singgah. Kira-kira 15 menit dari Gang Salak. Di daerah Kelapa Dua. Dekat kampus Gunadarma. Di tepi kali Ciliwung.
Di sana ada Cirul dan anak-anak jalanan lainnya. Saya lalu mengobrol sebentar dengan Cirul, menerangkan kejadian ajaib yang baru saja saya alami bersama Jurek dan staff warnet di Jalan Margonda, Depok.
Cirul tertawa ngakak habis-habisan. Dia bilang, “Rip, lo tau ga… Si Samsul itu emang hormonnya gede tau. Lo tau ga, anak-anak singgah juga pada komplen ama gue. Si Samsul itu doyan banget masuk WC lama-lama. Sabun abis ama dia doang. Dipake coli. Hahaha” (*coli = onani*)
Saya keki, “Yee, lo sih enak bisa ketawa disini. Gue nih men.. Bayangin. Malu banget muka gue, men. Mao ditaro dimana waktu di warnet. Masa ada anak singgah merintih-rintih di warnet sambil mlorotin celana. Trus abis itu, buang peju sembarangan. Kampret”
Cirul tambah ngakak ketawa abis-abisan. Lalu berkata sambil senyum, “Ya udah, gini aja. Lo ajak ngomong aja si Samsul. Gua mah nggak bisa ngomong kayak gituan. Itu tugas lo lah”. Lalu berlalu ke warung di depan rumah. Membeli rokok kretek filter kegemarannya.
Saya panggil si Samsul. Tidak lama kemudian. Kami bicara di beranda samping rumah. Di sana agak sepi. Saya menjaga perasaan Samsul. Saya pikir, kalau saya bicara di depan publik mengenai kasus masturbasinya di warnet, dia pasti malu. Sebab anak jalanan itu lebih malu terhadap sesama anak jalanan ketimbang di depan ‘kaum-selain-anak-jalanan’.
+ “Samsul, tadi saya ke warnet. Kata mereka, kamu coli sembarangan. Benar?”
– “…”
– “Hehe… Kok sekarang diem aja. Tadi katanya orang-orang, kamu agak berisik waktu di warnet?”
+ “Maap, Bang”
– “Loh kok minta maap sama saya. Sama Jurek tuh. Dia jadi korban salah sangka. Sebab si tukang warnet nyangkain semua anak jalanan pikirannya kotor”
Samsul diam terus. Ia menunduk. Saya tahu, ia malu. Saya kenal Samsul sudah lama. Sudah tiga tahun ia di rumah singgah ini. Boleh di kata, sudah menjadi penghuni tetap.
Samsul ini, sebagaimana anak jalanan lainnya, kisah hidupnya sungguh berliku. Ia lari dari Padang, kota kelahirannya. Sebab sudah tidak ada yang mengurus. Bapaknya masuk penjara karena memukuli ibunya hingga meninggal dunia. Ia lalu pergi ke Jakarta. Entah kenapa. Ia sendiri tidak tahu alasannya. Menumpang dari satu truk ke truk lain di lintas Sumatera.
Dan akhirnya, ia disini. Terdampar di depan mata saya. Menunduk malu tiada tara.
Ahh saya tidak tega. Tidak mungkin memarahi Samsul begitu rupa. Anak ini, masih ABG. Kurus, kecil, kepalanya banyak pitaknya. Bekas luka, yang sembuh di kepala. Meninggalkan bekas, yaitu bagian di mana rambut susah tumbuh. Bekas luka, akibat pukulan ayahnya ketika mabuk.
Saya tidak tega.
Maka itu, dua jam berikutnya, saya habiskan dengan pelajaran biologi. Menerangkan arti reproduksi. Menerangkan sejarah sex pada manusia. Menerangkan arti hubungan biologis dan kesenangan yang menyertainya. Tidak lupa memberitahu, bahwa acapkali manusia melarikan diri pada hubungan sexual ketika kesedihan melanda. Dan sering terjebak pada kesenangan itu. Dan pelan-pelan mulai mencandu.
Dan kecanduan, apapun bentuknya… Tidak baik buat tubuh dan jiwa.
Samsul mendengarkan dengan seksama. Sambil bercanda, saya bilang bahwa kalau mandi, pakai sabun, jangan hanya menyabuni bagian tertentu dari tubuh saja. Seperti-selangkangan-misalnya. Sebab itu kurang adil. Bagian-bagian tubuh lainnya juga masih layak untuk dicuci hingga bersih.
Samsul tersenyum.
Tiba-tiba, ketika saya baru saja beranjak selesai bicara dengan Samsul. Cirul teriak masuk ke beranda, “Rip.. Keluar men.. Massa men.. Massa!”
Saya kaget. Cirul jarang-jarang panik seperti ini. Maka itu, tergopoh-gopoh saya keluar rumah.
Di luar. Banyak masyarakat, membawa obor. Wah kaget saya. Jangan-jangan mau mengejar maling? Sebab, mau apa coba, warga ramai-ramai malam-malam jam 11 bawa-bawa obor?
Saya tanya Pak Umar, tetangga sebelah Rumah Singgah Anak Jalanan. Sebab ia juga bawa obor. Dan matanya itu, berkilat-kilat memancarkan amarah.
Saya (S): “Pak Umar, ada apaan nih?”
Pak Umar (PU): “Bajingan tuh rip. Bener kata Pak RT”
S: “Loh apaan yang bener, Pak? Apa kata Pak RT?”
PU: “Pak RT, baru aja nangkep basah anaknya, si Ujang, di warnet. Tau ga Rip. Si Ujang buka-buka situs porno. Naujubilahmijalik dah. Mau jadi apa tuh anak”
Saya terbengong-bengong.
S: “Loh, emangnya kenapa, Pak”
PU: “Kamu ini, dasar anak muda. Situs porno itu dosa Rip. Kita semua bakalan masuk neraka gara-gara liat situs porno. Dan ngebiarin anak-anak kita ngeliat situs porno, kita semua juga bakalan masuk neraka”
S: “Kata siapa, Pak”
PU: “Tuh kata Pak RT. Mangkanya, kalo orang tua ngomong, dengerin, Rip!”
Saya melihat, di depan kerumunan massa, Pak RT sedang berteriak-teriak. Suaranya sayup-sayup terdengar di balik gerombolan massa yang marah dan memegang obor.
Telinga saya menangkap selintas pidato Pak RT, “…Gara-gara warnet jahanam itu, anak-anak kita mentalnya teracuni. Kita semua bakalan masuk neraka kalau begini terus. Semua ini gara-gara warnet bajingan itu. Maka itu… BAKAARRRR SEMUA WARNET!”
Pelan-pelan, gerombolan massa yang marah, bergerak ke jalan Margonda. Di tangan mereka, obor bernyala-nyala.
Mulut mereka berteriak marah. Satu tangan memegang obor, tangan lainnya, mengepal di udara. Menyebut nama tuhan dan kalimat… BAKAR!!!
Saat itu pula, saya menggigil dalam udara malam Depok yang panas.
April 29, 2008 at 1:35 am
Trenyuh dan sekaligus gokil..begitu lepas, begitu bebas.
Tidak usah anak jalanan. Warnet banyak kok yang menyediakan jasa privat room, dalam arti tertutup. Ya walahualam sih ngapain saja didalam pemakainya. Kadang pasang pasangan, kadang rombongan, kadang si otak ngeres. Perlu revolusi budaya mungkin, merubah cara pendidikan sex sejak dini. Nggak perlu ditutup tutupi dan dianggap cabul. Jadi biar anak anak tidak belajar sex dari Miyabi. Sebenarnya problema klasik pengaturan sistem pornografi di negri ini yang amburadul. Nggak usah ngurusin dunia maya, Dunia nyata dulu saja, sampai kapanpun dvd bokep masih mudah ditemui disetiap lapak dvd.
April 29, 2008 at 1:40 am
Jadi kira-kira tanggapan Bangaip pada respon para penduduk *yang bawa-bawa obor* itu bagaimana, apa memang sudah benar atau malah kurang dewasa? ๐
April 29, 2008 at 2:57 am
ibarat membakar lumbung padi untuk membunuh seekor tikus…..
April 29, 2008 at 3:38 am
Set dah, Pak RT kaya gak pernah muda aja. Trus akhirannya gimana Bang? Ada warnet yang beneran dibakar?
September 2, 2009 at 9:59 am
azib,,,
nice pic
Januari 22, 2010 at 10:47 pm
hai cantik…leh g knal kamu
April 29, 2008 at 4:30 am
trus semua warnet jadi di bakar? wah-wah udah kaya pemberantasan flu burung saja.. ๐
April 29, 2008 at 5:08 am
Waduh, gak ada yang dapat aku komentari…!
Antara sedih, pilu, lucu, ngawur dan banyak lagi, campur aduk jadi satu…!
๐
April 29, 2008 at 5:14 am
indonesia banget. dikit2 bakar2, dikit2 bakar.:|
April 29, 2008 at 5:29 am
Itu tetangga Bang Aip bukan anggota Front Pembela Itu kan?
Soal onani di warnet, di Jogja juga banyak kasus seperti itu. Kasian operator warnetnya, kena getah tanpa makan nangka (lho, apa maksudnya?)
April 29, 2008 at 6:06 am
Kayaknya inti cerita ini bukan soal onaninya, tapi soal napsu yang sudah diujung ubun-ubun(dibaca: gampangin ngebakar). Gara-gara melihat kelakuan minus sebagian saudara sesama bangsa. Tul gak bang ?
April 29, 2008 at 6:31 am
ehem….. sy juga tidak menyalahkan warga koq, intinya sih bagaimana warnet itu bisa bermanfaat baik buat mereka.
intinya semua mau sama2 memajukan bangsa ini, pertama yg punya warnet untuk memasyarakatkan internet, dan warga juga ingin memajukan masyarakat dengan tidak menghancurkan rakyatnya dengan situs porno itu..
April 29, 2008 at 8:01 am
postingan yang keren bang! ๐
aRuL: saya masih belum paham korelasi kehancuran rakyat melalui situs porno.
April 29, 2008 at 8:08 am
baru ini denger cerita onani yg bikin geli campur ngilu ๐
Dung, bang aip… pengalamannya ada-ada aja ya…
April 29, 2008 at 8:23 am
hm…
ini mendingan coli di warnet,
lha saya pernah mergoki orang ML di bilik warnet di jogja!
desahan tertahan itu..
duh..
anak muda punya cara
April 29, 2008 at 8:59 am
Bagaimana kalau pemasangan komputer di warnet terbuka saja, sehingga mengurangi kemungkinan yang aneh-aneh. Saya bacanya ngeri, ngilu….speechless…..padahal bang Aip cerita tulisan ini udah jadul ya….berarti udah lama terjadi hal-hal seperti ini.
April 29, 2008 at 9:33 am
*ini kota lumayan besar. Apapun yang tidak di kunci, biasanya hilang. Jangankan barang, cinta dan disiplin saja mudah hilang di tempat ini*)
saya ngakak pas baca kalimat itu ๐
salam ajah bang dari malang ๐
http://hmc.web.id
April 29, 2008 at 10:15 am
Saya baru mulai ngajar neh bang, dapat satu kelas di gunung, desa penghasil karet.
Karena guru terbatas, saya juga megang beberapa mata pelajaran termasuk Teknologi Informatika.
Ketika saya tawarkan kepada kepala sekolah buat ngajarkan Komputer dan Internet, dijawab “Jangan dulu mas, anak-anak ini masih belum siap, mas ngajar yang sederhana saja dulu, seperti menganyam tikar dari daun…”
April 29, 2008 at 12:13 pm
Yang seharusnya disidang itu operatornya atau Bapak RT-nya ? Main pukul rata segala ?
April 29, 2008 at 12:48 pm
Salam
Wah aku ketawa nie bacanya tapi pas diujung cerita malah jadi miris, trenyuh,galau, Akh jadi sebenarnya siap yang salah ya. Postingan yang sangat menarik ๐
Btw lam kenal
http://nenyok.wordpress.com
April 29, 2008 at 2:44 pm
wah kacau nich….. kslua di warnet saya kejadiannya sya tabok tu oranggg
April 29, 2008 at 3:24 pm
Bakar?….. dilema ya mas? Depok sekarang… aduh, kenyataan yang saya lihat di teman-teman seumuran saya… 14 tahunan, internet sebagian besar hanya dipakai untuk games dan membuka situs porno. Friendster, chatting yang tidak terlalu berguna… Jarang sekali saya lihat yang menggunakannya untuk menulis blog, membuka wiki atau yang lain..
Kalau menurut saya yang harus diubah sebenarnya pengasuhan. Terutama keayahan. Bapaknya si ujang : kemana ia ketika anaknya membuka situs porno? Apa tindakan yang diambilnya ketika anaknya ketahuan? Memarahinya habis-habisan, memukulnya? Atau menjadi sahabat, mendengarkan curhatnya akan sistem pendidikan di sekolah yang bobrok dan mendampinginya atas perubahan tubuh dan jiwanya?
maaf kalau sok tahu dan agak ngaco. memang lagi ingin ๐
April 29, 2008 at 3:26 pm
Bagus sekali tapi ceritanya. ๐
April 29, 2008 at 3:27 pm
(apakah komentar saya nyambung atau tidak?)
April 29, 2008 at 3:30 pm
Saya belum pernah ke rumah singgah, sih. Belum pernah hidup lebih satu minggu bersama anak jalanan. Maaf kalau komentarnya terlalu awang-awang.
April 29, 2008 at 3:57 pm
kalo warnet2 dibakar, berarti tivi dan pisidi yang dipake buwat nyetel miyabi, vivid, bangbus dlsbg itu juga kudu dibakarrr? ๐
April 29, 2008 at 4:28 pm
menyedihkan sampe segitunya nggak habis pikir
April 29, 2008 at 4:44 pm
Mustinya itu Pak Rt di kasih Gratis maen di Wnet buat 2 jam… trus kasih tempat special macam VIP ato VVIP dimana tiap bilik tertutup rapat… dan ajarin buka bokep…
dijamin!!!
kaowkaokwao
April 29, 2008 at 5:53 pm
internet, warnet dan sebagainya diberangus, lalu praktek onani atau apa yang disebut maksiat masih ada, harus bakar apa lagi? penis?…
ah ada-ada aja… ๐ฆ
April 29, 2008 at 6:21 pm
indonesian style..
pukul rata, satu salah sekampung jadi korban. kita masih terus butuh pendewasaan diri
April 29, 2008 at 9:06 pm
ckk..ckk..bener2 ga habis pikir dah, gimana itu jalan pikirnya si Pak RT, bisa2nya jadi pak RT kalo jalan mikirnya kaya gitu, atau jangan2 iri soalnya dia ga bisa lihat situs porno? hehe
http://skyfear.wordpress.com (free sex movies, 3gp indo, ebooks, adult magazine, anime)
April 29, 2008 at 11:07 pm
wah… selamat kan anak2 kita bang aip..
baca juga tulisan aye tentang hardiknas: seandainya aku orang belanda
April 30, 2008 at 1:45 am
kayak cerita novelnya…
beneran nih…
duh, dahsyatnya…
ayo Bang kamu bisa, terus lindungin anak-anak dari kejamnya dunia..
*orang Sumatera masih awam dengan panggilan Mas, Semua pukul rata, Bang* he….
April 30, 2008 at 1:48 am
terus satu lagi, pesan bwt Bang Budi sang penjaga warnet, begitu juga dengan warga setempat, jangn terlalu mudah untuk menggeneralisasi masalah…
April 30, 2008 at 1:55 am
wuihh.. seru.. trus jadi dibakar ga warnetnya mas??
~waduh saya lagi di warnet nih, kabur ah
April 30, 2008 at 2:05 am
cerita yg bagus. saya jg pernah punya pengelaman waktu maen ke rumah singgah anak jalanan. diceritain sm salah satu anak remaja. temen2nya yg lain kalo habis ngamen langsung ngabisin uang di warnet. buat liat situs porno. ya ampun.
harusnya warnet juga punya etika sendiri lah dalam membuka usaha. misalnya untuk yg dibawah 18 tahun dikasih komputer yg udah di protect jadi g bisa liat situs porno (ehhh tp, mana mungkin yah, selama duit masih megang kuasa) ah sudahlah jadi pusing mikirnya.
April 30, 2008 at 3:10 am
lho koq gak denger ada warnet dibakar di margonda yang sumpek macet dan panas itu ๐
April 30, 2008 at 3:44 am
[…] ONANI by Ariefkurniawan […]
April 30, 2008 at 3:45 am
Mas… saya ijin untuk copy paste ke rumah saya ya…
Ini postingan bagus… untuk parenting…
Makasi ya…
Kalau gak keberatan main ya… ke http://maaini.wordpress.com/2008/04/30/anak-dengan/
April 30, 2008 at 3:49 am
Gokil banget nih cerita. Heheheh. Membuat kocak perut. Ya memang begitulah kehidupan anak jalanan. Salam kenal. ๐
April 30, 2008 at 3:50 am
wah sudah ada komentar yang sama, tentang cinta dan disiplin yang mudah hilang..nggak cuma di kota besar bung, di daerah kota-kota pinggiran bahkan di desa-desa juga banyak.. cuma kalau di kota besar kan lebih terekspose..
April 30, 2008 at 5:09 am
Saya kagum dengan kegiatan anda bersama teman teman mengurusi rumah singgah tersebut. Sungguh mulia…tidak banyak orang yang bersedia melakukannya tanpa pamrih. Salam hormat.
April 30, 2008 at 5:49 am
wah gokil abis dah hahahah….niat banget col* disana ….
April 30, 2008 at 7:24 am
Zaman nykripsi dulu,bada subuh saya rajin ke warnet krn tarif yg lbh murah.
Mmg srg liat d kibor kok kyk ada bekas2 tumpahan minuman yg lengket2. Ampun deh, wkt itu bnr2 ga tau kalo itu.. Yaikss! * nginget2, kalo abis dr warnet sarapan pake tangan ga ya * huhuhuu..serem
April 30, 2008 at 8:03 am
wow, nggak nyangka…
disini ada banyak kisah, tentang belajar, tentang ‘biologi’ dan tentu saja tentang bakar2an hehehehe…
eh ngomong2 warnetnya jadi di bakar nggak?
_hehehe_
April 30, 2008 at 10:22 am
waduh….,
mas hormon : korelasinya simple aja…, jika satu individu (doyan/dicekokin/menyekoki diri) dg nongkrongin situs ‘sex-a-sex’ yg ada pikirannya kotttorrr mulu..ga maju2/tidak mau maju.., klo cuman 100/200 orang..!!! klo sampe ribuan generasi ky gitu…? halah!!! tar pemimpin2 kedepan gimana mentalnyaaa
April 30, 2008 at 12:57 pm
wah gila…ampe muncrat kemana2 segala. Padahal masih anak2 ya…tapi udah kayak gitu.
April 30, 2008 at 3:38 pm
………….
keren bgt ceritanya! kisah nyata niih?
sbnrnya kl di warnet liat2 aja dl situs2 p**no.nya, trus kl udh di save di otak baru pg ke wc, coli deeh ๐
April 30, 2008 at 4:50 pm
Kalo kira-kira UU ITE tidak terbukti ampuh, bentar lagi pemerintah mo bikin UUAOMU.
Undang Undang Anti Onani di Muka Umum, hehe
Mei 1, 2008 at 3:22 am
Banyak terjadi di kotaku, dilema sebuah kebodohan masyarakat, ……
Mei 1, 2008 at 6:47 am
Masoolloo….
Pantesan kibod di warnet sukak rada-rada lengket, yak ???
๐ ๐ ๐
Mei 1, 2008 at 6:10 pm
juh gara2 baca comment mbah mbel jadi lupa dah mo comment apa lagi
๐ ๐ ๐
Mei 1, 2008 at 6:27 pm
suer..
saya kangen sama tulisan sampeyan..
Mei 2, 2008 at 1:54 am
========
========
KALO MAU BIKIN BLOG, JANGAN LUPA MASUK SINI: http://www.leoxa.com/
(Themenya Keren Abiss & Bisa Pake Adsense)
========
========
rame yang udah berpindah daripada blog-blog lainnya ke blog Leoxa.com karena theme yang keren
Mei 3, 2008 at 3:14 pm
Parah deh… Ya, begitulah bahayanya generalisasi serampangan, yang salah cuma satu, tapi semuanya disamaratakan.
Gaya penceritaannya bagus bang arif. Ini kisah nyata kan?
Mei 4, 2008 at 5:44 am
Bangaip!! Kangen!!
Wah, si Samsul itu kurang canggih. Jangan berisik harusnya.. ๐
Kalo bakar warnet kan masih pidio porno. Berarti ga menjamin apa2 tuh.
Mending pake filter kayak kata pak Nuh.
Mei 4, 2008 at 5:45 am
saya baru tahu kalau satu orang lihat situs porno, yang menanggung dosa semua umat.. ๐
btw itu endingny gimana bang? beneran dibakar atau ada yang berhasil menghentikannya? ๐
Mei 4, 2008 at 12:55 pm
Iya. Endingnya gimana? Mudah-mudahan gak ada bakar-bakaran.
kabar filter situs porno sekarang gimana ya? Mudah-mudahan efektif.
Salam dari Pati ๐
Mei 4, 2008 at 4:15 pm
oh mannnnnn
saia yg cew jdi malu baca cerita bginian..
hahhahaha
itu samsul ga malu apa onani di sepan publik??
maigot….T_T
Mei 5, 2008 at 9:41 am
masya allah… ck ck ck…
Mei 7, 2008 at 2:10 am
Terlalu berlebihan…
Saya adalah anak gang Salak Asli. Tidak pernah ada cerita warga membawa obor dan membakar Warnet di Margonda dan Gang Salak. Kami warga setempat memang menentang hal-hal spt yang disampaikan. Akan tetapi tidak menggunakan cara-cara yang disampaikan dalam blog ini. Seolah-olah menyudutkan warga setempat. Kami cukup prihatin dengan cerita ini. Warga Gang Salak adalah warga yang terbuka, sejak diririkannya Universitas Indonesia banyak warga dari luar yang masuk ke lingkungan kami. Kami tetap terbuka meskipun akhirnya kami tersudut oleh warga pendatang. Mohon tidak menyebarluaskan fitnah yang berlebihan terhadap warga setempat.
Mei 7, 2008 at 4:02 am
ck ck ck.. mental orang aneka macam terkumpul jadi satu di jakarta
Mei 7, 2008 at 9:25 pm
Lhee..kok ngeri ngono??
weei..tebang pilih donk pak RT (masa kalah ma birokrat kita) asal disama ratain semua Warnet “bikin” dosa…kasihan ane pak…ntar ane kerja dimana dunk???
halah iki ngomong opoo to yoo!!!
maaf..maaf
numpang lewat aja dech
oia klo ada yg mau numpang lewat di blog ku
mampir aja (wongg nggak ada isinya) sky1988.wordpress.com
see ya!!
Mei 7, 2008 at 9:27 pm
Lhee..kok ngeri ngono??
weei..tebang pilih donk pak RT (masa kalah ma birokrat kita) asal disama ratain semua Warnet “bikin” dosa…kasihan ane pak…ntar ane kerja dimana dunk???
halah iki ngomong opoo to yoo!!!
maaf..maaf
numpang lewat aja dech
oia klo ada yg mau numpang lewat di blog ku
mampir aja (wongg nggak ada isinya) sky1988.wordpress.com
Mei 7, 2008 at 9:53 pm
494d47af
Lheee…kok ngonooo??
tebang pilih donk Pak RT (Masak kalah ma borokrat kita)
mang semua warnet “bikin” dosa? Yee yang enggak juga Pak
masa di pukul rata gitu…lha klo semua warnet di bakar…ane kerja dimana dunk?
Halaaah iki comment opo to yoo
He..he..he…
Numpang lewat aja wis
monggo sederek!!!
oia klo ada yg mau mampir ke blog ku juga monggo…(wong nggak ada isinya–> ya paling nggak ngasi dukungan dan kritik-saran supaya aku kepingin nulis dan tulisannya bagus) (^_^)
mampir aja di sky1988.wordpress.com
Mei 8, 2008 at 5:09 am
Pada hari berikutnya Sang Guru bercerita. Ada seorang
perampok yang menemukan sebuah pesan pada pintu besi yang
hendak dibobolnya:
“TOLONG, JANGAN MENGGUNAKAN DINAMIT. PINTU BESI INI TIDAK
DIKUNCI. PENCET SAJA TOMBOLNYA.”
Ketika ia memencet tombol itu, sekarung pasir jatuh
menimpanya. Seketika tempat itu jadi terang benderang dan
suara sirene membangunkan seluruh tetangga.
Ketika Sang Guru mengunjungi orang itu di penjara, ia
sungguh memelas: “Bagaimana saya akan dapat mempercayai
orang lain lagi?”
Mei 8, 2008 at 5:13 am
Waktu itu waktu ceramah. Sang Guru berkata, “Kehebatan
seorang komponis diketahui lewat nada-nada musiknya, tetapi
menganalisis nada-nada saja tidak akan mengungkapkan
kehebatannya. Keagungan penyair termuat dalam kata-katanya,
namun mempelajari kata-katanya tidak akan mengungkapkan
inspirasi. Tuhan mewahyukan diri-Nya dalam ciptaan, tetapi
dengan meneliti ciptaan secermat apa pun kamu tidak akan
menemukan Allah; demikian juga bila kamu ingin menemukan
jiwa melalui pemeriksaan cermat terhadap tubuhmu.”
Pada waktu tanya jawab, seseorang bertanya, “Kalau begitu,
bagaimana kami akan menemukan Allah?”
“Dengan melihat ciptaan, tapi bukan dengan menganalisisnya.”
“Dan bagaimana seseorang harus melihat?”
“Seorang petani keluar untuk melihat keindahan pada waktu
matahari terbenam, tetapi yang ia saksikan hanyalah
matahari, awan, langit, dan cakrawala – sampai ia memahami
bahwa keindahan bukan ‘sesuatu,’ melainkan cara khusus
melihat.
Kamu akan sia-sia mencari Allah sampai kamu memahami bahwa
Allah tidak bisa dilihat sebagai sesuatu. Yang diperlukan
ialah cara khusus untuk melihat – mirip seperti cara seorang
anak kecil yang pandangannya tidak diganggu oleh pelbagai
ajaran dan keyakinan yang telah dibentuk sebelumnya.”
Mei 8, 2008 at 9:01 am
Wah.. pertama saya baca kirain cerita ulangan bang. Cerita yang itu lho, anak jalanan yang disodom trus pantatnya dikasi balsem. Hehehe.. Tapi ternyata beda yak? Somehow yang bikin saya ngeri ama anak jalanan ya itu bang. Kalo mereka ketemu cewek2 gitu gak segen2 nyolek2 sembarangan, emang sih gak semuanya gitu, tapi karna saya pernah digituin ya agak2 gemanaaa gitu bang.
Oh iya, yang juga bikin saya nginyem baca cerita ini ada di kalimat yang ini:
S: โKata siapa, Pakโ
PU: โTuh kata Pak RT. Mangkanya, kalo orang tua ngomong, dengerin, Rip!โ (lha.. kagak ada korelasinya bro!)
Trus juga, warnet itu udah kayak piso bang, tergantung mo dipake positif buat motong ayam yang bakal digoreng, atau digunain scr negatip oleh istri2 yg kalap krn suaminya selingkuh untuk motong si “otong”, huhuhuhu… Maap komentar katro bang.. Huhuhuhu.. *Haru karena kangen yang amat sangat sama tulisan bang aip*
Mei 9, 2008 at 3:52 am
waduhhhhhhhhhh……
Mei 10, 2008 at 2:25 pm
Bang Aip…
Ada nyang protes tuh, #59 Batavia Man
Dia udah menggunakeun hak jawab, tuh….
Tanggepin dong bang….
***siyap-siyap nggelar tiker….***
Mei 14, 2008 at 4:48 pm
Wah baru tau. Ampe kaya gininya.
musti ada aturannya tuh, gimana penataan warnet dikita ya..
Salut Kang, mo peduli, ngurusin kaya rumah- singgah.
Mei 20, 2008 at 4:24 am
Masih sibuk ya? Ada komplen dari warga depok tuh ๐
Btw, baca ini saya jadi curiga, jangan2 adanya pitak berpengaruh pada mesumnya otak.
*ngerasa pitak*
Mei 24, 2008 at 6:10 am
trus gimana lanjutannya? warnetnya beneran di bakar?
Mei 26, 2008 at 3:55 am
cerita itu lucu n jg humoris…mslah onani sharusx dllakukan di tmpt khusus lah bkn di tmpat umum gt,,,,tp ya pa blh buat…tp pa blh buat dah trlanjur…
by mubaligh4ul_354@yahoo.com
Mei 27, 2008 at 6:40 am
eee….gimana ya…
kadang2 saya bersyukur tidak hidup di jakarta. kalo mau agak kasar, sih, mungkin saya bersyukur atas penderitaan orang lain ๐
Mei 28, 2008 at 10:44 am
trus gimana bang?
jadi dibakar ndak itu warnet???
duh..
nanggung ceritanya.. ๐ฆ
Mei 28, 2008 at 2:41 pm
wah…klo pukul rata semua warnet dibakar …ya kasian orang yang menggantung kan hidup dari sono lhah ya….
wah..wah…tapi mmg susah c…
btw software yg ttg mblokir situs kyk gt worth it g sih di jalanin?
Juni 4, 2008 at 6:48 am
duh, pengusaha warnet bakal ganti keyboard tiap minggu nih hihihi…
Juni 11, 2008 at 4:57 am
Ya, emang internet kaya pisau tajam bisa berbahaya namun bisa bermanfaat, tergantung yg siapa yg pake,
klo internet ya sama, tergantung siapa yg mengaksesnya, klo person-nya otak kotor ya jelas yg muncul cuma gambar2 binatang, tapi klo person-nya orang bener tur berakhlak ya jelas yg muncul gambar bermanfaat bagi hidupnya di dunia dan akherat
Juni 17, 2008 at 12:05 pm
lucu tp kok terharu juga bacanya..
Juni 22, 2008 at 11:45 am
wah..
saya jadi ingin bertemu anak2 itu…
Juni 23, 2008 at 8:42 am
Subhanallah, Bang aip sudah mengaggap mereka sebagai anak… sekarang masih stay contact sama mereka,bang?
Juli 2, 2008 at 1:37 pm
pak ni dwix salah satu siswa bapak gimana kbarnya di balanda
Juli 8, 2008 at 7:45 am
sudah kagak tahan kali ya,
di warnet pun jadi-lah.
hihihi.
Juli 12, 2008 at 6:01 am
gimana nih lanjutan ceritanya? dibakar gak tuh warnet? udah panjang2 bacanya eh ceritanya belom tamat hahahaha
tapi asik mas gaya ceritanya, jadi ingin mengikuti walau agak panjang tulisannya ๐
Juli 28, 2008 at 10:19 am
Abang bs kasih saya info keberadaan rumah singgah tersebut ga???tolong ya…coz byk donatur ngantri niy….thx
September 2, 2008 at 7:36 pm
Nggak bisalah main pukul rata, main bakar saja.. ibarat berburu tikus tapi haru menghanguskan si lumbung ๐
Internet filtering ya seyogyanya diregulasikan yang benar, dari server si Warnet atau malah ISP kalau perlu.. namun demikian dengan arus globalisasi yang ada – last defense adalah alkhlak masing2 individu.
Januari 11, 2009 at 5:36 pm
introsfection u’r self!
Mei 4, 2009 at 5:31 pm
wah dalah aneh-aneh ..
Mei 11, 2009 at 7:59 am
sebaiknya tiap warnet dilengkapi kamar mandi/WC buat para netter yg kayak si samsul, jika dah ga tahan keluar kotak sebentar trus… cret…cret… cret… ahhh…legaaa
Agustus 26, 2009 at 10:22 am
Makanya kita sebagai orangtua harus menjaga anak kita dari hal2 berbau pornograpi
Oktober 30, 2009 at 9:18 pm
Salam Kenal…
Indonesia Page – All About Indonesia
The Adsense Site – Guide to Online Adsense Earning
Desember 2, 2009 at 10:13 am
weleh,edan anak-anak sekarang!!!
Desember 4, 2009 at 5:16 am
coba dulu ya mas
Desember 4, 2009 at 5:17 am
Salam Kenalโฆ
Desember 4, 2009 at 5:20 am
menarik
Desember 4, 2009 at 5:39 am
makasih
Mei 14, 2010 at 10:36 pm
Terima kasih banyak, WCL.
Juli 28, 2010 at 5:23 am
nice………………………………….^_^b……………………….
Oktober 29, 2010 at 12:34 pm
hahaha,,ngakak abizzzz
Januari 21, 2011 at 6:34 am
boleh tahu alamatnya gk,
Maret 6, 2012 at 10:02 am
[…] ONANI « Arif Kurniawan as Bangaiptop28 Apr 2008 … Trus mbuka-mbuka situs porno. Terus dia onani di depan monitor, Mas. Suaranya berisik sekali pas keluar. Sudah gitu, pejunya muncrat di … […]
September 23, 2012 at 8:01 am
hahaha …memang Net itu pendidikan tp klo situs bokep nya di ilangin
Mei 23, 2013 at 7:37 am
Excellent way of explaining, and good paragraph to take data regarding my presentation
subject, which i am going to present in academy.
Mei 23, 2013 at 10:36 am
I go to see daily some web sites and websites to read
content, except this webpage offers quality based content.
Juni 3, 2013 at 11:56 am
I read this post completely about the difference of hottest and previous technologies,
it’s remarkable article.
Juni 3, 2013 at 12:33 pm
I’m more than happy to uncover this site. I need to to thank you for your time for this fantastic read!! I definitely really liked every little bit of it and I have you book-marked to check out new information in your site.
Juni 8, 2013 at 2:24 am
I must thank you for the efforts you’ve put in penning this website. I really hope to view the same high-grade blog posts from you in the future as well. In fact, your creative writing abilities has encouraged me to get my very own website now ๐
Juni 12, 2013 at 4:43 am
It’s going to be ending of mine day, except before end I am reading this impressive article to increase my experience.
Juni 13, 2013 at 5:40 am
You have made some really good points there. I looked on the web for more information about the issue and found most individuals
will go along with your views on this website.
Juni 15, 2013 at 12:29 am
After I initially commented I seem to have clicked the -Notify me when new comments are added- checkbox and
now every time a comment is added I get 4 emails with the
exact same comment. There has to be a means you are able to remove me from that service?
Kudos!
Juli 2, 2013 at 4:34 am
It’s an amazing paragraph designed for all the internet visitors; they will take advantage from it I am sure.
September 7, 2013 at 5:27 pm
Howdy! Would you mind if I share your blog with my twitter group?
There’s a lot of people that I think would really enjoy your content.
Please let me know. Thanks
Februari 1, 2014 at 6:04 pm
bgus tuh critta ….likke it’s
Desember 9, 2015 at 3:16 pm
Saya suka dialog ini: “Tapi nggak semua anak jalanan kan begitu, Bud. Kamu nggak baik itu maen pukul rata semua orangโ
Mei 15, 2017 at 4:23 pm
Can I just say what a comfort to discover somebody that truly understands what they are talking about over the internet. You definitely know how to bring an issue to light and make it important. More people really need to check this out and understand this side of your story. It’s surprising you’re not more popular because you most certainly possess the gift.